Anda di halaman 1dari 17

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Ny. N/Perempuan/29 tahun
b. Pekerjaan : IRT
c. Alamat : RT 01, Tanjung Raden
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 1 orang
c. Status ekonomi keluarga : Keadaan sosial ekonomi cukup
d. Kondisi rumah : Pasien tinggal bersama suami dan 1 orang
anaknya di sebuah rumah panggung, dengan atap seng, dinding dan
lantai papan. Rumah pasien terdiri dari 2 kamar tidur, dapur, dan 1 kamar
mandi. Pencahayaan dan ventilasi dirumah pasien baik. Kamar mandi
menggunakan wc jongkok. Sumber air bersih berasal dari PDAM dan
pencahayaan dari PLN.
e. Kondisi lingkungan sekitar rumah : Pasien tinggal di daerah
permukiman yang tidak begitu padat padat.
III. Aspek Perilaku dan Psikologis di Keluarga
Hubungan pasien dengan keluarganya baik.
IV. Keluhan Utama :
Nyeri pada telinga kiri sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas

I. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas Olak Kemang dengan keluhan nyeri pada
telinga kiri sejak 2 hari sebelum datang ke puskesmas. Keluhan nyeri disertai
perasaan penuh pada telinga kiri dirasakan pada saat pasien bangun tidur. Pasien
tidak mengeluhkan pendengaran pada telinga kiri terasa berkurang, liang telinga
kiri sedikit gatal. Pasien mengaku kerap membersihkan liang telinganya
menggunakan cotton bud. Demam (-), telinga berdenging (-), tidak terdapat cairan yang
keluar dari kedua liang telinga. Riwayat batuk, pilek dan nyeri tenggorokan juga
disangkal oleh pasien. Pasien mengaku sebelumnya tidak kemasukan air maupun benda
asing lainnya ke dalam telinganya. Tidak ada riwayat berenang sebelumnya.

V. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan serupa (-)

1
Riwayat DM (-)

II. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga yang mengalami keluhan serupa (-)

VI. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang
relevan
- Pasien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun obat-
obatan
- Pasien sering mengorek liang telinganya dengan menggunakan cotton
bud

VII.Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah :110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernafasan : 18x/menit
Suhu : 36,7°C
Berat badan : 50 kg
Tinggi badan : 156 cm
Status Generalisata
1. Kepala : Normocephal
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), skelera ikterik (-/-),
pupil bulat, isokor, diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)
3. Status Lokalis THT
a. Telinga
Bagian Telinga Telinga kanan Telinga kiri
Deformitas (-), hiperemis Deformitas (-), hiperemis (-),
Aurikula
(-), edema (-) edema (-)
Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
Daerah preaurikula fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
tekan tragus (-) tekan tragus (+)
Daerah Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),

2
fistula (-), abses (-), nyeri fistula (-), abses (-), nyeri
retroaurikula
tekan (-) tekan (-)
Serumen (-), edema (-),
Serumen (-), edema (+),
Meatus akustikus hiperemis (-), furunkel (-),
hiperemis (+), furunkel (-)
otorea (-)
Retraksi (-), bulging (-),
Retraksi (-), bulging (-),
perforasi (-), cone of light
Membran timpani perforasi (-), cone of light (+),
(+), posisi jam 5, Injeksi
posisi jam 7, Injeksi (+)
(+)

b. Hidung
Kanan Kiri
Deformitas - -
Septum Deviasi (-) Deviasi (-)
Sekret - -
Mukosa Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Konka Hipertropi (-) Hipertropi (-)
Sinus Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Polip - -

c. Tenggorokan
Mukosa : Hiperemi (-)
Dinding belakang Faring : Hiperemi (-)
Palatum : Hiperemi (-)
Tonsil :
Pembesaran T1 T1
Hiperemis - -
Permukaan mukosa Rata Rata
Kripta Melebar (-) Melebar (-)
Detritus - -

3
Laring : Tidak ada kelainan
Suara : Serak (-)

4. Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)


5. Thorax :
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula sinistra
 Perkusi : Batas jantung dbn
 Auskultasi : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo

 Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada bagian yang tertinggal


 Palpasi : Fremitus taktil kanan = kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi: Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
6. Abdomen :
 Inspeksi: Datar, sikatriks (-)
 Palpasi: Supel, Nyeri tekan (-), hepar, lien tidak teraba
 Auskultasi: Bising usus (+) normal
 Perkusi: Timpani
7. Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik

VIII. Pemeriksaan Laboratorium:


Hb sahli: 12 g/dL

IX. Usulan Pemeriksaan Penunjang


-

X. Diagnosis Kerja
Otitis eksterna diffusa AS (H60.3)

XI. Diagnosis Banding


 Otitis eksterna sirkumskripta AS (H60.4)

XII. Manajemen
a. Promotif :
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan pengobatannya
- Menjelaskan kepada pasien untuk rutin berobat ke dokter jika ada
keluhan.

4
- Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan, terutama
kebersihan telinga.
b. Preventif :
- Jangan membersihkan telinga terlalu keras
- Jangan memasukkan benda asing ke dalam telinga
- Jangan mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud ataupun dengan
jari tangan
c. Kuratif :
Non Farmakologi
 Tutup telinga yang sakit dengan kapas saat mandi agar air tidak
masuk.
Farmakologi

 Kloramfenikol eardrop 3x2 gtt AS


 Amoxicilin tab 3 x 500 mg
 Paracetamol tab 3 x 500 mg
 Dexametason tab 3x0,5 mg

Tradisional :

Sebagai analgesik  Kencur


Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap efek analgesik
dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa 200 ml
sari kencur 10% yang diberikan secara oral mempunyai khasiat analgesik yang
tidak berbeda dengan metampiron 500 mg. Sedangkan penelitian dengan beras
kencur menunjukkan bahwa beras kencur mempunyai efek analgesik yang tidak
berbeda dengan novalgin.

Cara mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea bag


(5 g serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1 cangkir air
diminum sebelum makan.

d. Rehabilitatif
Jika keluhan makin bertambah berat segera dibawa ke puskesmas atau ke
rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

5
RESEP
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang
dr. Devi Arnes SIP: 216104
Jalan Platuk Raya No. 75 (082175759520)

Tanggal: Juli 2018

R/

Pro:....................... Umur:............................
Alamat:........................................................
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter

BAB II Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang
TINJAUAN PUSTAKA dr. Devi Arnes SIP: 216104
Jalan Platuk Raya No. 75 (082175759520)

2.1 Definisi
Tanggal: Juli 2018
Otitis eksterna adalah radang
liang telinga akut maupun kronis yang
R/
disebabkan infeksi bakteri, jamur, dan
virus.1

2.2 Epidemiologi
Penyakit ini sering dijumpai pada
Pro:....................... Umur:............................
daerah-daerah yang panas dan lembab dan Alamat:........................................................
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
jarang pada iklim- iklim sejuk dan kering.
Patogenesis dari

6
otitis eksterna sangat komplek dan sejak tahun 1844 banyak peneliti
mengemukakan faktor pencetus dari penyakit ini yang mengatakan
bahwa berenang merupakan penyebab dan menimbulkan kekambuhan. Bahwa
keadaan panas, lembab dan trauma terhadap epitel dari
liang telinga luar merupakan faktor penting untuk terjadinya otitis eksterna.2

2.3 Etiologi
Otitis eksterna dapat disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Pseudomonas
aeruginosa, Proteus mirabilis, Staphylococcus sp, Streptococcus sp, dan beberapa
bakteri gram negatif. Serta dapat juga disebabkan oleh jamur seperti golongan
Aspergillus sp atau Candida sp. Otitis eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder
pada otitis media supuratif kronis 3,5.

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu : 3,5



Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam berfungsi
sebagai protektor terhadap kuman. Bila terjadi perubahan pH menjadi basa maka
akan mempermudah terjadinya otitis eksterna yang disebabkan oleh karena
proteksi terhadap infeksi menurun.


Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur
mudah tumbuh.

Trauma
Trauma ringan misalnya setelah mengorek telinga merupakan factor
predisposisi terjadinya otitis eksterna.

Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Perubahan warna kulit
liang telinga dapat terjadi setelah terkena air.

2.4 Klasifikasi
a. Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas: 5
 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut
di liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan

7
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes.
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari
ringan sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila
mengunyah makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat
atau abses pada 1/3 luar liang telinga.
 Otitis eksterna difus
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat
infeksi bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri
penyebab lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit
liang telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
(furunkel = bisul). Kadang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.
b. Berdasarkan perjalanan waktu, otitis eksterna dibagi menjadi
1. Otitis eksterna akut :
 Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).
 Otitis eksterna difus
2. Otitis eksterna kronik
Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.

2.5. Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton
bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan
tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar
gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan anatomis
berupa lekukan pada liang telinga.2,4

8
Keadaan di atas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam
liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan
gelap pada liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri
dan jamur.
Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk melalui
kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu terjadinya iritasi,
berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa
nyeri. 2,4
Proses infeksi menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan
perubahan rasa nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan
mengeluarkan cairan / nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan terjadilah
penurunan pendengaran. 2,4
Bakteri patogen yang sering menyebabkan otitis eksterna yaitu
pseudomonas (41%), streptokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan
bakteroides (11%). Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna,
periaurikuler dan tulang temporal. 2,4
Otalgia pada otitis eksterna disebabkan :

Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma. Selain
itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa
sakit yang hebat. 2,4

Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung dengan
kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit saja pada
daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar
sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis
eksterna. 2,4

2.6. Manifestasi Klinis

9
1. Rasa penuh pada telinga
Merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna
difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.1
2. Gatal
Merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu
rasa sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita
rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan
keluhan utama.1
3. Rasa sakit
Di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala
yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada.
Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung
berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit
dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan
daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan
rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1
4. Kurang pendengaran
Mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut. Edema
kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif
pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.1

2.7 Diagnosis

10
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan dengan gejala awal berupa
gatal. Rasa gatal berlanjut menjadi nyeri yang sangat dan terkadang tidak sesuai
dengan kondisi penyakitnya (mis, pada folikulitis atau otitis eksterna
sirkumskripta). Nyeri terutama ketika daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan
ketika mengunyah makanan.
Rasa gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai
kental purulen tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur
biasanya akan bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan
berbau.
Pendengaran pasien bisa normal atau sedikit berkurang, tergantung pada
besarnya furunkel atau edema yang terjadi dan telah menyumbat pada liang
telinga.
Didapatkan riwayat faktor predisposisi misalnya kebiasaan berenang
pada pasien, ataupun kebiasaan mengorek kuping dengan cotton bud bahkan
menggunakan bulu ayam yang merupakan media penyebaran infeksi.
Pemeriksaan fisik pada pasien bisanya menunjukkan:

Kulit MAE edema, hiperemi merata sampai ke membran timpani dengan
liang MAE penuh dengan sekret. Jika edema hebat, membran timpani
dapat tidak tampak.

Pada folikulitis akan didapatkan edema, hiperemi pada pars kartilagenous
MAE.

Nyeri tragus (+)

Tidak adanya partikel jamur

Adenopati reguler dan terkadang didapatkan nyeri tekan.4

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)


A. Pemeriksaan Fisik
a. Nyeri tekan pada tragus

b. Nyeri tarik daun telinga

c. Kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri


d. Pada pemeriksaan liang telinga:

11
1. Pada otitis eksterna sirkumskripta dapat terlihat furunkel atau bisul serta
liang telinga sempit.
2. Pada otitis eksterna difusa liang telinga sempit, kulit liang telinga
terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas serta sekret yang
sedikit.
3. Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas dengan
warna yang bervariasi (putih kekuningan)
4. Pada herpes zoster otikus tampak lesi kulit vesikuler di sekitar liang
telinga.
e. Pada pemeriksaan penala kadang didapatkan tuli konduktif.

B. Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan sediaan langsung jamur dengan KOH untuk otomikosis

12
2.8 Penatalaksanaan
Otitis ekseterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Untuk tujuan ini biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung
obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa
disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep hartmann yang kecil.
Penderita harus meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua
kali sehari. Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen
sudah bertambah besar.
Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling
efektif terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik
seperti glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian
violet 2% dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke
kulit liang telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan
alcohol 70% untuk membuat liang telinga bersih dan kering.
Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya
pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering, menggunakan alkohol encer
secara rutin tiga kali seminggu. Juga harus diingatkan agar tidak
menggaruk/membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering 2.
2.9 Komplikasi
a. Perikondritis
b. Selulitis
c. Dermatitis aurikularis.
2.10. Prognosis
Umumnya otitis eksterna dapat sembuh jika segera diobati dan
faktor pencetusnya dapat dihindari. Akan tetapi, otitis eksterna sering
kambuh jika kebersihan telinga tidak tejaga, adanya riwayat penyakit tertentu
seperti diabetes yang menyulitkan penyembuhan otitis sendiri, dan tidak
menghindari faktor pencetus dengan baik.

13
BAB III
ANALISA KASUS SECARA HOLISTIK

a. Hubungan diagnosis penyakit dengan keadaan rumah dan lingkungan


sekitar
Pasien tinggal bersama suami dan 1 orang anaknya di sebuah rumah
panggung, dengan atap seng, dinding dan lantai papan. Rumah pasien terdiri dari
2 kamar tidur, dapur, dan 1 kamar mandi. Pencahayaan dan ventilasi dirumah
pasien baik. Kamar mandi menggunakan wc jongkok. Sumber air bersih berasal
dari PDAM dan pencahayaan dari PLN. Tidak ada hubungan antara diagnosis
dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar pasien.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga


Keadaan keluarga dan hubungan keluarga pasien terjalin cukup baik
sehingga tidak terdapat hubungan antara penyakit pasien dengan keadaan
keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pada kasus ini, terdapat hubungan antara perilaku kesehatan pasien
dengan diagnosis penyakitnya. Perilaku kesehatan pada pasien yang kurang baik
seperti sering mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud ataupun dengan jari
tangan. Hal ini bisa menyebabkan terjadinya trauma ringan pada liang telinga
pasien.

d. Analisis kemungkinan faktor risiko atau etiologi penyakit pada pasien


Secara keseluruhan dari anamnesis yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa faktor risiko atau etiologi penyakit pasien pada kasus ini
adalah riwayat trauma mekanik pada liang telinga yang disebabkan kebiasaan
pasien sering mengorrek telinga dengan menggunakan cotton bud. Dimana hal
tersebut merupakan trauma mekanik dan apabila ada riwayat trauma mekanik

14
pada liang telinga merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna, karena
akan merangsang peradangan mukosa liang telinga.

e. Analisis untuk mengurangi paparan


Kita berikan edukasi mengenai penyakit yang diderita dan
penatalaksanaan yang diberikan. Pada pasien, karena faktor risiko atau etiologi
berupa trauma mekanik dikarenakan pasien mengorek-ngorek dan membersihkan
telinga dengan cotton buds. Beberapa langkah untuk bisa mengurangi paparannya
ataupun mencegah terjadinya penyakit:
 Selalu menjaga kebersihan, terutam kebersihan telinga.
 Jangan mengorek-ngorek telinga.
 Jangan memasukkan benda asing ke dalam telinga
 Menutup telinga dengan kapas saat mandi untuk mencegah
masuknya air ke telinga.

f. Edukasi penyakit kepada pasien dan kepada keluarga :

1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini


merupakan penyakit yang dapat berulang kembali dan dapat dicegah
kekambuhannya dengan menjaga kebersihan telinga dan kondisi telinga
untuk selalu kering.
2. Menjelaskan kepada pasien komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit
tersebut sehingga apabila tidak ada perbaikan atau keluhan yang memburuk
pasien diminta kembali kontrol ke puskesmas ataupun sarana kesehatan
lainnya untuk dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut.

3. Menjelaskan kepada pasien untuk tidak mengorek-ngorek telinga


menggunakan cotton bud ataupun jari tangan

15
LAMPIRAN

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,


Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80.
2. Senturia HB. Disease of the External Ear, An Otologic Dermatologic. San
Fransisco ; Manual Grime & Strotton, 2nd ed, 1980: 1 - 16, 31 - 59
3. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan
Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
4. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam,
Jakarta : Gaya Baru.
5. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2012. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal. 50. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014;
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

17

Anda mungkin juga menyukai