Anda di halaman 1dari 27

Case Report Session (CRS)

*Dokter Intenship

Otitis Eksterna
dr. Thomas Gredio Saputra*

INTENSHIP
BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL RS HERMINA
KABUPATEN SUKABUMI
PROVINSI JAWA BARAT
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Case Report Session (CRS)


Otitis Eksterna

DISUSUN OLEH

dr. Thomas Gredio Saputra

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Intenship


Bagian Ilmu Penyakit THT-KL RS Hermina
Kabupaten Sukabumi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Sukabumi, Mei 2020

PEMBIMBING

dr. Marcellia Andhita


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan Case
Report Session ini dengan judul “Otitis Eksterna”. Laporan ini merupakan bagian
dari tugas Intenship di Bagian Ilmu Penyakit THT-KL RS Hermina Sukabumi.
Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada dr. Marcellia Andhita selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan sehingga laporan Case Report Session ini dapat terselesaikan
dengan baik dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
laporan Case Report Session ini.
Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangannya, untuk itu
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis.
Sebagai penutup semoga kiranya laporan Case Report Session ini dapat
bermanfaat bagi kita khususnya dan bagi dunia kesehatan pada umumnya.

Sukabumi, Mei 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II STATUS PASIEN.......................................................................................2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................17
BAB IV ANALISIS KASUS.................................................................................45
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna merupakan suatu peradangan atau infeksi pada kanalis auditorius
eksternal dan atau daun telinga. Kondisi ini merupakan salah satu kondisi medis
yang paling umum yang biasanya mempengaruhi atlet air. Individu dengan
kondisi alergi, seperti eczema, rhinitis alergi, atau asma, memiliki risiko lebih
tinggi untuk terkena otitis eksterna. Otitis eksterna diperkirakan mengenai 10%
orang pada tahap tertentu dan dapat terjadi akut, kronik atau bentuk nekrosis.1,2

Peradangan pada otitis eksterna umumnya di seluruh saluran telinga. Otitis


eksterna akut (<6 minggu), kronis (> 3 bulan), dan nekrosis merupakan bentuk
ganas. Otitis eksterna akut dapat muncul sekali atau mungkin terjadi kekambuhan,
hal ini menyebabkan nyeri dengan aural discharge dan berkaitan dengan
gangguan pendengaran.2

            Otitis eksterna akut adalah peradangan pada kanalis auditorius eksternal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Kondisi ini ditandai dengan
nyeri, nyeri tekan, kemerahan, dan pembengkakan pada saluran telinga eksternal
dan terkadang ada eksudat purulen. Otitis eksterna akut dikaitkan dengan paparan
air (kegiatan rekreasi air, mandi, dan berkeringat berlebihan), trauma lokal,
keadaan yang hangat dan lingkungan lembab.3,4

            Hasil analisis menunjukkan pada tahun 2007, diperkirakan 2,4 juta
pelayanan kesehatan di AS (8,1 kunjungan per 1.000 penduduk) didiagnosis otitis
eksterna akut. Data tahunan rawat jalan untuk pasien otitis eksterna akut selama
tahun 2003-2007 adalah anak usia 5-9 tahun (18,6) dan 10-14 tahun (15,8), namun
53% terjadi pada orang dewasa berusia ≥ 20 tahun (5,3). Insiden memuncak
selama musim panas dan pada terbanyak di daerah selatan. 3 Di Amerika Serikat
sekitar 98% disebabkan oleh bakteri, pathogen yang paling umum Pseudomonas
aeruginosa (20%-60%) and Staphylococcus aureus (10%-70%).3,4,7
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

- Nama : Tn.I
- Umur : 29tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Sukaaja
- Agama : Islam
- Pendidikan : D3
- Pekerjaan ayah/ibu : Wiraswasta
- Pendidikan ayah/ibu : SMA

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama

Pasien. datang dengan keluhan nyeri pada liang telinga kiri sejak 2 hari
SMRS

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan
nyeri pada telinga kiri 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan telinga kiri
terasa penuh dan rahang kiri terasa nyeri apabila dibuka. Pasien
mengeluhkan sebelumnya nyeri pada telinga kanan tetapi hilang 1 hari
SMRS, sebelumnya pasien mengeluhkan demam.

Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah menjalani pengobatan sebelumnya

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, kelainan
kongenital (-) dan riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Alergi (-), Hipertensi (+), DM (-)

2.3 Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
- Kesadaran : compos mentis
- Pernapasan : 20i/x
- Suhu : 36,6 °C
- Nadi : 84i/x
- TD : 110/80 mmHg
- Status : IMT

Status Generalisata

- Kepala : normochepal, rambut tidak mudah dicabut


- Mata : sklera ikterik (-), conjungtiva anemis (-), isokor (-)
- THT : telinga : serumen (+), nyeri tekan tragus (+) nyeri
tarik (+)
: hidung : sekret (+), konka hiperemis (-), polip (-)
: tenggorok : T1-T1

- Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-)


- Lidah : atrofi papil (-), lidah kotor (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), JVP 5-2
- Thoraks : Simetris, nyeri tekan (-), vesikuler (-), wheezing
(-), ronkhi (-)
- Jantung : Iktus kordis tidak terlihat, BJ I/II normal reguler,
gallop (-), murmur (-)
- Abdomen : Datar, massa (-), pembesaran organ (-), timpani,
nyeri tekan (-) bising usus (+) normal
- Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, kekuatan penuh
a) Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop + +

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - +

Membrana Timpani Kanan Kiri

Hiperemis - -

Retraksi - -

Bulging - -

Atropi - -

Perforasi - -

Bula - -
Sekret - -

Retro-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Pre-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

b) Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi Sekret (+), Hiperemis (-), Sekret (+), Hiperemis (-),
bisul(-), krusta (-), polip (-), bisul (-), krusta (-), polip (-),
edema (-) edema (-)

Kavum nasi Sekret (+), pucat (+), edema Sekret (+), pucat (+), edema
mukosa (-) mukosa (-)

Selaput lender Pucat (-) Pucat(-)

Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (-)

Lantai + dasar hidung Dbn Dbn

Konka inferior Hipertrofi (-), pucat (-), Hipertrofi (-), pucat (-)
edema (-) edema (-)

Meatus nasi inferior Sekret (-) Sekret (-)

Konka media Edema (-), pucat (-), Edema (-), pucat (-),
hipertropi (-) hipertropi (-)

Meatus nasi media Sekret (-) Sekret (-)

Polip - -
Korpus alineum - -

Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Kavum nasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Selaput lender Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koana Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Septum nasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Konka superior Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Adenoid Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Massa tumor Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Transiluminasi Kanan Kiri


Sinus

Sinus Maxillaris Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sinus Frontalis Tidak dilakukan Tidak dilakukan

c) Mulut
Hasil

Selaput lendir mulut Dbn

Bibir Sianosis (-) raghade (-), sudut bibir (N), gerakan bibir (N)

Lidah Atropi papil (-),aptae (-),tumor (-), parese (-)

Gigi Karies (-)

Kelenjar ludah Dbn

d) Faring
Hasil

Uvula Bentuk normal, terletak ditengah, permukaan rata. Edema (-), hiperemis
(-)

Palatum mole Hiperemis (-)

Palatum durum Hiperemis (-)

Plika anterior Dbn

Tonsil Dekstra : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan rata, kripta melebar (-),
detritus (-)

Mobilitas normal

Sinistra : tonsil T1, hiperemis (-), permukaan rata, kripta melebar (-),
detritus (-)

Mobilitas normal

Plika posterior Hiperemis (-)

Mukosa orofaring Hiperemis (-), granula (-)

e) Laringoskopi indirect
Hasil

Pangkal lidah Tidak dilakukan

Epiglottis Tidak dilakukan

Sinus piriformis Tidak dilakukan

Aritenoid Tidak dilakukan

Plika vocalis Tidak dilakukan

Massa Tidak dilakukan

f) Kelenjar Getah Bening Leher


Kanan Kiri

Regio I Dbn Dbn

Regio II Dbn Dbn


Regio III Dbn Dbn

Regio IV Dbn Dbn

Regio V Dbn Dbn

Regio VI Dbn Dbn

area Parotis Dbn Dbn

Area postauricula Dbn Dbn

Area occipital Dbn Dbn

Area supraclavicula Dbn Dbn

I. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne (+) (-)

Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Tes schwabach Sama dg pemeriksa/N Sama dg pemeriksa

Kesimpulan : Fungsi Pendengaran telinga kiri curiga tuli konduktif

II. DIAGNOSIS
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta Sinistra
III. DIAGNOSIS BANDING
1) Otitis Eksterna Difusa

IV. PENATALAKSANAAN
Diagnostik

Biakan

Terapi

Aspirasi steril

Antibiotik topikal Polymixin B atau Bacitracin


Antiseptik ( asam asetat 2 – 5% dalam alkohol)

V. MONITORING
- Follow up keluhan
VI. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
- Menjelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan manfaat pengobatan
yang diberikan
- Memberitahu pasien pentingnya follow up dan terapi yang adekuat
- Memberitahukan pasien tidak membersihkan telinga dengan alat yang
tidak sesuai karena dapat menimbulkan trauma
- Memberitahukan pasien untuk menghindari kontak dengan air sementara
ini

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi dan Fisiologi Telinga

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar,
sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya
kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada
seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga kulit bagian dalam hanya sedikit
djumpai kelenjar serumen.5

Membran Timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut
pars flaksida sedangkan bagian bawah disebut pars tensa. Pars Flaksida hanya
terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga
dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran
nafas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri
dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian
luar dan sirkuler bagian dalam.5

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani


disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya ke arah bawah
yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran
timpani kanan. Refleks cahaya ialah cahaya darin luar yang dipantulkan oleh
menbran timpani. Di membran timpani terdapat 2 macam serabut, sirkuler dan
radier. Serabut inilah yang akan menyebabkan timbulnya refleks cahaya berupa
kerucut. Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran dengan menarik garis searah
dengan processus longus maleus dan garis tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas belakang, bawah depan, serta bawah
belakang untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.5
Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.
Processus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat ke
inkus, dan inkus melekat ke stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian.5

Pada pars flaksida terdapat daerah disebut atik. Di tempat ini terdapat
aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan
antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan nasofaring dan telinga tengah.5

Gambar 3.1 Anatomi membran timpani

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :5

- Batas luar : membran timpani


- Batas depan : tuba eustachius
- Batas bawah : vena jugularis
- Batas belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars ventrikalis
- Batas atas : tegmen timpani
- Batas dalam : kanalis semi sirkularis horizontal, tingkap lonjong, tingkap
bundar, dan promontorium

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanakis semisirkularis. Ujung atau puncakn
koklea disebut helikotrema menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala
vestibuli.5

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan


membentukn lingkaran tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala
vestibuli sebelah atas, skala timpani sebelah bawah dan media diantaranya. Skala
vestibuli dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi
endolimfa. Ion dan garam terdapat di perilimfa berbeda dengan endolimfa, Hal ini
penting bagi pendengaran. Dengan skala vestibuli disebut membran vestibuli
sedangkan skala media adalah membran basalis dan terletak organ korti.5

Pada skala media terdapat bagian berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut
dalam, sel rambutb luar dan kanalis korti.

Gambar 3.2 Anatomi telinga


Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melali udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa
pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative antara
membran basilaris dan membran tektokria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut,
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari
badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial
aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.5

3.3 Otitis Eksterna Sirkumskripta

3.3.1 Definisi

Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul) merupakan peradangan pada


sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi
pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Gejala ialah rasa nyeri yang
hebar tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium.1,2,5

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang
kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang
berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin). Seperti sekret yang ke luar
dari kavum timpani pada otitis media. 1,3,5

3.3.2 Etiologi

Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering adalah


Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. Faktor lainnya adalah maserasi
kulit liang telinga akibat sering berenang atau mandi dengan shower, trauma,
reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi serumen. Sering terjadi superinfeksi
oleh bakteri piogenik (terutama Pseudomonas atau staphylococcus) dan jamur.3,8

Otitis eksterna rekuren biasanya disebabkan oleh pemakaian aplikator


berujung kapas yang sering atau sering berenang dalam kolam berenang
berklorinasi.8

3.3.3 Patogenesis

Otitis eksterna sirkumskripta merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai


folikulitis kemudian biasanya meluas menjadi furunkel. Organisme penyebab
biasanya Staphylococcus. Umumnya kasus-kasus ini disebabkan oleh trauma
garukan pada liang telinga. Kadang-kadang furunkel disebabkan oleh tersumbat
serta terinfeksinya kelenjar sebasea di liang telinga. Panas dan lembab dapat
menurunkan daya tahan kulit liang telinga, sehingga frekuensi penyakit ini agak
meningkat pada musim panas. 1,2,3,4

Pada kasus dini, dapat terlihat pembengkakan dan kemerahan difus didaerah liang
telinga bagian tulang rawan, biasanya posterior atau superior. Pembengkakan itu
dapat menyumbat liang telinga. Setelah terjadi lokalisasi dapat timbul pustula.
Pada keadaan ini terdapat rasa nyeri yang hebat sehingga pemeriksaan sukar
dilakukan. Biasanya tidak terdapat sekret sampai absesnya pecah. Toksisitas dan
adenopati muncul lebih dini karena sifat organisme penyebab infeksi.4,5,6

3.3.4 Faktor Predisposisi

  Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai


berikut:

1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa


2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan
kelembaban
3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga
secara berlebihan.1,3,4

3.3.5 Tanda dan Gejala

 Nyeri hebat yang diikuti otore purulen, meatus nyeri tekan, tampak
pembengkakan
 Nyeri tekan pada tragus dan pada tarikan daun telinga
 Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang
telinga.5,7

3.3.6 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa

Dari anamnesa dapat ditanyakan gejala dan tanda yang dirasakan penderita.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan liang telinga, pada inspeksi tampak liang telinga kemerahan, edema.
Rasa nyeri juga dijumpai terutama saat menggerakkan rahang (mengunyah),
menekan tragus dan menggerakkan daun telinga.
 Adanya inflamasi, hiperemis, edema yang terlihat pada liang telinga luar
dan jaringan lunak periaurikuler.
 Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan lunak
pada ramus mandibula dan mastoid.
 Membran timpani biasanya intak.
 Demam tidak umum terjadi.1,3

3. Pemeriksaan penunjang

Biakan dan tes sensitivitas dari sekret.7

3.3.7 Diagnosis Banding

Otitis Eksterna Difusa

            Pada otitis eksterna difusa, biasanya mengenai kulit liang telinga
duapertiga dalam. Tampak kulit liang telinga hiperemis dan edema yang tidak
jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Keluhan
utama pasien biasanya berupa gatal, keluhan nyeri biasanya jarang dialami
pasien.5

Otomikosis

Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang tinggi di daerah
tersebut. Yang tersering ialah pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang
ditemukan juga kandida albikans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan
terbentuka sisik yang menyerupai ketombe dan merupakan predipossisi otitis
eksterna bakterialis. Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh ditelinga,
tetapi sering pula tanpa keluhan.5

3.3.8 Tata laksana

Prinsip-prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis


eksterna antara lain            :
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-
hati
2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani
bilamana mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk
mengoleskan obat
3. Pemilihan pengobatan lokal atau bisa dilakukan aspirasi steril apabila
timbul abses

Otitis eksterna sirkumskripta harus diterapi sejak dini untuk mengurangi edema
yang menutupi lumen kanal dengan cara memasukkan kapas yang berisi obat.
Tampon berukuran kecil yang baik digunakan, karena ujung tampon tidak
mendesak dan menekan lumen kanal. Tampon dimasukkan secara perlahan yang
sebelumnya dibasahi obat. Pasien diinstruksikan untuk mengaplikasikan obat cair
menggunakan kapas sekali atau dua kali sehari. Selama 48 jam tampon diletakkan
di kanal untuk melebarkan ukuran lumen. Kemudian obat dapat diaplikasikan
langsung ke dalam kanal.1,2,9

Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar linga telinga tetap bersih dan
kering dan melindunginya dari trauma. Kotoran harus dibersihkan dengan dari
liang telinga dengan irigasi secara lembut. Antibiotika topikal yang
dikombinasikan dengan kortikosteroid dalam bentuk tetes telinga sangat penting.
Berikan antibiotika sistemik (biasanya penisilin) dalam dosis penuh dalam 10 hari
jika terdapat tanda-tanda penyebaran infeksi di luar kulit liang telinga (demam,
adenopati, atau selulitis daun telinga). Kalau dinding furunkel tebal dapat
dilakukan insisi, kemudian dipasang salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya.
Selama fase akut, hindari berenang bila memungkinkan. 5

            Untuk mengurangi respon inflamasi, alkohol 70% dapat ditambahkan


untuk menjaga kanal tetap bersih dan kering. Pasien disarankan menggunakan ini
setelah telinganya kemasukan air. Antibiotik tetes tidak boleh digunakan lebih
dari 2-3 minggu karena berisiko terjadi dermatitis kontak. Pasien harus diberitahu
untuk kembali apabila telinga mulai terasa gatal, jangan sampai menunggu
terjadinya infeksi yang lebih parah.6

3.3.9 Pencegahan

Edukasi juga penting dalam mencegah otitis eksterna difus di masa depan.
Hal ini bertujuan untuk meminimalkan trauma kanal telinga dan menghindari
paparan air. Hindari membersihkan liang telinga terlalu sering maupun
menggunakan alat pembersih yang tidak sesuai karena dapat menyebabkan
trauma.8

3.3.10 Prognosis

Otitis eksterna sirkumskripta adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya
sembuh dengan cepat dengan pengobatan yang tepat. Otitis eksterna kronis yang
mungkin memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak
memiliki komplikasi jangka panjang atau serius. 9
BAB IV

ANALISA KASUS

Pasien datang ke poli THT RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan
nyeri pada telinga kiri 2 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan telinga kiri terasa
penuh dan rahang kiri terasa nyeri apabila dibuka. Pasien mengeluhkan
sebelumnya nyeri pada telinga kanan tetapi hilang 1 hari SMRS, sebelumnya
pasien mengeluhkan demam. Dari pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan pada
helix dan tragus serta dari pemeriksaan otoskopi ditemukan udem atau furunkel
pada liang telinga berwarna kemerahan hampir menutupi liang telinga.

Gejala dan tanda memenuhi diagnosa dari Otitis Eksterna Sirkumskripta


yakni rasa nyeri hebat pada liang telinga kiri yang diakibatkan penekanan pada
perkondirium disertai rasa nyeri tekan pada daun telinga serta saat membuka
mulut serta dari pemeriksaan fisik ditemui furunkel pada liang luar telinga. Gejala
timbul sejak 2 hari sebelum ke Rumah Sakit sehingga dapat disebut proses yang
bersifat akut. Pasien sebelumnya belum pernah melakukan pengobatan.
BAB V

KESIMPULAN

Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel=bisul) merupakan peradangan pada


sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa kulit, seperti folikel rambut,
kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi
pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel. Kuman penyebab biasanya
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Gejala ialah rasa nyeri yang
hebar tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium. Pemeriksaan liang telinga, pada inspeksi tampak liang
telinga kemerahan, edema. Rasa nyeri juga dijumpai terutama saat menggerakkan
rahang (mengunyah), menekan tragus dan menggerakkan daun telinga.
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar linga telinga tetap bersih dan kering
dan melindunginya dari trauma. Kotoran harus dibersihkan dengan dari liang
telinga dengan irigasi secara lembut. Antibiotika topikal yang dikombinasikan
dengan kortikosteroid dalam bentuk tetes telinga sangat penting. Edukasi juga
penting dalam mencegah otitis eksterna difus di masa depan. Hal ini bertujuan
untuk meminimalkan trauma kanal telinga dan menghindari paparan air. Otitis
eksterna sirkumskripta adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh
dengan cepat dengan pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Garry, Joseph P. Otitis Externa. [online]. 28 Februari 2010. [cited: 3
Desember 2017, 14.15 pm]. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/84923-overview
2. Hajioff, Daniel. Mackeith, Samuel. 2007. Otitis Externa. BMJ Publishing
Group. 510; 1-22
3. Piercefield, Emily W. Collier, Sarah A. Hlavsa, Michele C. Beach,
Michael J. Estimated Burden of Acute Otitis Externa — United States,
2003–2007. [online]. 27 Juni 2011. [cited: 3 Desember 2017, 14.55 pm]
Available at:

http://www.medscape.com/viewarticle/743429

4. Rosenfeld, Richard M. Brown, Lance. Cannon, C Ron. 2006. Clinical


Practice Guideline: Acute Otitis Externa. American Academy of
Otolaryngology–Head and Neck Surgery Foundation. 134; S4-S23
5. Soepardi, Efiaty Arsyad. Iskandar, Nurbiati, Iskandar. Bashiruddin, Jenny.
Restuti, Ratna Dwi. 2007. Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Jakarta: Balai Penerbit FK UI. 6; 10-16; 59
6. Ballenger, John Jacob. 1914. Diseases of The Nose, Throat and Ear.
London: Henry Kimpton Publishers. 12; 783-784; 786-787
7. Lynch, Judith S. How Should Swimmer’s Ear (Acute Otitis Externa) Be
managed?. [online]. 7 Januari 2011. [cited: 3 Desember 2017, 16.30 am]
Available at: http://www.medscape.com/viewarticle/745281
8. Ong, YK. Ghee, G. 2005. Infections of The External Ear. Ann Acd Med
Singpaore. 34; 330-334

Anda mungkin juga menyukai