Oleh:
Jajang Badrujaman, S.Ked
Pembimbing :
dr. Silman Hadori, Sp.Rad
AJR, 2009:
Pengenalan Pola Nodul Jinak pada Pemeriksaan Ultrasonografi Tiroid : Nodul
Mana yang Tidak Perlu Dibiopsi?
John A. Bonavita, Jason Mayo, James Babb, Genevieve Bennet, Thaira Oweity, Michael
Macari, Joseph Yee
Objektif:
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengevaluasi pola morfologi ultrasonografi
dari nodul yang diduga merupakan nodul jinak.
Bahan dan Metode:
Sebanyak 1.232 FNAB dilakukan oleh departemen sitologi bekerjasama dengan
departemen radiologi pada sebuah institusi pada Januari tahun 2005 hingga Desember
2007, meliputi 650 kasus pasien (436 wanita, 64 laki-laki, usia rata-rata 54,7 tahun;
rentang, 17-88 tahun). Dari data diatas diambil 500 data yang memiliki laporan patologi
dan gambar USG, yang selanjutnya disusun berdasarkan alfabet. Penelitian ini dilakukan
terhadap sejumlah sukarelawan HIPAA-t dan telah disetujui oleh dewan review
kelembagaan kami dengan surat pernyataan bebas tuntutan (informed consent). Kami
menganalisis gambaran sonografi per individu dan kami mendapatkan sebanyak 10 pola
morfologi yang berlainan yang diprediksi sebagai temuan histologis jinak.
Hasil:
Kami menemukan bahwa pengelompokan nodul tiroid berdasarkan pola
morfologi, merupakan langkah yang sangat akurat untuk mengidentifikasi nodul jinak
dibandingkan dengan analisis gambaran ultrasonografi untuk menemukan fitur tunggal
yang spesifik. Empat pola spesifik yang teridentifikasi meliputi pola konfigurasi
spongiform, kista dengan clot koloid, pola giraffe, serta pola hiperekhoik difusa yang
memiliki spesifitas 100% jinak. Dalam penelitian kami, penerapan empat pola di atas
dapat menyingkirkan lebih dari 60% kemungkinan keganasan pada biopsi tiroid.
Kesimpulan:
Pengenalan dari pola morfologi sonografi merupakan metode yang akurat untuk
mengidentifikasi nodul jinak tiroid (nodul yang tidak membutuhkan evaluasi sitologi).
Metode ini dapat mengurangi jumlah biopsi yang tidak diperlukan.
Pendahuluan
Salah satu konsekuensi peningkatan penggunaan imaging adalah ditemukannya
pseudodisease. Hal ini sebenarnya sering terjadi namun umumnya tidak memiliki nilai
klinis yang signifikan. Salah satu pseudodisease yang sering terjadi adalah nodul tiroid,
yang ditemukan pada 50% otopsi pada populasi umum. Sebagian besar dari nodul ini
bersifat jinak dan insiden keganasannya cukup rendah yaitu sekitar 3-7%. Sejak akhir
sekitar 5 tahun dengan tuntunan USG yang dioperasikan oleh salah satu dari lima ahli
radiologi (dengan pengalaman rata-rata 20,5 tahun). Pada sebagian besar kasus nodul
tiroid, biopsi dilakukan dengan spinal needle ukuran 25-gauge, sedangkan jarum 27gauge digunakan untuk lesi hipervaskuler. Sedikitnya dua tusukan dilakukan untuk setiap
nodul (rata-rata, 3,2 tusukan per nodul; dengan rentang 2-6 tusukan). Semua spesimen
dievaluasi langsung oleh ahli sitologi untuk memastikan bahwa sampel memang adekuat.
Interpretasi USG
Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif. Gambar USG dari seluruh nodul
dikaji di dalam konsensus oleh dua ahli radiologi di luar penelitian (yang tidak
mengetahui prosedur penelitian): yaitu seorang ahli radiologi yang berpengalaman 31
tahun dalam mempergunakan USG, dan seorang residen radiologi tahun kedua. Setiap
nodul dievaluasi gambaran sonografi per individu dan dikelompokkan kedalam salah satu
dari 10 pola morfologi yang berbeda.
Analisis histologis
Diagnosis akhir dibuat berdasarkan pada hasil pemeriksaan sitologis; konfirmasi
patologis ini dibatasi hanya hingga temuan tumor ganas ke 20 dari seluruh biopsi. Pada
20 pasien dengan tumor ganas ini, tidak ada perbedaan antara hasil pemeriksaan sitologi
awal dan hasil pemeriksaan patologis akhir. Hasil sitologi dibagi menjadi tiga kategori:,
1. nodul jinak, termasuk nodul koloid, nodul hiperplastik, dan
tiroiditis yang
untuk menentukan adakah kaitan antara faktor-faktor yang dipakai dalam klasifikasi dan
kemungkinan sifat jinak dari nodul.
Hasil
Hal-hal yang diidentifikasi dari masing-masing gambaran ultrasonografi per
individu adalah ukuran, jumlah, dan tekstur: (Gbr. 1A), pinggiran (Gbr. 1B), adanya
kepadatan internal atau kalsifikasi (Gbr. 1C dan 1D), edge refraction, relativitas vaskuler
terhadap kelenjar lainnya (Gbr. 1E). Analisis fitur nodul dari setiap hasil sonografi
individu mengungkapkan bahwa tidak ada fitur tunggal yang khas yang memiliki
sensitivitas tinggi maupun spesifisitas untuk keganasan (Tabel 1). Dalam penelitian kami,
sensitivitas terhadap adanya gambaran fitur spesifik per individu pada hasil sonografi dan
hubungannya dengan insiden keganasan adalah 35-100% dengan spesifisitas, 8,9-97,8%.
p
0.0017
0.0005
0.0731
0.0282
<0.0001
0.023
<0.0001
<0.0001
0.0625
0.0042
<0.0001
hiperekhoik merupakan tumor jinak. Hasil pemeriksaan patologi anatomi pada kasus pola
5-10 menunjukkan hasil tak terduga, dimana sebanyak 35-37 nodul isoekhoik tanpa halo
yang dibiopsi ternyata bersifat jinak. Sementara itu, hanya sebanyak 31 dari 45 nodul
hipoekhoik ternyata merupakan massa jinak.
Macam-macam
Hipervaskuler perifer
Batas jelas
10. Lain-lain
Macam-macam
Macam-macam
Macammacam
Densitas
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(-)
Comet tail
(-)
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(+/-)
Comet tail
(+/-)
Tabel 4. Jumlah Nodul dengan Pola yang Terkategorisasi dan Prosedur Diagnosis
yang Dianjurkan (n = 500)
Jinak, watch (n=460)
Ganas, biopsy (n=40)
Pola
Total
Koloi
Tiroiditis
Hyperplasia
Total
Folikuler Maligna
d
Hashimoto
1. Spongiformis
210
196
6
8
0
0
0
2. Kista dengan
53
52
1
0
0
0
0
clot koloid
3. Pola giraffe
23
12
10
1
0
0
0
4. White knight
17
9
8
0
0
0
0
5. Red light
37
29
5
3
15
11
4
6. Hipoekhoik
31
19
8
4
14
1
13
7. Isoekhoik, tanpa
35
26
4
5
2
0
2
halo
8. Isoekhoik,
37
33
1
3
4
1
3
dengan halo
9. Ring of fire
6
5
0
1
4
4
0
10. Lain-lain
11
10
1
0
1
0
1
Catatan: Pola 1-4 secara variatif berhubungan dengan nodul yang jinak. Pola 5-10
bervariasi (dapat jinak ataupun ganas)
Pembahasan
Suatu nodul tiroid adalah lesi yang diskrit, yaitu secara sonografi tampak berbeda
dari parenkim tiroid sekitarnya. Nodul adalah wujud dari keseluruhan penyakit tiroid,
bukan suatu penyakit tersendiri. Meskipun beberapa nodul tiroid dapat ditemukan pada
pemeriksaan fisik, banyak yang ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan studi
pencitraan lain, seperti CT dan MRI pada leher atau dada dan pencitraan ultrasonogafi
karotid. FNAB nodul tiroid telah menggantikan blind surgical excision sebagai prosedur
pilihan dalam diagnosis nodul tiroid. Penggunaan FNA telah menyebabkan penurunan
yang cukup besar jumlah bedah eksisi dan peningkatan sebanyak dua kali lipat dalam
mendiagnosis karsinoma. Fine neddle aspiration (FNA) yang relatif mudah dibandingkan
dengan operasi dan peningkatan frekuensi serta penyempurnaan pencitraan telah
menghasilkan suatu keadaan yang disebut epidemi nodul tiroid.
Karena penemuan nodul tiroid sangat sering, maka tidak mungkin setiap
penemuan nodul dengan ultrasonografi harus disertai biopsi pada nodul tersebut. Alasan
untuk membatasi biopsi tiroid, yang relatif tidak sakit dan aman, termasuk adanya
kecurigaan lesi ganas, sejumlah kecil kasus kanker tiroid dimana diagnosis dini
berpengaruh, kondisi ekonomi dan sosial, jumlah alat radilogi yang terbatas, serta
ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakan pasien saat diagnosis berpotensi ganas.
Oleh karena itu, pedoman untuk menentukan karakteristik nodul yang tidak memerlukan
biopsi menjadi sangat penting.
Menurut sudut pandang dan pengalaman penulis lain, serta data yang kami
dapatkan, kami menyimpulkan bahwa tidak ada fitur sonografi tunggal yang memiliki
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam deteksi keganasan. Meskipun demikian,
banyak gambaran fitur resiko tinggi yang telah dijelaskan sebelumnya seperti kalsifikasi,
hipoekhogenisitas, margin yang tidak jelas, dan hipervaskularitas yang tidak pernah
ditemukan pada nodul yang tidak memerlukan biopsi.
Kombinasi terus-menerus dari beberapa fitur pada gambaran sonografi ini
mengarahkan kami untuk mempertimbangkan pendekatan yang lebih berorientasi, seperti
yang dianjurkan oleh Reading et al. sebagai alternatif analisis. Reading et al. menjelaskan
delapan penampilan/penampakan khas yang biasa ditemui pada nodul yang jinak dan
ganas, yang memungkinkan mereka untuk memisahkan lebih dari satu setengah nodul
10
tiroid menjadi kelompok yang hanya perlu diobservasi dan kelompok yang membutuhkan
biopsi. Menurut hasil penelitian mereka, terdapat empat pola klasik pada kelompok yang
membutuhkan biopsi:
1.
2.
3.
4.
Empat pola klasik nodul yang tidak memerlukan biopsi adalah sebagai berikut:
1. Nodul kistik berukuran kecil (kurang dari 1 cm) yang berisi koloid,
2. Benjolan dengan gambaran honeycomb yang terdiri dari internal cystic spaces
dengan dinding ekhogenic tipis,
3. Nodul besar predominan kistik, dan
4. Nodul hipoekhoik difusa kecil yang multipel dengan pita ekhogenik, yang
menunjukkan suatu tiroiditis Hashimoto.
hipervaskuler. Nodul tipe 1 atau nodul spongiformis kami definisikan sebagai nodul yang
avaskular, atau kadang-kadang isovaskular sesuai dengan struktur kelenjar lain.
Pola kedua (tipe 2) adalah nodul kistik dengan central plug koloid dan bersifat
avaskuler. Pada awal analisis kami, ukuran kista dianggap tidak signifikan. Yang penting
adalah karakterisasi central plug yang avaskular dan memiliki gambaran puff pastry. Hal
ini mencakup nodul koloid. Jika bagian kistik dari lesi tersebut diambil, maka akan
nampak lesi berupa nodul spongiformis (tipe 1). Pola ketiga (tipe 3), atau pola girrafe,
ditandai oleh daerah berbentuk bulat hiperekhogenik, yang membentuk area-area yang
dikelilingi garis tipis yang hipoekhogenik, sehingga mirip dengan pola kulit pada jerapah
(giraffe). Pola ini cukup mirip dengan gambaran tiroiditis Hashimoto. Variasi dari pola ini
adalah pola ke- 4 white knight, atau pola hiperekhoik, yang biasanya merupakan nodul
regeneratif dari tiroiditis Hashimoto.
Analisis pola kami yang lainnya mengungkapkan lebih banyak variabilitas dalam
temuan sitologi (Tabel 6). Sebuah nodul dapat memiliki baik fitur yang signifikan ganas
maupun fitur yang tidak signifikan ganas sehingga nilai prediksi sebelum biopsi menjadi
diragukan. Nodul-nodul seperti itu memiliki empat pola rekomendasi biopsi yang
dijelaskan sebelumnya, seperti nodul isoekhoik yang dikelilingi halo atau adanya
refractory edge, yang kemudian kami sederhanakan dalam penelitian kami sebagai nodul
isoekhoik dengan atau tanpa halo (tipe 7 dan 8). Nodul lainya adalah nodul tipe 6 yang
melputi nodul hipoekhoik dengan atau tanpa mikrokalsifikasi sentral atau dengan
makrokalsifikasi sentral, dimana nodul tersebut direkomendasikan untuk dilakukan
biopsi, karena merupakan pola yang paling mengkhawatirkan dalam penelitian kami.
Tabel 6. Pola dari Nodul yang Memerlukan Biopsi Dibandingkan dengan Pola dari
Reading et al
Penelitian Ini: Penemuan
Reading et al, Resiko Tinggi Keganasan, Keharusan
Indeterminate, Keharusan untuk Biopsi
untuk Biopsi
5. Red light, hipervaskuler sentral
1. nodul hipoekhoik dengan mikrokalsifikasi;
6. Hipoekhoik
2. kalsifikasi yang tampak jelas pada nodul
7. Isoekhoik tanpa halo
hipoekhoik;
8. Isoekhoik dengan halo
4. massa solid dengan refractory edge, disebabkan
9. Ring of fire, vaskuler perifer
oleh fibrosis;
10. Lain-lain
3. nodul solid, ovoid, berbatas jelas dengan halo
hipoekhoik tipis
Kami mengidentifikasi pola-pola umum lainnya, termasuk pola yang ke 5 (red
light), yaitu lesi yang sangat hipervaskular yang pada pemeriksaan Doppler. Pada
12
pemeriksaan tersebut, lesi ini memberikan gambaran seperti lampu lalu lintas warna
merah. Pola ini sering terlihat pada lesi dengan peningkatan aktivitas seluler, termasuk
yang sering adalah neoplasma folikuler dan yang jarang adalah nodul hiperplastik dan
karsinoma. Nodul lain adalah nodul tipe 9, atau nodul ring of fire yang memiliki
vaskularisasi perifer yang tinggi dan nodul yang dimasukkan sebagai tipe lain (tipe 10),
karena tidak cocok dengan salah satu pola klasik yang ada. Walaupun kalsifikasi sering
terlihat pada nodul-nodul yang memerlukan biopsi, namun fitur tersebut tidak pernah
dilihat sebagai satu-satunya temuan pada pemeriksaan sonografi. Prediksi suatu nodul
adalah jinak pada tipe 5 hingga tipe 10 berkisar antara 60% (pada tipe 9, ring-of-fire)
sampai 91% (pada tipe 10). Karena kurangnya persentase prediktabilitas, kami percaya
bahwa nodul tersebut harus dipertimbangkan untuk dilakukan FNAB.
Keterbatasan dari penelitian yang kami lakukan ini terkait kepada fakta bahwa
kebanyakan dari diagnosa keganasan didasarkan pada faktor sitologi daripada histologi,
sifat penelitian yang retrospektif, dan kenyataan bahwa karakteristik nodul hanya
tergantung pada dua pengamat. Pengamat tersebut tidak mengetahui tentang hasil sitologi
pada saat dilakukan pengelompokan nodul. Periode tahun 2005 hingga tahun 2007 dipilih
untuk meminimalkan potensi terjadinya bias. Untuk menjawab pertanyaan kami dengan
keterbatasan yang ada, kami sedang mempersiapkan sebuah penelitian dimana kami
melatih ahli radiologi dengan berbagai variasi tingkat pengalaman dengan menggunakan
pendekatan pola-pola ini. Biopsi tiroid serial akan dipilih secara prospektif dalam
beberapa minggu sebelum penelitian, dan hasil gambar-gambar ini akan ditunjukkan pada
para pengamat (ahli radiologi yang sudah kami latih), yang akan menentukan apakah
biopsi perlu dilakukan. Untuk perkembangan selanjutnya, tim peneliti akan terus
menganalisis proses dan hasil analisis antar pengamat dalam mengenali nodul pada pola
yang spesifik, sejalan dengan hasil akhir sitologi.
Kami menyimpulkan bahwa banyak biopsi pada nodul tiroid (dalam penelitian
kami sebanyak 61%) dapat dikurangi bahkan tidak perlu dilakukan ketika pendekatan
menggunakan karakteristik pola morfologi sonografi digunakan. Pola morfologi yang
spesifik dapat memprediksi dengan lebih akurat kemungkinan nodul tersebut jinak. Nodul
yang memiliki pola spongiformis non-hipervaskular, lesi kistik dengan clot koloid, nodul
pola giraffe, atau nodul dengan pola hiperekhoik difusa dapat diobservasi saja dan tidak
perlu dibiopsi. Sebaliknya, jika nodul tidak termasuk pada satu dari empat pola yang telah
disebutkan diatas, menurut data kami, biopsi harus dilakukan tanpa memperhatikan fitur
individual dari nodul tersebut.
13
14