net/publication/308364662
CITATIONS READS
0 3,467
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Yunika puspa dewi on 21 September 2016.
MANDIRI
Disusun oleh:
11/326437/PKU/12910
YOGYAKARTA
2015
LAPORAN KASUS MANDIRI
Dipresentasikan tanggal:
November 2015
oleh:
Yunika Puspa Dewi
11/326437/PKU/12910
Narasumber
NIP. 196811281999031001
Mengetahui,
Prof. dr. Budi M., Sp.PK(K), MM dr. Umi S. Intansari, M.Kes., Sp.PK(K)
NIP. 195212261979031003 NIP. 19700110199702200
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : DN
No. RM : 01.69.79.55
JenisKelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 10 Oktober 1989 (25 Thn)
Alamat : Pingit Yogyakarta
Tanggal Dirawat : 25 Februari 2015
V. PEMERIKSAAN FISIK
- KU : Lemah, E4V5M6
- Tanda Vital
o TD : 95/60 mmHg
o N : 100 x/menit
o R : 24 x/menit
o t : 36.5 oC
2
- Kulit: papul eritem, diaskopi (+), permukaan tertutup oleh membran
keputihan multipel tersebar di belakang kepala, dada dan pinggang.
- Hematologi
RBC: 3.25 x 106/ µL; Hb: 8.8 g/dL; HCT: 29.1; WBC: 5.3 x 103/µL (neutrofil
66.8%, limfosit 30%, monosit 3%, eosinofil 0%, basofil 0.2%); PLT: 82 x 103/µL
PPT: 21.4 detik; APTT: 48.3 detik.
- Kimia Klinik
Natrium 153 mmol//L, kalium 2.69 mmol//L, klorida 114 mmol//L
SGOT 435 U/L, SGPT 164 U/L, GDS low
BUN 32 mg/dL, kreatinin 4.52 mg/dL
pH 7.37; pCO2 25.7; CHCO3 14.4; BE -9.9
Osmolalitas serum: 2 (153+2.69) + (225/18) + (32/2.8) = 336 osmo/L (280-295)
Anion gap = Na - Cl- HCO3 = 153 – 114 – 14.4 = 24.6
- Hormon
FT3 4.4 pmol/L (4.1-6.7)
FSH <0.1 mIU/mL
LH <0.1 mIU/mL
Prolaktin 4251 mIU/L 200 ng/mL
3
Diplopia ec suspek terkait adenoma.
Angiokeratoma multipel.
4
XI. KERANGKA PIKIR
5
XV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HEMATOLOGI 25/02 26/02 27/02 01/03 02/03 03/03 04/03 06/03 07/03
RBC 4,1-5,5x106/μL 3.25 3.93 3.73 3.67
HGB 12-14 g/dL 8.8 10.7 10 10
HCT 36-44% 29.1 34.8 33.1 31.5
WBC 4,0-11,0x103/μL 5.3 5.65 2.2 6.35
Neut 40-60% 66.8 68.3 70.9 71.2
Lymp 45-65% 30 29.6 26.8 24.7
Mono 2-8% 3 2.1 2.3 4.1
Eos 1-6% 0 0 0 0
Baso 0-1% 0.2 0 0 0
PLT 150-450x103/μL 82 68 19 7
Retikulosit 0.1 0.5
HbA1c 5.2
KED 0-15 mm/jam 51
HEMOSTASIS
PPT 21.4 14.4
INR 1.72 1.05
APTT 48.3 29.5
D-dimer <230 ng/mL 2336
Fibrinogen 148-380 mg/dL 181
KIMIA KLINIK
Albumin 3,1-5,0 g/dL 3.11 3.13 2.51
SGOT 15-37 IU/L 435 418 93
SGPT 12-78 IU/L 164 289 133
BUN 7-20 mg/dL 32 30.5 22.3 27.1
Kreatinin 0,6-1,3 mg/dL 4.52 1.79 1.16 1.35
Asam urat 2.4-5.7 mg/dL 3.7
GDP 183
GDS 74-140 mg/dL 225 276
Natrium 136-145 mmol/L 153 159 168 174 171 142
Kalium 3.5-5.1 mmol/L 2.69 2.5 2.7 2.7 3.1 4.6
Klorida 98-107 mmol/L 114 134 141 143 141 116
BUN urine 362
Kreatinin urine 29.17
CCT 59.23
Fraksi ekskresi Na 1.62
Na urine 62
K urine 11.46
Fraksi ekskresi K 19.29
UCT 36.62
AGD
PO2 172 111 28.4
PCO2 25.7 31 33.5
pH 7.365 7.3 7.483
SO2 99 97
cHCO3 16.5 16.5 25.8
BE -9.9 -11 1.7
6
IMUNOLOGI 25/02 26/02
HbsAg non reaktif
Anti HCV <1000 0.114
URINE RUTIN
Glukosa negatif -
Protein negatif 10
Bilirubin negatif -
Urobilinogen normal Normal
pH 4.5-8 5
BJ 1.000 - 1.030 1.01
Blood negatif 2+
Keton negatif -
Nitrit negatif -
LE negatif 500
Warna Colorless
eritrosit 0-25 78
lekosit 0-20 118
sel epitel 0-40 47.5
silinder 0-1.2 0.8
bakteri 0-100 73.6
kristal 0-10 0
yeast like cell 0-25 0
small round cell 0-6 45.1
silinder patologis 0-0.5 0.79
mukus 0-0.5 0.1
sperma 0-3 0
konduktivitas 3.1-27 5.8
XVII. PEMBAHASAN
Hipofisis atau kelenjar pituitari terletak di dasar otak di bawah ventrikel ke tiga di
‘‘Turkish saddle’’ (sella tursika) bagian dari tulang sphenoid. Hipofisis teretak di sella tursika
di bawah hipotalamus dan kiasma optikum. Pada orang dewasa, hipofisis berukuran 12x9x6
mm dengan berat 0.6 g. Hipofisis dibagi 2 yaitu bagian anterior yang lebih besar disebut
adenohipofisis dan bagian posterior yang disebut neurohipofisis.1,2 Adenohipofisis
memproduksi berbagai macam hormon misalnya prolactin, growth hormone (GH), thyroid
stimulating hormone (TSH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone
(LH). Prekursor prohormon juga disekresi yaitu corticotropin (ACTH) dan melanocyte-
stimulating hormone. Lesi pada adenohipofisis menyebabkan defisiensi hormon sehingga
timbul berbagai gejala klinis. Lobus posterior hipofisis tidak dapat mensekresi hormon sendiri.
Lobus ini menerima vasopressin (ADH) dan oksitosin dari neuron hipotalamus lewat kapiler
darah untuk disimpan.3
7
Gambar 1. Letak anatomis kelenjar hipofisis.4
8
Gambar 2. Kelenjar hipofisis dan hormon yang diproduksi. 7
9
5. Adenoma endocrine-inactive / non functionning
Secara histologis, adenoma nonfunctioning disebut chromophobe yaitu tumor
dengan sitoplasma agranular.1 Pada saat diagnosis adenoma hipofisis non functionning,
60-80% pasien sudah dengan defisiensi pitutiari, defisiensi gonadotropik (>80%),
diikuti defisiensi somatotropik; tirotropik dan kortikotropik (20-50%).8
6. Hipopitutiari
Gambaran patologi, derajat keparahan dan kecepatan onset dari hipopitutiari
mempengaruhi gambaran klinis. Space occupying lesions yang menyebabkan
hipopitutiari menyebabkan gejala nyeri kepala, gangguan penglihatan dan kadang
perubahan tingkah laku, epilepsi lobus temporal dan cerebrospinal fluid (CSF)
rhinorrhoea. Selain karena kompresi massa, tumor yang memproduksi hormon
memberikan gambaran klinis yang kompleks yaitu kombinasi dari kelebihan dan
kekurangan hormon.9 karakterisitik hipopitutiari karena adenoma hipofisis perjalanan
klinisnya berurutan sebagai berikut:
Defisiensi GH yang pertama kali muncul.
Defisiensi Gonadotrophin muncul kemudian dengan defisiensi LH terlebih
dahulu sebelum FSH
Kelebihan PRL. Biasanya awal tetapi ringan; hal ini dikarenakan kompresi
stalk. Makroadenoma yang mensekresi PRL berbeda dengan tumor besar yang
tidak mensekresi hormon dalam menyebabkan hiperprolaktinemia yaitu
hiperprolaktinemia diebabkan oleh kompresi stalk sehingga mengganggu
transportasi dopamin hipotalamus sehingga menghambat pituitary lactotrophs.
Defisiensi ACTH
Defisiensi TSH
Diabetes insipidus. Bila ada mencerminkan kecurigaan adanya parapituitary
disorder. Tanda khas diabetes insipidus adalah hipernatraemia dan poliuria -
volume urine terdilusi yang berlebihan dan hal ini terlihat jelas pada pasien
dengan impaired thirst atau penurunan mobilitas.10
10
Table 1. klasifikasi dan presentase klinis adenoma hipofisis 11
11
Apopleksi pitutiari merupakan gangguan yang mengancam jiwa karena infark iskemik
akut atau hemoragik dari kelenjar pitutiari. Gejala klinis dari sindrom ini adalah nyeri kepala,
mual, muntah, gangguan penglihatan, perubahan status jiwa dan bahkan koma. Diagnosis
apopleksi pitutiari biasanya terlewatkan karena sindrom ini jarang. Nyeri kepala merupakan
gejala yang paling sering dari apopleksi pitutiari tanpa perubahan status mental dan kadang
disertai nyeri berat. Adanya perubahan lapang pandang atau ketajaman penglihatan
menunjukkan ketertlibatan nervus optikus, dan kiasma. Nervus okulomotorius (III, IV dan VI)
melewati sinus cavernosus rentan terhadap tumor pitutiari, oleh karena itu sebagian besar
pasien yang tidak menunjukan perubahan status mental mengeluhkan diplopia. Perubahan
status mental merupakan gejala neurologi paling berat pada pasien apopleksi pitutiari.
Mekanismenya sampai sekarang belum jelas dan mungkin berhubungan dengan perdarahan
sub-arachnoid, peningkatan tekanan intracranial, hidrosefalus obstruktif, insufiensi adrenal
yang menyebabkan hipotensi arterial, hipoglikemia dan kompresi hipotalamus.2
Pendekatan diagnostik untuk pasien dengan suspek adenoma hipofisis tergantung pada
gejalanya.11 Pasien dengan gejala karena hormon berlebihan biasanya mempunyai adenoma
hipofisis. Evaluasi ditujukan pada sindrom hipersekresi hormone spesifik. Defisiensi hormon
juga harus dievaluasi karena hipopitutiari terjadi lebih dari 30% adenoma. Konsensus panduan
merekomendasikan panel pemeriksaan endokrin sebagai pemeriksaan laboratorium. Panel ini
termasuk prolaktin, insulin like growth factor 1 (IGF-1), LH/FSH, TSH, tiroksin (T4), dan tes
awal untuk kelebihan kortisol - 24 jam urin bebas kortisol, kortisol air ludah malam hari atau
tes supresi deksametason dosis rendah.11
12
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk konfirmasi penyakit pitutiari adalah:
Prolaktin
9am Cortisol
Pemeriksaan lapang pandang (untuk makroadenoma atau pasien dengan keluhan
gangguan penglihatan)
MRI scan.5
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Gottinger JWJ. Tumors of the Pituitary Gland. In: Journal of Neuropathology and
Experimental Neurology [Internet]. 1998. p. 1907. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-1-4377-1534-7.00026-5
2. Chang C V, Felicio AC, Toscanini AC. Pituitary Tumor Apoplexy. Arq Neuropsiquiatr.
2009;67(December 2008):328–33.
5. Phillips N, the Pituitary MDT. Guidelines for the Management of Pituitary Tumours.
Yorkshire: Brain and CNS NSSG; 2013. 1-25 p.
6. Olsson DS. Non - functioning pituitary tumours - mortality , morbidity and tumour
progression. Institute of Medicine at the Sahlgrenska Academy University of
Gothenburg; 2014.
11. Lake MG, Krook LS, Cruz S V. Pituitary Adenomas: An Overview. Am Fam Physician.
2013;88(5):319–27.
14