Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat Telp. (021) 5605140 Fax. 021-5631731
PENDAHULUAN Anemia didefinisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita (WHO). Anemia merupakan gejala dan tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia diklasifi kasikan menjadi anemia makrositik (meancorpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik (MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia.
2 SKENARIO 6 Seorang lelaki berumur 46 tahun datang dengan keluhan lemas sejak 1 minggu yang lalu. Sebelumnya pasien muntah hitam dan BAB berwarna hitam sebanyak 3x. Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hatinya dan mual. Pasien pernah BAB hitam 3bulan yang lalu, ada penyakit maag sejak 7 bulan yang lalu dan sering minum obat penghilang nyeri dalam 2 tahun terakhir.
ANAMNESIS 1. Pernahkah pasien muntah darah atau ada butiran kopi? Berapa banyak, berapa kali, dan sejak kapan pasien muntah ? apakah muntah pertama mengandung darah atau hanya yang berikutnya ?(pertimbangkan kemungkinan perdarahan akibat robekan Mallory- Weiss karena robekan esophagus setelah muntah). 2. Adakah gangguan pencernaan, nyeri dada, refluks asam atau nyeri abdomen ? adakah kehilangan darah per rectum atau melena ? apakah darah tercampur atau terpisah dari tinja? Apakah tampak pada kertas toilet? Adakah perubahan kebiasaan buang air besar? Adakah rasa nyeri saat defekasi? Adakah lender? Adakah diare? 3. Apakah pasien pingsan atau pusing. Khususnya saat duduk/ berdiri tegak? 4. Adakah gejala yang menunjukkan anemia kronis (toleransi olahraga menurun, lelah, angina, sesak napas, dan lain-lain)? 5. RPD : adakah kehilangan darah lewat saluran cerna sebelumnya, anemia, kecenderungan perdarahan, penyakit hati (pertimbangkan varieses)? 6. Obat-obatan : apakah pasein mengkonsumsi aspirin, OAINS, obat anti koagulan, atau Fe (menyebabkan tinja berwarna hitam)?. Tanyakan riwayat merokok dan alcohol pasien. Jika konsumsi alcohol pasien berleihan, pertimbangkan gastritis akibat alcohol, ulkus atau bahkan perdarahan varises. 7. Riwayat Keluarga: adakah riwayat keganasan usus, colitis, atau kondisi turunan yang jarang. Seperti sindrom Osler-weber-Rendu?
Pemeriksaan Fisik
3 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital Tanda-tanda vital adalah nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah. Periksa keadaan umum dan tanda-tanda vital pada pasien. Semuanya harus diukur dalam setiap pemeriksaan yang lengkap. Tekanan darah, temperatur, frekuensi nadi dan frekuensi napas menentukan tingkat keparahan penyakit. Pasien yang memperlihatkan adanya perubahan nyata pada tanda-tanda vital biasanya menderita gangguan akut yang memerlukan evaluasi dan pengobatan segera.5 darah sistolik di bawah 90 mmHg menandakan keadaan gawat darurat. kemungkinan besar respiratory arrest. Bila lebih dari 35 kali/menit menunjukkan gangguan yang parah, frekuensi yang lebih cepat dapat terlihat beberapa jam sebelum otot-otot napas menjadi lelah dan terjadi gagal napas.5
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematik dan menyeluruh. Dilakukan inspeksi pada :6 a. Warna kulit : pucat, plethora, sianosis, ikterus, kulit telapak tangan kuning. b. Purpura : ptechie, echimosis. c. Kuku : koilonychia (kuku sendok). d. Mata : ikterus, konjungtiva pucat, perubahan fundus. e. Mulut : ulserasi, hipertrofi gusi, perdarahan gusi, atrofi papil lidah, glossitis dan stomatitis angularis. f. Limfadenopati dan hepatosplenomegali. g. Nyeri tulang atau nyeri sternum. 6
Pemeriksaan Fisik Abdomen Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua tangan di sisi kanan-kirinya. Sebaiknya vesika urinaria dikosongkan dahlu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. 5
4 a. Inspeksi Pada pemeriksaan inspeksi, diperhatikan kelainan-kelainan yang terlihat pada perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetri perut yang menunjukkan adanya masa tumor, striae, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalan keluar dari umbilicus), atau obstruksi vena kava inferior, peristaltis usus, distensi dan hernia. Pada keadaan normal, dinding perut terlihat simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltic usus tidak terlihat. Bila terlihat gerakan peristaltic usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akat obstruksi lumen usus. Perhatikan kontur abdomen, apakah bentuk dindingnya cekung atau membuncit, apakah abdomennya simetris, apakah terdapat organ atau masa yang terlihat. Perhatikan adanya peristaltic yang terlihat, pulsasi normal aorta akan terlihat di epigastrium.
b. Palpasi Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan dalam rongga abdomen dan pembesaran organ (organomegali). Palpasi dilakukan secara sistematis dengan seksama, pertama kali ditanyakan apakah ada daerah-daerah yang nyeri tekan dan sedapat mungkin seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran massa tumor, hati, limpa, kandung empedu membesar atau teraba. Palpasi diusahakan dalam posisi terlentang, pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien. Penekanan dilakukan oleh ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan hati-hati pada daerah nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Perinci nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada tahanan (peritonitis), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan. 5
c. Perkusi Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, dengan penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Perkusi abdomen sangat membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau udara. Dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali di daerah hati suara perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani di seluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan 5 adanya udara bebas di dalam perut, misalnya pada perforasi usus. Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi di atas dinding perut mungkin timpani dan sampingnya pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan berpindah-pindah (shifting dullness). Perhatikan di mana bunyi timpani berubah menjadi dullness.5
d. Auskultasi
Dalam keadaan normal, bising usus terdengar lebih kurang 3 kali per menit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltic usus akan meningkat, lebih lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus disebut borborigmi. Pada keadaan paralisis usus, suara ini sangat melemah dan jarang bahkan kadang-kadang bisa menghilang. Keadaan ini juga bisa terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus di mana usus sangat membesar dan atoni. Pada ileus obstruksi kadang terdengar suara peristaltic dengan nada tinggi dan suara logam (metallic sound). Suara murmur sistolik atau diastolic mungkin dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena yang kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran, dapat didengar diantara umbilicus dan epigastrium
Pemeriksaan penunjang Penilaian laboratorium
Uji rutin
Hitung darah lengkap (full blood count, FBC) - Sampel darah dalam antikoagulan sequestrene diuji dengan penganalisis automatis. - Konsentrasi hemoglobin, hematokrit, jumlah sel darah merah, indeks sel darah merah. - Jumlah dan diferensial sel darah putih. - Jumlah dan ukuran trombosit. 6 - Penganalisis semakin bisa menghasilkan jumlah retikulosit terautomatisasi dan menghitung imatur (retikulosit trombosit).2
Nilai Eritrosit Rata- KHER(MCHC)
Apusan darah Apusan darah digunakan untuk menilai ukuran/bentuk sel darah merah; gambaran dan diferensial sel darah putih; sel abnormal; ukuran dan morfologi trombosit; deteksi parasit, misalnya malaria.
Uji laboratorium khusus Pemeriksaan penunjang pada anemia hemolitik, gangguan hemoglobin, defisiensi hematinik, penyakit keganasan, dan gangguan koagulasi. Laju endap darah (LED), viskositas plasma/ whole blood, dan protein C-reaktif. Laju endap darah (LED) mengukur kecepatan turunnya suatu kolom yang berisi sel darah merah plasma dalam waktu 1 jam. LED sebagian besar ditentukan oleh konsentrasi protein plasma, terutama fibrinogen dan globulin. LED meningkat pada anemia. Kisaran normal LED meningkat seiring pertambahan usia. Peningkatan LED merupakan ndikator yang tidak spesifik terhadap respons fase akut dan berguna dalam memonitor aktivitas penyakit misalnya arthritis rematoid. Peningkatan LED terjadi pada gangguan inflamasi, infeksi, keganasan, mieoma, anemia, dan kehamilan. Viskositas plasma memberikan informasi yang dapat dibandingkan dan semakin disukai karena dapat diautomatisasi secara mudah. Viskositas whole blood juga dipengaruhi oleh jumlah sel, sehingga meningkat bila jumlah sel darah merah (eritrokrit), jumlah sel darah putih (leukokrit), atau jumlah trombosit sangat meningkat. Protein C-reaktif meningkat pada respon fase akut dan berguna dalam memonitor hal ini.2
Aspirasi sumsum tulang dan biopsy trefin. Uji khusus - Sitometri aliran - Analisis kromosomal 7 - Tekhnik molecular
Pemeriksaan penunjang khusus Penyakit hematologis sering merupakan gangguan yang menyerang banyak system (multisystem) dan berbagai macam pemeriksaan penunjang khusus ( sinar-X, ultrasonografi, CT scan / MRI, endoskopi,dll) sering kali diperlukan untuk menentukan luas dan stadium penyakit. - Pelabelan sel dengan isotop yang diikuti pemindaian, misalnya pelabelan sel darah merah autolog dengan kronium/teknetium radioaktif, kemudian direinjeksi, dan dilakukan penentuan massa sel darah merah dan pengukuran masa hidupnya, deteksi hilangnya sel darah merah dalam tinja dan pendeteksian destruksi dalam hati/ limpa dilakukan dengan penghitungan permukaan. Pemindaian sel darah putih berlabel (gallium)dapat mendeteksi infeksi atau limfoma samar. - Tomografi emisi positron (PET) mengukur aktivitas metabolic jaringan dan mampu membedakan tumor aktif, misalnya limfoma (positif), dibandingkan dengan jaringan parut yang inaktif (negative). - Pemindaian multiple gated acquisition (MUGA) untuk menilai fungsi ventrikel
Diagnosis Banding Anemia pendarahan kronis et causa ulkus peptikum Bisul melibatkan iritasi, luka atau lesi pada tingkat yang berbeda dari saluran pencernaan. Penyebab utama dari ulkus dianggap infeksi dengan bakteri yang disebut Helicobacter pylori, yang dapat diperoleh melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyebab lain dari ulkus adalah produksi berlebihan dari asam klorida dan pepsin. Ketika secara berlebihan, asam lambung dapat merusak dinding pelindung dari lambung atau organ internal tertentu, memungkinkan bakteri untuk menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Meskipun bakteri Helicobacter pylori dan sekresi lambung berlebihan terutama bertanggung jawab untuk pengembangan ulkus, ada juga faktor lain yang dapat berkontribusi pada proses: merokok, konsumsi alkohol, kafein, dll Ketika asam klorida dan pepsin juga terlibat dalam pengembangan maag, gangguan ini disebut sebagai ulkus peptikum. Jika ulkus terjadi pada tingkat 8 duodenum, gangguan ini disebut ulkus duodenum. Jika ulkus berkembang dalam perut, gangguan perut atau disebut tukak lambung. Ulkus lambung dianggap suatu bentuk gangguan pencernaan serius, karena dapat mengakibatkan komplikasi dan bahkan kanker. Komplikasi yang paling parah adalah perdarahan ulkus peptikum dan perforasi ulkus. 1
Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah: - muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi - tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat, diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat. Obat-obat tertentu (terutama aspirin, ibuprofen dan obat anti peradangan non- steroid lainnya), menyebabkan timbulnya erosi dan ulkus di lambung, terutama pada usia lanjut. Erosi dan ulkus ini cenderung akan membaik jika pemakaian obat tersebut dihentikan dan jarang kambuh kembali kecuali jika obat digunakan kembali. 9
Diagnosis Kerja Anemia pendarahan kronis et causa gastropati OINS Anemia Gastropati Gastropati yang disebabkan oleh refluks empedu dan OINS sering disebut sebagai gastropati kimiawi atau gastropati reaktif atau gastritis tipe C. OINS merupakan first line therapy untuk artritis dan digunakan secara meluas pada kasus trauma, nyeri pasca pendarahan dan nyeri-nyeri lain. Sebagian besar efek samping OINS pada saluran cerna bersifat ringan dan reversibel. Hanya sebagian kecil yang menjadi berat yakni tukak peptik, pendarahan saluran cerna dan perforasi. Risiko untuk mendapatkam efek samping OINS tidak sama untuk semua orang tergantung kepada faktor usia, digunakan bersama steroid, riwayat pernah mengalami efek samping OINS , dosis tinggi atau kombinasi dengan lebih dari satu macamOINS dan diabilitas.
Anemia pendarahan kronis Gejala klinik yang timbul pada anemia tidak selalu sama walaupun kadar hemoglobin penderita tersebut sama. Hal ini disebabkan gejala anemia yang timbul karena beberapa faktor antara lain kecepatan terjadinya anemia, daya kompensasi fisiologis tubuh dan aktivitas penderita. Bagi anemia yang terjadi dalam waktu singkat/akut (seperti pendarahan akut) akan menimbulkan gejala berat. Sebaliknya bila anemia terjadi secara perlahan ( menahun ) maka gejalanya akan lebih ringan karena pada keadaan ini penderita telah dapat menyesuaikan diri dan terjadi kompensasi tubuh terhadap keadaan tersebut. Gejala klinik anemia pada orang beraktivitas tinggi lebih terlihat karena kebutuhan oksigen yang lebih tinggi. 2,5
Epidemiologi Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Angka 10 prevalensi anemia di dunia sangat bervariasi tergantung pada geografi. Angka prevalensi anemia di Indonesia menurut Husaini dkk adalah sebagai berikut :6 Di UK tiap tahun diperkirakan 30.000 gangguan gastrointestinal yang serius diakibatkan oleh NSAID dan diperkirakan 12.000 pasien terpaksa dirawat dirumah sakit dan menyebabkan 1.200 kematian. Di USA diperkirakan lebih dari 40.000 penderita tiap tahun dirawat di rumah sakit dan menyebabkan 3.000 kematian pada penderita lanjut usia yang disebabkan oleh pemakaian NSAID. Diperkirakan NSAID menyebabkan 15-35% dari seluruh komplikasi ulkus.3 Etiologi Etiologi dari anemia pasca perdarahan (post-hemoragic) adalah kehilangan darah karena kecelakaan, operasi, pendarahan usus, ulkus peptikum, perdarahan karena kelainan obstetris, hemoroid dan ankilostomiasis.9 Anemia yang disebabkan perdarahan mendadak, perdarahan lambat yang kronis (menahun) mengakibatkan penurunan jumlah total sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia jenis ini dapat berhubungan dengan peningkatan presentase sel darah merah imatur (retikulosit) dalam sirkulasi.2 Kehilangan darah dalam jumlah besar (blood loss) akan menyebabkan kurangnya julah sel darah merah (SDM) dalam darah sehingga terjadi anemia. Pendarahan kecil atau mikro yang terjadi dalam jangka waktu yang lama juga dapat menimbulkan anemia. Berlainan dengan perdarahan yang besar dan dalam waktu singkat, perdarahan mikro dan kronis ini biasanya tidak atau kurang disadari. Perdarahan kecil yang menahun di saluran cerna juga dapat terjadi pada tukak lambung yang tidak diobati sebagaimana mestinya.10 Ulkus gaster seringkali menimbulkan perdarahan dalam ukuran besar, tidak nyeri, kemungkinan perdarahan awal yang lebih kecil disertai darah yang mengalami perubahan (coffee ground) dan riwayat penyakit ulkus peptikum. Sedangkan pada gastritis erosif, terdapat perdarahan dengan volume sedikit, berwarna merah terang, dapat terjadi sesudah konsumsi alkohol atau OAINS dan terdapat riwayat gejala-gejala dispepsia.11 Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.5 11 Patofisiologi Gejala umum anemia (sindrom anemia) adalah gejala yang timbul pada setiap kasus anemia, apapun penyebabnya, apabila kadar hemoglobin turun di bawah harga tertentu. Gejala umum anemia ini timbul karena anoksia organ, mekanisme kompensasi tubuh terhadap berkurangnya daya angkut oksigen. Gejala umum anemia menjadi jelas (anemia simptomatik) apabila kadar hemoglobin telah turun di bawah 7 g/dl. Berat ringannya gejala umum anemia tergantung pada derajat penurunan hemoglobin, kecepatan penurunan hemoglobin, usia, adanya kelainan jantung atau paru sebelumnya. Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, pusing, telinga mendenging (tinnitus), mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak nafas dan dispepsia. Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan di bawah kuku. Gejala yang timbul akibat penyakit dasar yang menyebabkan anemia sangat bervariasi tergantung dari penyebab anemia tersebut. 5
Reaksi klinis dan morfologis terhadap kehilangan darah bergantung pada kecepatan perdarahan dan apakah perdarahan bersifat eksternal atau internal. Pengeluaran darah kronik memicu anemia jika kecepatan perdarahan melebihi kapasitas regeneratif sumsum tulang atau jika cadangan besi berkurang. 7 Gastropati akibat NSAID bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri ulu hati sampai pada tukak peptik dengan komplikasi perdarahan saluran cerna bagian atas. 5
Gejala yang timbul mirip pada anemia perdarahan kronis mirip dengan anemia jenis lain dan bervariasi dari ringan sampai berat, tergantung pada seberapa banyak darah yang hilang dan seberapa cepat. Jika kehilangan darah terjadi secara perlahan selama beberapa minggu atau lebih, kehilangan sampai dua pertiga dari volume darah dapat menyebabkan gejala hanya berupa kelelahan dan kelemahan.5 Gejala klinis yang dapat dijumpai pada anemia pasca perdarahan jika dihubungkan dengan perdarahan adalah sebagai berikut : 12
12
Tabel 1. Gejala Klinis Perdarahan 12
PENATALAKSANAAN NON MEDIKA MENTOSA Pada perdarahan banyak dan cepat, sumber perdarahan harus ditemukan dan perdarahan harus dihentikan. Pemulihan volume darah dengan pemberian plasma secara intravena atau darah utuh yang telah dicocokkan golongannya. Salin atau albumin juga dapat diinfuskan.2 Pulihkan volume darah dengan memberikan infus plasma expanders. Indikasi transfusi darah bila kadar Hb kurang dari 7g/dL. Pemberian 1 unit Packed Red Cells (PRC) dapat meningkatkan Ht 3% atau meningkatkan kadar Hb 1 g/dL.1 Hal yang penting dan kritis adalah memberikan pengobatan tanpa menunda. Selang intravena berdiameter besar harus dipasang. Sementara golongan darah ditentukan dan dilakukan percocokan silang (crossmatch), salin, ringer laktat atau koloid seperti albumin 5% harus diinfuskan untuk mengoreksi hipovolemia. Selanjutnya darah lengkap diberikan sesegera mungkin. Pemantauan tanda-tanda vital dan tekananan vena sentral berguna dalam menentukan jumlah volume penggantian yang tepat. 13
Penatalaksanaan pada pasien gastropati OAINS, terdiri dari non- mediamentosa dan medikamentosa. Pada terapi non-medikametosa, yakni berupa istirahat, diet dan jika memungkinkan, penghentian penggunaan OAINS. Secara umum, pasien dapat dianjurkan pengobatan rawat jalan, bila kurang berhasil atau ada komplikasi baru dianjurkan rawat inap di rumah sakit.5 Pada pasien dengan disertai tukak, dapat diberikan diet lambung yang bertujuan untuk memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak memberatkan lambung, mencegah dan menetralkan asam lambung yang berlebihan 13 serta mengusahakan keadaan gizi sebaik mungkin. Adapun syarat diet lambung yakni:3
-15% dari kebutuhan energi total yang ditingkatkan secara bertahap hingga sesuai dengan kebutuhan. - Rendah serat, terutama serat tidak larut air yang ditingkatkan secara bertahap.
mekanis, maupun kimia (disesuaikan dengan daya terima perseorangan) minum susu terlalu banyak.
-48 jam untuk memberikan istirahat pada lambung.
PENATALAKSANAAN MEDIKA MENTOSA Dengan adanya kehilangan darah secara lambat atau sedikit, tubuh dapat memproduksi cukup sel darah merah untuk memperbaiki anemia tanpa perlu transfusi darah. Karena zat besi, yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah hilang selama perdarahan, kebanyakan orang yang mengalami anemia akibat pendarahan perlu mengkonsumsi suplemen zat besi, biasanya tablet, selama beberapa bulan. Kehilangan darah memerlukan suplementasi besi untuk jangka panjang. Pemberian ferro sulfat 3 x 200 mg sehari merupakan pilihan yang tepat. Sediaan besi oral lainnya meliputi ferro fumarat, ferro glukonat. Perbaikan cadangan besi membutuhkan waktu 3-6 bulan meskipun demikian retikulosis mencapai puncak setelah 10 hari sementara hemoglobin mencapai nilai normal setelah 2 bulan terapi.5 Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati OAINS ringan dapat sembuh sendiri walaupun OAINS tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2 (ARH2) 14 atau proton pump inhibitor (PPI) dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Harus hati- hati menggunakan ARH2 pada pasien yang harus menggunakan OAINS jangka lama ARH2 ternyata mampu mencegah timbulnya komplikasi berat OAINS pada saluran cerna atas. Pasien yang dapat menghentikan OAINS, obat-obat anti tukak seperti golongan sitoproteksi, ARH2 dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik. Sedangkan pasien yang tidak mungkin menghentikan OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya menggunakan PPI.5 KOMPLIKASI
1) Kegagalan jantung dimana fungsi jantung menjadi lemah dan tidak mencukupi. Masalah jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung yang cepat atau tidak teratur. Jantung harus memompa darah lebih banyak untuk mengkompensasi kekurangan oksigen yang dibawa oleh darah. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran jantung atau gagal jantung 2) Masalah semasa mengandung seperti melahirkan anak pramatang dan pertumbuhan janin yang terencat semasa berada didalam kandungan. 3) Keletihan yang teruk sehingga mengganggu aktivitas seharian. Terutama pada anak sekolah yang tidak ikut serta kegiatan di sekolah. 4) Pada anemia yang parah, pendarahan yang banyak yang tidak diganti balik dapat menyebabkan kematian. 3
Prognosis Prognosis akan bertambah baik jika peyakit dasarnya dikesan dan di tangani lebih awal. Anemia merupakan simptom yang menandakan adanya kelainan lain di tubuh. Sifat-sifat gejala anemia dapa dipakai untuk membantu diagnosis. Pada orang yang sudah berusia/lansia prognosis anemia lebih buruk karena daya ketahanan tubuh yang semakin berkurang. 5
15 Daftar pustaka
1. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SK, Santoso R. Penuntun patologi klinik hematologi. Jakarta: FK Ukrida;2009.h.103-121. 2. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;2009.h.410-25. 3. 1.Suyata, Bustami E, Bardiman S, Bakry F. Nsaid gastropathy. Volume 5. Jakarta: The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive Endoscopy;2004.h.89-94. 4. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;2007.h.29-30. 5. Sudoyo WA. Setiyohadi B, Alwi I et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Volume 1 & 2. Edisi ke-5. Jakarta: Interna Publishing;2009.h.447, 509-518, 1109-1113. 6. Bakta IM. Hematologi klinik ringkas. Jakarta: EGC;2012.h.12-40. 7. Mitchell, Kumar K, Abbas, Fausto N. Robbins & cotran dasar patologis penyakit. Edisi ke-7. Jakarta: EGC;2010.h.641-2. 8. Staf pengajar ilmu kesehatan anak FK UI. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: FK UI;2005.h.430-1. 9. Sadikin M. Biokimia darah. Jakarta: Widya Medika;2002.h.25-37. 10. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Jakarta: Erlangga;2007.h.23. 11. Behrman, Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Volume 2. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;2000.h.1326. 12. Bakta IM. Gawat darurat di bidang penyakit dalam. Jakarta: EGC;2000.h.139.