Anda di halaman 1dari 19

ARIEF RAHMAN SHABRI KALIKY

2017-83-086
Learning Objective

1. Alur penegakan diagnosis


2. Etiologi kolisistitis
3. Faktor resiko kolisistitis
4. DD dan DP
5. Tatalaksana kolisistitis
6. Prognosis dan komplikasi
Alur penegakan diagnosis

• Identitas pasien
• Keluhan utama (nyeri perut
kanan atas, mual dan muntah,
demam)
Anamnesis • Keluhan tambahan
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat penyakit dahulu
• Riwayat sosial ekonomi
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
• Inspeksi Kulit Periksalah kulit atau sclera untuk melihat adanya icterus
(kuning). Inspeksi dilakukan pula untukmelihat adanya spider angioma.
Inspeksi Tangan Apakah otot-otot kecil di tangan mengecil? Ini berkaita
dengan wasting. Kuku diperiksa dengan melihat adanya perubahan di dasar
kuku, terutama peningkatan ukuran lunula.
• Inspeksi Wajah Apakah mata cekung? Apakah daerah temporal cekung? Ini
adalah tanda-tanda kelemah dan nutrisi buruk. Kulit di sekitar mukosa oral
dapat memberi petunjuk mengenai gangguan saluran cerna.1
• Inspeksi Abdomen Kontur abdomen harus diperiksa. Abdomen yang skafoid,
atau konkaf berkaitan dengan kakesia. Abdomen protuberan disebabkan oleh
distensi usus oleh gas, asites, organomegali, atau obesitas. Pemeriksan harus
memusatkan perhatianya kepada abdomen untuk melukiskan secara memadai
adanya ketidaksimetrisan, distensi, massa, atau gelombang peristaltic yang
dapat dilihat. Inspeksi abdomen untuk mencari adanya stria dan jaringan parut.
• Pemeriksaan bunyi usus : Auskultasi abdomen dilakukan
dengan meletakakan diafragma stetoskop di atas mid
abdomen sementara pemeriksa mendengrkan bunyi
• Menyingkirkan kemungkinan adanya obstruksi viskus :
Suatu succession splash mungkin ditemukan pada
abdomen yang distensi sebagai akibat adanya gas dan
cairan di dalam suatu organ yang mengalami obstruksi.
Pemeriksa meletakkan stetoskopnya di atas abdomen
sementara mengguncangkan pasien dari sisi ke sisi.
Adanya bunyi percikan biasanya menunjukkan distensi
lambung atau kolon.
Auskultasi • Menyingkirkan kemungkinana adanya bruit abdominal :
Auskultasi juga berguna menetukan adanya bruit. Tiap
kuadran harus diperiksa untuk mengetahui adanya bruit.
Bruit dapat disebabkan oleh stenosis arteri renalis atau
aorta abdominan.
• Menyingkirkan gerakan peritoneal : Gesekan friksi
peritoneal, seperti gesekan pleura atau pericardium
adanya bunyi yang menunjukkan peradangan. Selama
gerakan pernapasan, suatu gesekan friksi mungkin
terdengar di kuadran atas kanan atau kiri jika ada kelainan
hati atau limpa.1
• Perkusi abdomen : Pasien berbaring terlentang.
Keempat kuadran abdomen diperiksa dengan
perkusi. Timpani merupakan bunyi perkusi paling
sering ditemukan pada abdomen. Ini disebabkan
oleh adanya gas di dalam lambung, usus kecil, dan
kolon.
• Perkusi hati : Batas hati diperkusi di garis
midklavikula kanan, dimulai dari pertengahan dada

Perkusi dari atas ke bawah, bunyi resonan dada menjadi


redup ketika mencapai hati. Kalau perkusi
dilanjutkan kebawah, bunyi redup ini menjadi
timpani karena perkusi di atas kolon.
• Perkusi limpa : Meskipun daerah limpa lebih sulit
untuk diperkusi, penetuan ukuran limpa harus
diusahakan. Ruang traube adalah daerah
gelembung udara lambung pada kuadran atas kiri.
Tepat disebelah lateral ruang traube ada daerah
redup yang berkaitan dengan adanya limpa.
• Palpasi ringan : Palpasi ringan dipakai untuk
menemukan nyeri tekan dan daerah spasme
otot atau rigiditas.
• Palpasi dalam :Palpasi dalam dipakai untuk
menentukan ukuran organ dan juga adanya
massa abdomen abnormal.
• Palpasi hati : Palpasi hati dilakukan dengan
meletakkan tangan kiri dibagian posterior di
Palpasi antara iga kedua belas kanan dana krista
iliakan, disebelah lateral muskulus
paraspinosus. Tangan kanan diletakkan di
kuadran kanan atas sejajar dan lateral
muskulus rektus dan dibawah daerah redup
hati. Pasien disuruh menarik napas dalam
ketika pemriksa menekan ke dalam dan ke
atas dengan tangan kanannya dan menarik ke
atas dengan tangan kirinya.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium

Leukositosis dengan pergeseran ke kiri (leukosit imatur


lebih tinggi jumlahnya dibandingkan leukosit matur) dapat
dijumpai pada kolesistitis.

Kadar enzim intrinsik hati Alanin Amino Transferase


(ALT) dan Aspartat Amino Transferase (AAT) digunakan
untuk mengevaluasi fungsi hati dan adanya hepatitis serta
dapat pula jumlahnya meningkat pada kolesistitis dan
obstruksi saluran empedu.

Kadar Bilirubin dan Alkalin Fosfatase diperiksa untuk


mengevaluasi obstruksi saluran empedu yang umum
dijumpai.
Kadar Amilase dan Lipase biasanya digunakan untuk
memeriksa adanya Pankreatitis, namun Amilase dapat
pula meningkat pada kolesistitis.

Peningkatan kadar Alkalin Fosfatase ditemukan pada


sekitar 25% pasien dengan kolesistitis.

Urinalisis digunakan untukmenyingkirkan


Pyelonefritis dan batu ginjal.

Pasien wanita yang berada pada usia subur wajib


menjalani pemeriksaan kehamilan.
Etiologi Kolisistitis

Infeksi bakteri :Organisme ini termasuk gram positif dan gram negatif, aerob dan anaerob
contohnya Eschericia coli, Klebsiella sp, Clostridium sp, dan Streptoccocus sp.

Pemasangan jangka panjang IV : Banyaknya elektrolit dalam cairan intravena menyebabkan


terbentuknya batu empedu.

Koleklitiasis (batu empedu) : Koleklitiasis (batu empedu) akan menghambat duktus sistikus yang menyebabkan
distensi kandung empedu dan gangguan aliran darah dan limfe serta aliran cairan empedu. Getah empedu yang
tetap berada dalam kandung empedu menyebabkan otolisis (penghancuran sel yang dilakukan oleh enzim dari
sel itu sendiri yang berujung pada kematian sel) serta edema; dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan
terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu. Hal ini menyebabkan peradangan.

Obesitas : Kolesterol yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air.
Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Kolesterol yang
tinggi melebihi solubilisasi empedu dan sintesis asam empedu yang menurun menyebabkan supersaturasi getah
empedu. Hal ini menyebabkan kolesterol tidak lagi tidak terdispersi sehingga terjadi pengumpalan kristal
kolesterol monohidrat padat.
Pembedahan (terjadi perubahan fungsi) : Terjadi ketidakseimbangan komposisi empedu
seperti tingginya kadar garam empedu/asam empedu, sehingga menginduksi terjadinya
peradangan.

Luka bakar : Respon umum pada luka bakar ≥20% adalah penurunan aktivitas
gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologic
serta respon endokrin terhadap luka.

Sirosis hepar : Pembengkakan hepar menyebabkan terjepitnya saluran empedu yang berada
dalam hepar (intrahepatic).

Jenis kelamin : Perempuan lebih rentan menderita kolesistitis (yang disebabkan oleh batu
kolesterol). Insiden pembentukan batu empedu yang meningkat pada para pengguna pil
kontrasepsi, ekstrogen, dan klofibrat (obat penurun kadar lemak dalam darah) yang
diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier.
Faktor Resiko Kolisistitis

Jenis Kelamin - yang paling berisiko terkena batu empedu adalah wanita
antara 20 - 60 tahun, tiga kali lebih mungkin untuk mengembangkan batu
empedu dibanding laki-laki.
Usia - Memang bisa menyerang usia berapa saja, tapi paling sering pada
mereka yang berusia di atas 60 tahun

Hormon estrogen - Kadar estrogen tinggi terjadi pada wanita yang sedang
hamil atau menggunakan terapi penggantian hormon (HRT) atau pil KB.
Obesitas - Pada sebuah studi klinis, menunjukkan bahwa obesitas
atau kelebihan berat badan meningkatkan risiko pembentukan batu
empedu.
Etnis - Beberapa kelompok etnis tertentu memiliki prevalensi batu
empedu yang lebih tinggi.3
Obat penurun kolesterol - Obat penurun kolesterol bekerja menurunkan kadar
kolesterol dalam darah, tetapi menyebabkan peningkatan jumlah kolesterol
dalam cairan empedu sebagai pembuangannya. Ikuti Cara Benar Menurunkan
Kolesterol
Diabetes - Penyakit ini bisa menjadi penyebab batu empedu
karena pada penderita diabetes umumnya memiliki asam lemak
yang tinggi yang disebut trigliserida yang dapat meningkatkan
risiko batu empedu

Berat Badan Turun Drastis - Kondisi ini menyebabkan hati


mengeluarkan kolesterol ekstra ke dalam cairan empedu
sehingga mempermudah terbentuknya batu.

Puasa - Pada orang yang berpuasa kantong empedu akan


sedikit berkontraksi, hal ini menyebabkan konsentrasi tinggi
kolesterol yang berpotensi dalam pembentukan batu empedu.

Diet tinggi lemak dan gula bersama dengan gaya hidup tidak
aktif - Hal ini meningkatkan risiko seseorang terkena batu
empedu.3
DD dan DP

Kolesistisis : Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu, saluran kandung empedu


tersumbat oleh batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu. Selain rasa
sakit di perut, kolesistitis terkadang juga disertai gejala-gejala berikut: (Rasa sakit bertambah
parah saat menarik napas panjang, Mual, muntah, nafsu makan hilang, Demam, berkeringat,
Kulit dan mata menjadi kuning

Kolangitis : Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu, terjadi karena infeksi yang
menyebar melalui saluran-saluran dari usus kecil setelah saluran-saluran menjadi terhalang oleh
sebuah batu empedu. Selain nyeri, penderita cholangitis juga dapat merasakan gejala lain,
seperti: (Demam, Mual, Muntah, Jaundice (penyakit kuning).

Kolelitiasis : Penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di
dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian besar batu empedu, terutama batu
kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu. Walau sangat jarang terjadi, batu empedu dapat
menyebabkan komplikasi pada tubuh. Salah satunya adalah inflamasi kantong empedu
(kolelitiasis) dengan gejala berupa: (Rasa sakit perut yang terus menerus, Demam tinggi, Sakit
kuning, Denyut jantung berdetak cepat.
Hidrops : Obstruksi kronis dari kandung empedu dapat
menimbulkan hidrops kandung empedu. Dalam keadaan ini,
tidak ada peradangan akut dan sindrom yang berkaitan
dengannya. Hidrops biasanya disebabkan oleh obstruksi
duktus sistikus sehingga tidak dapat diisi lagi empedu pada
kandung empedu yang normal. Kolesistektomi bersifat
kuratif.

Empiema : Pada empiema, kandung empedu berisi nanah.


Komplikasi ini dapat membahayakan jiwa dan membutuhkan
kolesistektomi darurat segera. Gejala-gejala empiema
sederhana meliputi: (Napas pendek, Batuk kering, Demam,
Berkeringat, Sakit di bagian dada ketika bernapas, Sakit
kepala, Disorientasi, Kehilangan nafsu makan.
Tatalaksana Kolisistitis

• Istirahat : Istirahat menurunkan stimulasi gastrik dan


pankreas
• Diet rendah lemak : Konsumsi kolesterol berlebihan
dapat menimbulkan supersaturasi yang dapat
Non- menimbulkan terbentuknya batu empedu.
• Hindari makanan bergas : Bakteri yang menginfeksi
farmakologi saluran empedu dapat menghasilkan gas yang
menyebabkan perut pasien terasa penuh (kembung).
Jika pasien mengkonsumsi makanan bergas, maka
akumulasi gas dalam perut pasien dapat bertambah.
• Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
• Antibiotik :Pemberian antibiotic berfungsi untuk membunuh
bakteri yang meninfeksi kandung empedu. Contoh obat yang
dapat diberikan kepada pasien dengan kolesistitis adalah
levoflaxcin dan metronidazole.
• Antiemetik : Pemberian obat antiemetic dapat mengatasi rasa
mual muntah yang disebabkan oleh distensi kandung
empedu. Contoh obat yang dapat diberikan adalah
prometazin dan prochloperazine.
• Analgesik : Pemberian obat analgesic berfungsi untuk
mengatasi nyeri yang dirasakan pasien dari proses inflamasi.
Contoh obat yang dapat diberikan adalah acetaminophen.
• Asam ursodeoksikolat (undafalk) dan kenodeoksikolat
Farmakologi (chenodiol, chenofalk) : Pemberian obat-obatan ini bertujuan
untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran
kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Asam
ursodeoksikolat dibandingkan dengan asam kenodeoksikolat
jarang menimbulkan efek samping dan dapat diberikan
dengan dosis yang lebih kecil untuk mendapatkan efek yang
sama.
Prognosis dan Komplikasi

Kolesistitis tanpa komplikasi memiliki


prognosis yang sangat baik, dengan
tingkat kematian sangat sangat rendah.
Kebanyakan pasien denan kolesistits akut
Prognosis memiliki remisi lengkap dalam waktu 1-4
hari. Namun, sekitar 25-30% pasien
memerlukan operasi atau menderita
beberapa komplikasi.
Komplikasi
• Empiema : Terjadi akibat poliferasi bakteri pada kandung empedu yang tersumbat. Pasien
dengan empyema mungkin menunjukkan reaksi toksin yang dan ditandai dengan lebih
tingginya suhu tubuh dan leukositosis. Adanya empyema kadang harus mengubah metode
pembedahan dari secara laparaskopik menjadi kolesistektomi terbuka.
• Kolesistitis emfisematus : Ditandai dengan adanya udara di dinding kandung empedu akibat
invasi organisme penghasil seperti Eschericia coli dan Klebsiella sp. Komplikasi ini sering
terjadi pada pasien dengan diabetes.

Anda mungkin juga menyukai