Distensi >
Hiperperistaltik
muntah
ileosekal kompeten.
Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan
bawah.
1. Penemuan Laboratorium
• Urinalisis
Umumnya dapat ditemukan ketonuria
yang menunjukkan dehidrasi dan
asidosis metabolik.
• Sel darah putih
Normal atau sedikit meningkat.
• Kimia Darah
Seringkali serum natrium, klorida dan
BUN terganggu
2. Pemeriksaan radiologi
1. Pada foto polos abdomen, 60-70%
dapat dilihat adanya pelebaran usus
2. 40% dapat ditemukan adanya air-
fluid level terlihat adanya batas
antara air dan udara yg mbtk pola
spt tangga
GAMBARAN HASIL :
1. Pengumpulan gas dalam lumen usus
yang melebar,
2. Pengumpulan cairan dengan
gambaran khas air-fluid level.
Puasa dan nutrisi parenteral total sampai
bising usus positif atau dapat buang angin
melalui dubur.
Pasang NGT dan rectal tube bila dinggap
perlu.
Pasang kateter urin.
Natrium parenteral yanga adekuat
disesuaikan kebutuhan kalori basa ditambah
kebutuhan lain.
Metoklopramida (gastroparesis), elsapride
20-75 %
Angka mortalitas untuk obstruksi kolon kira-
kira 20 %
PENGKAJIAN
◦ Riwayat kesehatan diambil untuk mengidentifikasi awitan,
durasi, dan karakteristik nyeri abdomen (nyeri bersifat
hilang timbul)
◦ Adanya muntah
◦ muntahan menjadi fekulen yaitu muntahan berwarna
jingga dan berbau busuk.
◦ Konstipasi dan kegagalan mengeluarkan gas dalam
rectum.
◦ Diare kadang terdapat pada obstruksi parsial.
◦ Pengkajian pola eliminasi usus mencakup karakter dan
frekuensinya.
◦ gangguan pola tidur bila nyeri dan diare terjadi pada
malam
◦ Nyeri perut yang bersifat kolik.
◦ Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum,
konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya
◦ abdomen menjadi sangat distensi,
◦ Pengkajian objektif mencakup
auskultasi abdomen terhadap bising
usus dan karakteristiknya ; palpasi
abdomen terhadap distensi, nyeri
tekan. Adanya temuan peningkatan
suhu tubuh mengindikasikan telah
ada kontaminasi peritonium dengan
isi usus yang telah terinfeksi
Umum :
◦ Anoreksia dan malaise,
◦ demam,
◦ takikardia,
◦ diaforesis
◦ pucat,
◦ kekakuan abdomen,
◦ kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus
secara rektal,
◦ peningkatan bising usus (awal obstruksi),
penurunan bising usus (lanjut),
◦ retensi perkemihan dan leukositosis.
Usus halus
◦ nyeri abdomen seperti kram
◦ Distensi ringan
◦ Mual
◦ Muntah : pada awal mengandung
makanan tak dicerna dan cim;
selanjutnya muntah air dan
mengandung empedu, hitam dan
fekal
Usus besar
◦ Ketidaknyamanan abdominal ringan
◦ Distensi berat
◦ Muntah fekal
◦ Dehidrasi
1. Nyeri
2. Kurang volume cairan dan elektrolit
3. Konstipasi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan
5. Gangguan pola tidur
6. Hipertermi
7. Cemas
8. Kurang pengetahuan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan pengeluaran yang berlebihan,
ditandai dengan: mual, muntah, demam
dan atau diaforesis.
1. Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
2. Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal
b. Masukan dan haluaran seimbang
1. Pantau tanda vital dan observasi tingkat
kesadaran dan gejala syok
2. Pantau cairan parentral dengan elektrolit,
antibiotik dan vitamin
3. Pantau selang nasointestinal dan alat
penghisap rendah dan intermitten. Ukur
haluaran drainase setiap 8 jam, observasi
isi terhadap warna dan konsistensi
4. Posisikan pasien pada miring kanan;
kemudian miring kiri untuk memudahkan
pasasse ke dalam usus; jangan memplester
selang ke hidung sampai selang pada posisi
yang benar
5. Pantau selang terhadap masuknya cairan
setiap jam
6. Kateter uretral indwelling dapat dipasang;
laporkan haluaran kurang dari 50 ml/jam
7. Ukur lingkar abdomen setiap 4 jam
8. Pantau elektrolit, Hb dan Ht
9. Siapkan untuk pembedahan sesuai indikasi
11. Observsi abdomen terhadap ketidaknyamanan,
distensi, nyeri atau kekakuan.
12. Auskultasi bising usus, 1 jam setelah makan;
laporkan tak adanya bising usus.
13. Cairan sebanyak 2500 ml/hari kecuali
dikontraindikasikan.
14. Ukur masukan dan haluaran sampai adekuat.
15. Observasi feses pertama terhadap warna,
konsistensi dan jumlah; hindari konstipasi
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau
terkontrol
Kriteria hasil :