Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

OLEH
PUTRI NOVIANDINI DAHLAN
PO7120421027

PRECEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI NERS PALU
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ILEUS OBSTRUKTIF

KONSEP MEDIK

A. Pengertian
Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang
saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus
biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat.
Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindkan pembedahan
darurat bila penderita ingin tetap hidup (Nanda Nic Noc, 2015).

Ada 2 tipe obstruksi yaitu :

1. Mekanis (ileus)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik .
ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari . Misalnya, intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu , striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik / fungsional ( ileus paralitik)
Keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik
untuk menyalurkan isisnya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit promer usus
melainkan akibat dari berbagai penyakit primer , tindakan operasi yang
berhubungan dengan rongga perut , toksin dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.
B. Penyebab
Etiologi dari ileus obstruktif dalam Nanda Nic Noc 2015 adalah sebagai berikut :
1. Perlengketan
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau pada
jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada dibawahnya
akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam segmen berikutnya
oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu seperti usus. Paling sering
terjadi pada anak-anak dimana kelenjar limfe mendorong dinding ileum kedalam
dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut (ileocaecal) lewat coecum kedalam
usus besar (kolon) dan bahkan sampai sejauh rectum dan anus.
3. Volvulus
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan demikian
menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gulungan usus yang terjadi amat
distensi.
4. Hernia
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot abdomen
5. Tumor
Tumor yang ada didalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus
menyebabkan tekanan pada dinding usus
6. Kelainan Kongenital

C. Manifestasi Klinik
1. Distensi abdomen

2. Muntah

3. Nyeri konstan distensi

4. Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan
yang tidak konsisten
5. Pemeriksaan laboratorium sering kali normal
6. Foto polos memperlihatkan loop usus halus yang berdilatasi dengan batas udara-
cairan .
7. Sulit dibedakan dengan ileus obstruktif tetapi distensi seluruh panjang kolon lebih
sering terjadi pada ileus paralitik .

D. Patofisiologi
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan
direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian
dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan besar volume darah
sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal
dan serebral. Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal
sisi yang bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan
lebih tegas pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih
aktif, volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya
yang yang bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat
usus berusaha untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa
jam peningkatan peristaltik dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh
obstruksi. Peningkatan tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan
retensi cairan masih tetap berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang
meninkatkan permeabilitas kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang
menyebabkan nekrosis dan peritonitis.

E. Pathway Keperawatan
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi . Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan .
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan
oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus dirawat dirumah sakit (Nanda Nic
Noc, 2015)
a. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi, dan
mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan
juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan
optimum tercapai barulah dilakukan laparotomi. Pada obstruksi parsial atau
karsinomatosis abdomen ditangani dengan pemantauan dan konservatif.
b. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ- organ vital
berfungsi dengan baik. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan
sesegera mungkin . Tindakan bedah dilakukan bila ada strangulasi, obstruksi
lengkap, hernia inkarserata. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif
(dengan pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter)
c. Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan
paralitik .

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada ileus obstruktif menurut Hasdianah & Suprapto (2014),
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus pada urinalisa, berat
jenis bisa meningkatkan dan ketonuria yang menunjukan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolic . Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis, kimia darah sering adanya gangguan
elektrolit.
2. Pemeriksaan sinar X : otot polos , menunjukan kuantitas abnormal dari gas dan
cairan dalam usus dan menunjukan adanya udara di diafragma dan terjadi perforasi
usus.
3. Enema barium : diindikasikan untuk di invaginasi
4. Endoskopi abdomen : diindikasikan bila dicurigai adanya volvulus.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Fokus
Fokus Pengkajian Keperawatan :
1. Riwayat kesehatan atau perawatan meliputi :
Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit . Biasanya klien datang karena ada
masalah dibagian sistem pencernaannya
Riwayat kesehatan sekarang . sering untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
nyeri pada bagian abdomen .
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: Lemah, kesadaran menurun sampai syok hipovolemi, tanda-tanda
vital meningkat, suhu(39oC), pernapasan (24x/mnt), nadi (110x/mnt) tekanan darah
(130/90 mmHg)
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : Kelelahan dan ngantuk.
Tanda : Kesulitan ambulasi
2) Sirkulasi
Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)
3) Eliminasi
Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan
Flatus
Tanda : Perubahan warna urine dan feces
4) Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan hausterusmenerus.
Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa
pecah-pecah. Kulit buruk.
5) Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat
kolik.
Tanda : Distensi abdomen dan nyeri tekan
6) Pernapasan
Gejala : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda : Napas pendek dan dangkal
7) Diagnostik Test
 Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan
cairan dalam usus.
 Pemeriksaan simtologi
 Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
 Leukosit: normal atau sedikit meningkat Ureum dan eletrolit: ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah
 Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi
abdomen
 Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,
volvulus, hernia)
 Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan pada pasien ileus obstruktif
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen d. Gangguan
pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas usus.
4. Nyeri akut berhubungan dengan distensi abdomen
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


1. Kekurangan volume cairan NOC NIC
·         Fluid balance Fluid management
Definisi : penurunan cairan intravaskular, ·         Hydration ·         Timbang popok/pembalut jika di perlukan
interstisial, dan atau intraseluler. Ini ·         Nutritional Status: Food and Fluid ·         Pertahankan catatan intake dan output yang
·         Intake akurat
mengacu pada dehidrasi, kehilangan
·         Monitor status hidrasi (kelembaban membran
cairan saat tanpa perubahan pada natrium Kriteria Hasil : mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik),
·         Mempertahankan urine output sesuai jika diperlukan
Batasan Karakteristik dengan usia dan BB, BJ urine normal, ·         Monitor vital sign
·         Perubahan status mental HT normal ·         Monitor masu kan makanan / cairan dan hitung
·         Penurunan tekanan darah ·          Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam intake kalori harian
·         Penurunan tekanan nadi
batas normal ·         Kolaborasikan pemberian cairan IV
·        Tidak ada tanda tanda dehidrasi, ·         Monitor status nutrisi
·         Penurunan volume nadi
Elastisitas turgor kulit baik, membran ·         Berikan cairan IV pada suhu ruangan
·         Penurunan turgor kulit mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang ·         Dorong masukan oral
·         Penurunan turgor lidah berlebihan ·         Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
·         Penurunan haluaran urin ·         Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
·         Penurunan pengisisan vena ·         Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
·         Membran mukosa kering ·         Kolaborasi dengan dokter
·         Kulit kering ·         Atur kemungkinan tranfusi
·         Persiapan untuk tranfusi
·         Peningkatan hematokrit
Hypovolemia Management
·         Peningkatan suhu tubuh
·         Monitor status cairan termasuk intake dan output
·         Peningkatan frekwensi nadi cairan
·         Peningkatan kosentrasi urin ·         Pelihara IV line
·         Penurunan berat badan ·         Monitor tingkat Hb dan hematokrit
·         Tiba-tiba (kecuali pada ruang ketiga) ·         Monitor tanda vital
·         Monitor respon pasien terhadap penambahan
·         Haus cairan
·         Kelemahan ·         Monitor berat badan
·         Dorong pasien untuk menambah intake oral
Faktor Yang Berhubungan ·         Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume cairan
 Kehilangan cairan aktif
·         Monitor adanya tanda gagal ginjal
·        Kegagalan mekanisme regulasi
2. Kelebihan volume cairan NOC NIC
Definisi : Peningkatan retensi cairan  Electrolit and acid base balance Fluid management
isotonik  Fluid balance - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
 Hydration - Pertahankan catatan intake dan output yang
Batasan Karakteristik : akurat
 Bunyi napas adventisius Kriteria Hasil : - Pasang urin kateter jika diperlukan
 Gangguan elektrolit  Terbebas dari edema, efusi, anaskara - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
 Anasarka  Bunyi nafas bersih, tidak ada cairan (BUN, Hmt, osmolalitas urin)
 Ansietas dvspneu/ortopneu - Monitor status hemodinamik termasuk
 Azotemia  Terbebas dari distensi vena jugularis, CVP,MAP, PAP dan PCWP
 Perubahan tekanan darah reflek hepatojugular (+) - Monitor vital sign
 Perubahan status mental  Memelihara tekanan vena sentral, - Montor indikasi retensi / kelebihan cairan
tekanan kapiler paru, output jantung (cracles, CVP, edema, distensi vena leher, asites)
 Perubahan pola pernapasan
dan vital sign dalam batas normal - Kaji lokasi dan luas edema
 Penurunan hematrokrit
- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
 Penurunan hemoglobin  Terbebas dan kelelahan, kecemasan
intake kalori
 Dispnea atau kebingungan
- Monitor status nutrisi
 Edema Menjelaskan indikator kelebihan cairan
- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai interuksi
 Peningkatan tekanan vena sentral - Batasi masukan cairan pada keadaan
 Asupan melebihi haluaran hiponatrermi dilusi dengan serum Na < 130
 Distensi vena jugularis mEq/l
 Oliguria - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
 Ortopnea muncul memburuk
 Efusi pleura Fluid Monitoring
 Refleksi hepatojugular positif - Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan
 Perubahan tekanan arteri pulmunal dan eliminasi
 Kongesti pulmunal - Tentukan kemungkinan faktor resiko dan
ketidakseimbangan cairan (Hipertermia, terapi
 Gelisah
diuretik, kelainan renal, gagal jantung, diaporesis,
 Perubahan berat jenis urin
disfungsi hati, dll)
 Bunyi jantung S3
- Monitor berat badan, BP, HR, dan RR
 Penambahan berat badan dalam
- Monitor serum dan elektrolit urine
waktu sangat singkat
- Monitor serum dan osmilalitas urine
- Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan
Faktor Yang Berhubungan :
irama jantung
 Gangguan mekanisme regulasi
- Monitor parameter hemodinamik infasif
 Kelebihan asupan cairan - Catat secara akurat intake dan output
Kelebihan asupan Natrium - Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala dari odema
3. Kekurangan volume cairan Tujuan dan Kriteria Hasil : NIC :
Definisi : Pertukaran udara inspirasi NOC : Airway Management
dan/atau ekspirasi tidak adekuat  Respiratory status : Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
 Respiratory status : Airway patency jaw thrust bila perlu
Batasan karakteristik :  Vital sign Status  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
 Penurunan pertukaran udara per menit  Mendemonstrasikan batuk efektif dan nafas buatan
 Menggunakan otot pernafasan suara nafas yang bersih, tidak ada  Pasang mayo bila perlu
tambahan sianosis dan dyspneu (mampu  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Nasal flaring mengeluarkan sputum, mampu bernafas  Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
 Dyspnea dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
 Orthopnea  Menunjukkan jalan nafas yang paten
 Perubahan penyimpangan dada (klien tidak merasa tercekik, irama tambahan
 Nafas pendek nafas, frekuensi pernafasan dalam  Lakukan suction pada mayo
 Assumption of 3-point position rentang normal, tidak ada suara nafas  Berikan bronkodilator bila perlu
 Pernafasan pursed-lip abnormal)  Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
 Tahap ekspirasi berlangsung sangat  Tanda Tanda vital dalam rentang Lembab
lama normal (tekanan darah, nadi,  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
 Peningkatan diameter anterior- pernafasan) keseimbangan.
posterior  Monitor respirasi dan status O2
 Pernafasan rata-rata/minimal
 Bayi : < 25 atau > 60 Oxygen Therapy
 Usia 1-4 : < 20 atau > 30  Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
 Usia 5-14 : < 14 atau > 25  Pertahankan jalan nafas yang paten
 Usia > 14 : < 11 atau > 24  Atur peralatan oksigenasi
 Kedalaman pernafasan  Monitor aliran oksigen
 Dewasa volume tidalnya 500 ml saat  Pertahankan posisi pasien
istirahat  Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
 Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg  Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
 Timing rasio oksigenasi
 Penurunan kapasitas vital
Vital sign Monitoring
Faktor yang berhubungan :  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Hiperventilasi  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Deformitas tulang  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
 Kelainan bentuk dinding dada berdiri
 Penurunan energi/kelelahan  Auskultasi TD pada kedua lengan dan
 Perusakan/pelemahan muskulo- bandingkan
skeletal  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
 Obesitas setelah aktivitas
 Posisi tubuh  Monitor kualitas dari nadi
 Kelelahan otot pernafasan  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Hipoventilasi sindrom  Monitor suara paru
 Nyeri  Monitor pola pernapasan abnormal
 Kecemasan  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
 Disfungsi Neuromuskuler  Monitor sianosis perifer
 Kerusakan persepsi/kognitif  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi
 Perlukaan pada jaringan syaraf tulang yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
belakang  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
 Imaturitas Neurologis

4. Nyeri akut NOC : NIC :


Definisi : pengalaman sensori dan  Pain level Pain Management
emosional yang tidak menyenangkan  Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
yang muncul akibat kerusakan jaringan  Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi,
yang aktual atau potensial atau Kriteria hasil : kualitas, dan faktor presipitasi
digambarkan dalam hal kerusakan  Mampu mengontrol nyeri (tahu - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
sedemikian rupa (International penyebab nyeri, mampu menggunakan - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk
Association for the study of pain) : tehnik nonfarmakologi untuk mngetahui pengalaman nyeri pasien
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari mengurangi nyeri, mencari bantuan) - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
intensitas ringan hingga berat dengan  Melapoorkan bahwa nyri berkurang - Evaluasi pengalaman nyeri
akhir yang dapat di antisipasi atau di dengan menggunakan manajemen nyeri masa lampau
prediksi dan berlangsung <6 bulan.  Mampu mengenali nyeri (skala, - Evaluasi bersama pasien dan im kesehatan lain
Batasan karakteristik : intensitas, frekwensi, dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
 Perubahan selera makan  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri lampau
 Perubahan tekanan darah berkurang - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
 Perubahan frekwensi janung menemukan dukungan
 Perubahan frekwensi pernapasan - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
 Laporan isyarat nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
 Diaforesis kebisingan
 Perilaku distraksi (mis. berjalan - Kurangi faktor prepitasi nyeri
mondar mandir mencari orang lain - Plih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
dan atau aktivitas lain, aktivitas yang nonfarmakologi dan interpersonal)
berulang) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
 Mengekspresikan perilaku (mis. itervensi
gelisah, merengek, menangis) - Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
 Masker wajah (mis. mata kurang - Berikan analgetk untuk mengurangi nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mata berpencar atau tetap pada 1 - Tingkatkan istirahat
fokus meringis) - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
 Sikap melindungi area nyeri dan tindakan nyeri tidak berhasil
 Fokus menyempit (mis. gangguan - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
persepsi nyeri, hambatan proses nyeri
berpikir, penurunan interaksi dengan Analgesic Administration
orang dan lingkungan) - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat
 Indikasi nyeri yang dapat diamati nyeri sebelum pemberian obat
 Perubahan posisi untuk menghindari - Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
nyeri frekwensi
 Sikap tubuh melindungi - Cek riwayat alergi
 Dilatasi pupil - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
 Melaporkan nyeri secara verbal dari analgesik ketika pemberian lebih dari 1
 Gangguan tidur - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
Faktor yang berhubungan : beratnya nyeri
 Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan
fisik, psikologis) dosis optimal
- Pilih rute pemiberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala.

5. Ansietas NOC NIC


Definisi : perasaan tidak nyaman atau  Anxiety self-control Anxiety reduction (penurunan kecemasan)
kekhwatiran yang samar disertai respon  Anxiety level - Gunakan pendekatan menenangkan
autonomy (sumber sering kali tidak  Coping - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
spesifik atau tidak diketahui oleh Kriteria hasil: pasien
individu), perasaan takut yang disebabkan  Klien mampu mengidentifikasi dan - Jelakan semua prosedu dan apa yang dirasakan
oleh anstipasi terhadap bahaya hal ini mengungkapkan gejala cemas selama prosedur
merupakan isyarat kewaspadaan yang  Mengidentifikasi, mengungkapkan dan - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
memperingatkan individu akan adanya menunjukkan teknik untuk mengontrol - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
bahaya dan memampukan individu untuk cemas mengurangi takut
bertindak menghadapi ancaman.  Vital sign dalam batas normal - Dorong keluarga untuk menemani anak
Batasan karakteristik :  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa - Lakukan back / neck rub
- Perilaku tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan
- Dengarkan dengan penuh perhatian
- Penurunan produktivitas berkurangnya kecemasan
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Gerakan yang ireleven
- Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan
- Gelisah kecemasan
- Melihat sepintas - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
- Insomnia ketakutan, persepsi
- Kontak mata yang buruk - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Mengekspresikan kekhwatiran - Berikan obat untuk kecemasan
karena perubahan alam peristiwa
hidup
- Agitasi
- Mengintai
- Tampak waspada
- Affektif
- Gelisah, distress
- Ketakutan
- Perasaan tidak adekuat
- Rasa nyeri yang meningkat
ketidakberdayaan
- khawatir
- Fisiologis
- Wajah tegang, tremor tangan
- Peningkatan keringat
- Gemetar
- Simpatik
- Anoreksia
- Diare, mulut kring
- Wajah merah
- Jantung berdebar-debar
- Peningkatan TD
- Peningkatan denyut nadi
- Peningkatan frekuwensi
pernapasan
- Kesulitan bernapas
- Lemah
- Parasimpatik
- Nyeri abdomen
- Penurunan TD
- Diare, mual
- Letih, gangguan tidu
- Kognitif
- Kesulitan berkonsentrasi
- Penurunan kemampuan untuk
belajar
- Penurunan kemampuan untuk
memecahkan masaalah
- Ketakutan
- Lupa, gangguan perhatian
- Melamun
- Cenderung menyalahkan orang lain
Faktor yang berhubungan
- Infeksi
- Stress, ancaman kematian
- Kebutuhan yang tidak dipenuhi
- Penularan penyakit interpersonal
- Penyalahgunaan zat
- Terkait keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan,D. T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah ( Sistem Pencernaan ).


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kozier,dkk. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Ed,7. Vol,1. EGC. Jakarta.

Nurarif,Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &

Nanda Nic-Noc.Jilid 1.Yogyakarta:Mediaction Publishing.

Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Belajar. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai