Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Fawaidz

Kelas : KP1C
NIM : 2206061
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah 1 (Obstruksi Intestinal)
Dosen Pengampu : Sally Yustinawati S, S.Kep., Ners., M.Kep

Obstruksi Intestinal

A. Definisi Penyakit Obstruksi Intestinal


Ileus merupakan ketidakmampuan usus untuk berkontraksi secara normal dan
mengeluarkan kotoran dari tubuh. Obstruksi usus adalah kegagalan isi usus untuk
bergerak melewati lumen usus. Obstruksi usus dapat memengaruhi usus besar atau usus
halus. Usus halus paling sering terkena tetapi, obstruksi usus dapat terjadi juga di usus
besar. Obstruksi usus dapat bersifat mekanikal atau fungsional, dimana obstruksi
mekanikal dapat disebabkan oleh masalah di luar usus seperti sekumpulan jaringan parut
(adhesi) atau hernia, masalah di dalam usus seperti tumor atau penyakit radang usus, atau
obstrusi lumen usus. Sedangkan obstruksi fungsional terjadi ketika peristaltic gagal
menggerakkan isi usus meskipun tidak terdapat obstruksi mekanikal (LeMone, 2016).
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) tahun 2013, diperkirakan
penyakit saluran cerna tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian di dunia. Insiden
dari ileus obstruktif pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 tercatat 7.059
kasus ileus paralitik dan ileus obstruktif yang dirawat inap dan 7.024 pasien dengan rawat
jalan (Departemen Kesehatan RI, 2015).
Obstruksi usus atau ilieus adalah gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran
usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi
artinya disertai dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik didalam
lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah (Syamsuhidayat, 1997 : 842).
Ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan
yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sylvia A, Price, 2012).Hal
ini dapat terjadi dikarenakan kelainan didalam lumen usus,dinding usus atau benda asing
diluar usus yang menekan,serta kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat
menyebabkan nekrosis segmen usus (Indrayani,2013).
Menurut NANDA NIC-NOC 2015, Ileus adalah gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik,
partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan
perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.
Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini
dan tindkan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Ada 2 tipe obstruksi yaitu :
1. Mekanis (ileus)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik.
ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata atau kronis akibat
karsinoma yang melingkari. Misalnya, intusepsi, tumor polipoid dan neoplasma
stenosis, obstruksi batu empedu, striktura, perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik / fungsional (ileus paralitik)
Keadaan dimana usus gagal/ tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik
untuk menyalurkan isisnya. Ileus paralitik ini bukan suatu penyakit promer usus
melainkan akibat dari berbagai penyakit primer, tindakan operasi yang
berhubungan dengan rongga perut, toksin dan obat-obatan yang dapat
mempengaruhi kontraksi otot polos usus.

B. Etiologi
Menurut (Smeltzer dan Suzzane, 2001 : 1121) etiologi dari obstruksi usus atau illeus
yaitu:
1. Perlengketan
2. Intususepsi yaitu salah satu bagian usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya.
3. Volvulus yaitu usus memutar akibatnya lumen usus tersumbat.
4. Hernia yaitu protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus.
5. Tumor
Menurut NANDA NIC-NOC ,2015 Etiologi dari ileus adalah sebagai berikut :
1. Perlengketan
Lengkung usus menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau
pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen
2. Intusepsi
Salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang ada
dibawahnya akibat penyempitan lumen usus. Segmen usus tertarik kedalam
segmen berikutnya oleh gerakan peristaltik yang memperlakukan segmen itu
seperti usus. Paling sering terjadi pada anak-anak dimana kelenjar limfe
mendorong dinding ileum kedalam dan terpijat disepanjang bagian usus tersebut
(ileocaecal) lewat coecum kedalam usus besar (kolon) dan bahkan sampai sejauh
rectum dan anus.
3. Volvulus
Usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri dengan
demikian menimbulkan penyumbatan dengan menutupnya gulungan usus yang
terjadi amat distensi.
4. Hernia
Protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding dan otot
abdomen
5. Tumor
Tumor yang ada didalam dinding usus meluas kelumen usus atau tumor diluar
usus menyebabkan tekanan pada dinding usus
6. Kelainan Kongenital

C. Patofisiologi
Menurut Ester (2001 : 49) pathofisiologi dari obstruksi usus atau illeus adalah:
Secara normal 7-8 cairan kaya elektrolit disekresi oleh usus dan kebanyakan
direabsorbsi, bila usus tersumbat, cairan ini sebagian tertahan dalam usus dan sebagian
dieliminasi melalui muntah, yang menyebabkan pengurangan besar volume darah
sirkulasi. Mengakibatkan hipotensi, syok hipovolemik dan penurunan aliran darah ginjal
dan serebral.
Pada awitan obstruksi, cairan dan udara terkumpul pada bagian proksimal sisi yang
bermasalah, menyebabkan distensi. Manifestasi terjadinya lebih cepat dan lebih tegas
pada blok usus halus karena usus halus lebih sempit dan secara normal lebih aktif,
volume besar sekresi dari usus halus menambah distensi, sekresi satu-satunya yang yang
bermakna dari usus besar adalah mukus.
Distensi menyebabkan peningkatan sementara pada peristaltik saat usus berusaha
untuk mendorong material melalui area yang tersumbat. Dalam beberapa jam peningkatan
peristaltik dan usus memperlambat proses yang disebabkan oleh obstruksi. Peningkatan
tekanan dalam usus mengurangi absorbsinya, peningkatan retensi cairan masih tetap
berlanjut segera, tekanan intralumen aliran balik vena, yang meninkatkan permeabilitas
kapiler dan memungkinkan plasma ekstra arteri yang menyebabkan nekrosis dan
peritonitis.

D. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer dan Suzzane (2001 : 1121) manifestasi klinik obstruksi usus atau
illeus adalah
1. Gejala awal biasanya berupa nyeri kram yang terasa seperti gelombang dan
bersifat kolik.
2. Terjadi muntah fekal apabila ada obtruksi di Illeum.
3. Konstipasi absolute.
4. Distensi abdomen
5. Muntah
6. Nyeri konstan distensi
7. Bising usus tenang atau tidak ada secara klasik dapat ditemukan tetapi temuan
yang tidak konsisten
8. Pemeriksaan laboratorium sering kali normal
9. Foto polos memperlihatkan loop usus halus yang berdilatasi dengan batas udara-
cairan
10. Sulit dibedakan dengan ileus obstruktif tetapi distensi seluruh panjang kolon lebih
sering terjadi pada ileus paralitik.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Syamsuhidayat ( 1997 : 845 ) pemeriksaan penunjang dari obstruksi usus
atau illeus yaitu :
1. Pemeriksaan rontgen dengan enteroklisis.
Menggunakan cairan kontras encer berguna untuk menentukan diagnosis sebab
memberikan gambaran ke sepanjang usus halus.
2. Enteroskopi.
Yaitu meneropong usus dapat dilakukan sebagai refleksi bagian ligament treiz,
sampai permulaan yeyenum.
3. Sonogram
Berguna untuk menentukan adanya ruang yang mengandung cairan seperti kista,
abses atau cairan bebas didalam rongga perut atau ruang yang berisi jaringan
padat.
Pemeriksaan penunjang pada ileus obstruktif menurut Hasdianah & Suprapto (2014),
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium tidak mempunyai ciri-ciri khusus pada urinalisa, berat
jenis bisa meningkatkan dan ketonuria yang menunjukan adanya dehidrasi dan
asidosis metabolic. Leukosit normal atau sedikit meningkat, jika sudah tinggi
kemungkinan sudah terjadi peritonitis, kimia darah sering adanya gangguan
elektrolit.
2. Pemeriksaan sinar X : otot polos , menunjukan kuantitas abnormal dari gas dan
cairan dalam usus dan menunjukan adanya udara di diafragma dan terjadi
perforasi usus.
3. Enema barium : diindikasikan untuk di invaginasi
4. Endoskopi abdomen : diindikasikan bila dicurigai adanya volvulus.

F. Penatalaksanaan
1. Ileus obstruktif
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksi untuk mencegah perforasi . Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan .
Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan
oleh perlengketan . Penderita penyumbatan usus harus dirawat dirumah sakit
(NANDA NIC-NOC,2015)
1) Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi, dan mengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum .Setelah keadaan optimum tercapai barulah
dilakukan laparotomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen
ditangani dengan pemantauan dan konservatif.
2) Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organorgan
vital berfungsi dengan baik. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah
pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila ada
strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata. Tidak ada perbaikan
dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT , infus, oksigen
dan kateter)
3) Pasca bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah usus
pasien masih dalam keadaan paralitik.
2. Ileus Paralitik
Pengelolaan ileus paralitik bersifat konservatif dan suportif. Tindakannya
berupa dekompresi, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, mengobatai kausa
atau penyakit primer dan pemberian nutrisi yang adekuat. Beberapa obat-obatan jenis
penyekat simpatik (simpatolitik) atau obat parasimpatomimetik pernah dicoba,
ternyata hasilnya tidak konsisten.
Untuk dekompresi dilakukan pemasangan pipa nasogastrik, pemberian cairan,
koreksi gangguan elektrolit dan nutrisi parenteral hendaknya diberikan sesuai dengan
kebutuhan dan prinsip pemberian nutrisi parenteral. Beberapa obat yang dapat dicoba
yaitu metoklopramid bermanfaat untuk gastroparesis, sisaprid bermanfaat untuk ileus
10 paralitik pasca operasi dan klonidin dilaporkan bermanfaat untuk mengatasi ileus
paralitik karena obat-obatan.
Bila bising usus sudah mulai ada dapat dilakukan tes feeding, bila tidak ada
retensi, dpat dimulai dengan diit cair kemudian disesuaikan sejalan dengan tolerani
ususnya.

G. REFERENSI
Tomi, T. (2020). Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Ileus Obstruktif Dengan
Tindakan Laparotomi Diruang Ok Rsud Jend. Ahmad Yani Metro Tahun
2019 (Doctoral Dissertation, Poltekkes Tanjungkarang). https://repository.poltekkes-
tjk.ac.id/id/eprint/3686/6/6.%20BAB%20II.pdf
http://eprints.ums.ac.id/16668/2/BAB_I.pdf
BASKARA, M. W. R. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN OBSERVASI ILEUS
OBSTRUKTIF DI RUANG IMC RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TANGGAL 17-
18 JUNI 2021 (Doctoral dissertation, STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta).
http://repo.stikesbethesda.ac.id/1026/2/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai