OBSTRUKTIF
Ns. Pascal Lumintang, S.Kep
Definisi….
Ileus obstruksi merupakan
penyumbatan intestinal mekanik
yang terjadi karena adanya daya
mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan
penyempitan/penyumbatan lumen
usus.
Etiologi….
Penyebab terjadinya ileus obstruktif beragam
jumlahnya berdasarkan umur dan tempat
terjadinya obstruksi.
Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik.
Peningkatan volume intralumen distensi intestinal di bagian proksimal obstruksi
bermanifestasi pada mual dan muntah.
Selanjutnya, obstruksi mekanik ini mengarah pada peningkatan defisit cairan intravaskular
yang disebabkan oleh terjadinya muntah, akumulasi cairan intralumen, edema intramural,
dan transudasi cairan intraperitoneal.
Koloni berlebihan dari bakteri dapat merangsang absorbtif dan fungsi motorik dari
intestinal dan menyebabkan terjadinya translokasi bakteri dan komplikasi sepsis.
Patofisiologi….
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya ileus obstruktif dibedakan menjadi tiga kelompok (Yates,
2004) :
1) Lesi-lesi intraluminal, misalnya fekalit, benda asing, bezoar, batu empedu.
2) Lesi-lesi intramural, misalnya malignansi atau inflamasi.
3) Lesi-lesi ekstramural, misalnya adhesi, hernia, volvulus atau intususepsi.
Ileus obstruktif dibagi lagi menjadi tiga jenis dasar (Sjamsuhidajat & Jong, 2005) :
1) Ileus obstruktif sederhana, dimana obstruksi tidak disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah.
2) Ileus obstruktif strangulasi, dimana obstruksi yang disertai adanya penjepitan
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari
jaringan gangren.
3) Ileus obstruktif jenis gelung tertutup, dimana terjadi bila jalan masuk dan keluar
suatu gelung usus tersumbat, dimana paling sedikit terdapat dua tempat obstruksi.
Untuk keperluan klinis dan berdasarkan letak sumbatan, ileus obstruktif dibagi dua (Ullah
et al., 2009):
1) Ileus obstruktif usus halus, yaitu obstruksi letak tinggi dimana mengenai duodenum,
jejunum dan ileum
2) Ileus obstruktif usus besar, yaitu obstruksi letak rendah yang mengenai kolon,
sigmoid dan rectum.
Manifestasi Klinis
Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif :
1) Nyeri abdomen
2) Muntah
3) Distensi
4) Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi)
Adanya flatus atau feses selama 6-12 jam setelah gejala merupakan ciri khas dari obstruksi
parsial.
Nyeri kram abdomen bisa merupakan gejala penyerta, nyeri menyebar dan jarang
terlokalisir, namun sering dikeluhkan nyeri pada bagian tengah abdomen, sekitar umbilikus
atau bagian epigastrium.
Saat nyeri menetap dan terus menerus curiga telah terjadi strangulasi dan infark.
Kegagalan untuk defekasi dan flatus merupakan tanda yang penting untuk membedakan
terjadinya obstruksi komplit atau parsial.
Massa yang teraba dapat di diagnosis banding dengan keganasan, abses, ataupun
strangulasi.
Auskultasi digunakan untuk membedakan pasien menjadi tiga kategori : loud, high pitch
dengan burst ataupun rushes yang merupakan tanda awal terjadinya obstruksi mekanik.
Saat bising usus tak terdengar dapat diartikan bahwa obstruksi telah berlangsung lama,
ileus paralitik atau terjadinya infark.
Tanda-tanda terjadinya strangulasi seperi nyeri terus menerus, demam, takikardia, dan
nyeri tekan bisa tak terdeteksi pada 10-15% pasien sehingga menyebabkan diagnosis
strangulasi menjadi sulit untuk ditegakkan.
Pada obstruksi karena strangulasi bisa terdapat takikardia, nyeri tekan lokal, demam,
leukositosis dan asidosis.
Diagnosis
Anamnesis
Pada ileus obstruktif usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilkus, sedangkan pada ileus
obstruktif usus besar kolik dirasakan di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruktif
usus halus berwarna kehijaun dan pada ileus obstruktif usus besar onset muntah lama.
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya
distensi, parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Inspeksi pada penderita yang
kurus/sedang juga dapat ditemukan “darm contour” (gambaran kontur usus) maupun
“darm steifung” (gambaran gerakan usus).
2) Palpasi dan perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan perkusi
tympani yang menandakan adanya obstruksi. Palpasi
bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’
involunter atau rebound dan pembengkakan atau massa yang
abnormal.
3) Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing logam bernada
tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah
beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas
telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (sehingga juga
bising usus) bisa tidak ada atau menurun.
Penatalaksanaan
Pasien dengan obstruksi intestinal biasanya mengalami dehidrasi dan kekurangan Natrium,
Khlorida dan Kalium yang membutuhkan penggantian cairan intravena dengan cairan salin
isotonic seperti Ringer Laktat.
Pemeriksaan elektrolit serial, seperti halnya hematokrit dan leukosit, dilakukan untuk
menilai kekurangan cairan.
Antibiotik spektrum luas diberikan untuk profilaksis atas dasar temuan adanya translokasi
bakteri pada ostruksi intestinal.
Dekompresi
Pemasangan nasogastric tube bertujuan untuk mengosongkan lambung, mengurangi
resiko terjadinya aspirasi pulmonal karena muntah dan meminimalkan terjadinya distensi
abdomen.
Pasien dengan obstruksi parsial dapat diterapi secara konservatif dengan resusitasi dan
dekompresi.
Penyembuhan gejala tanpa terapi operatif dilaporkan sebesar 60 – 85% pada obstruksi
parsial.
Terapi Operatif
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang
dikerjakan pada obstruksi ileus.
1) Koreksi sederhana (simple correction). Tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada
volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang
"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor
intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari
tempat obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat
anastomosis ujung-ujung usus untuk mempertahankan
kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,
invaginasi strangulata, dan sebagainya.
TERIMA KASIH