Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Keperawatan Medikal Bedah II

Cholic Abdomen

Disusun Oleh

Sahlan Rozikin

NIM. 14401.19.048

Program Diploma III Keperawatan

Politeknik Yakpermas Banyumas

Tahun Ajaran 2021/2022


A. Konsep Dasar medis
1. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2011). Obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhmbatnya aliran isi usus ke depan
tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2013).
Kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan
dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini
adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total baik organ tubuh
berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik.
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier,
kolik renal, dan kolik karen sumbatan usus halus.
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara iba-
tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat
ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyakit Dalam, 2013).
2. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :
1) Secara mekanis
a. Adhesi yaitu pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang
berdekatan karena radang.
b. Karsinoma yaitu kanker yang berkembang dari jaringan kulit
atau jaringan penyusun dinding organ.
c. Volvulus yaitu penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagai
usus di dalam usus.
d. Obstipasi yaitu konstipasi yang tidak terobati.
e. Polip yaitu perubahan pada mukosa hidung.
f. Striktur yaitu penyumbatan yang abnormal pada duktus atau
saluran.
2) Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik yaitu keadaan abdomen akut berupa kembung
distensi usus tidak dapat bergerak.
b. Lesi medulla spinalis yaitu suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
c. Enteritis regional yaitu penyakit radang kronis yang
memengaruhi lapisan saluran penernaan.
d. Ketidakseimbangan elektrolit.
e. Uremia yaitu kondisi yang terkait dengan penumpukan urea
dalam darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif (Reeves,
2011).
3) Etiologi lainnya
a. Inflamasi peritoneum parietal
Perforasi peritonitis, opendistis, diverti kulitis, pankreanitis,
kolesistitis.
b. Kelainan mukosa visceral
Tukak peptik, inflammatory bowel disease, kulitis infeksi,
esophagitis.
c. Obstruksi visceral
Ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena batu.
d. Regangan kopsula organ
Hepatits kista ovarium, pilelonefritis.
e. Gangguan vaskuler
Iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas
Irritable bowel syndrome, dyspepsia fungsional.
g. Ekstra abdominal
Hespes trauma muskuloskeletal, infark miokard dan paru dan
lainnya.
3. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obtruksi usus adalah
sama, tanpa memandung apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan
oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah
obstruksi peralitik, paralitik dihamabat dari permulaan, sedangkan
pada obstruksi mekanis peristaltic mula-mula diperkuat kemudian
intermiten akhirnya hilang.
Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan
dan gas. Akumulas gas dan cairan didalam lumen usus sebelah
proksimal dari letak obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilang
H2O dan elektrolit dengan peningkatan distensi maka tekanan
intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena dan
kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usu dan kehilangan
cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri
dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat yang akut maka
kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan
menyebabkan kematian.
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestina mekanik yang
terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi
dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan/penyumbatan lumen
usus. Hal tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Akan
terjadi pengumpulan isi lumen usus yang berupa gas dan cairan, pada
bagian proksimal tempat penyumbatan, yang menyebabkan pelebaran
dinding usus (distensi).
Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan rangsangan
terjadinya hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian
akumulasi cairan dan gas makin bertambah yang menyebabkan
distensi ususs tidak hanya pada tempat sumbatan tetapi juga dapat
mengenai seluruh panjang usus sebelah proksimal sumbatan.
Sumbatan ini menyebabkan gerakan usus yang meningkat
(hiperperistaltik) sebagai usaha alamiah. Sebaliknya juga terjadi
gerakan anti peristaltic. Hal ini menyebabkan terjadi serangan kolik
abdomen.
4. Manifestasi Klinis
1) Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
2) Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan mid abdomen, distensi berat, muntah -
sedikit atau tidak ada – kemudian mmepunyai ampas, bising usus
dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3) Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul
terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising
usus, nyeri tekan difus minimal.
4) Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5) Strangulasi
 Gejala berkembang dengan cepat.
 Nyeri parah, terus menerus dan terlokalisir.
 Distensi sedang.
 Muntah persisten.
 Biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir
hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau
berdarah atau mengandung darah samar.
5. Pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan diagnostik
(Menurut Reeves, 2011) terdapat pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan diagnostic yaitu :
a. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi
udara atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat
muntah, peningkatan hitung SDP dengan neekrosis, strangulasi
atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amylase karena
iritasi pankreas oleh lipatan khusus.
4) Arteri gas darah dapatt mengindikasikan asidos atau alkalosis
metabolik.
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan fisik
Tanda - tanda vital.
2) Pemeriksaan abdomen
Lokasi nyeri adakah nyeri tekan/ nyeri lepas.
3) Pemeriksaan rectal
Lokasi nyeri pada jam berapa/ adakah feses/ adakah darah.
4) Laboratorium
Leukosit, HB.
6. Penatalaksanaan medik/pengobatan
Menurut (Reeves, 2011) penatalaksanaan medik/pengobatan
terbagi menjadi dua yaitu :
1) Penatalaksanaan kolik abdomen secara non farmokologi yaitu :
a. Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit.
b. Implementasi pengobatannya untuk syok dan peritonitis.
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
e. Ostomi barrel ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung
terlalu beresiko.
f. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
2) Penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na + K + komponen darah.
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan.
c. Dekstrose dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraselular.
d. Dekompresi selang nasoenternal yang panjang dari proksimal
usus ke area penyumbatan selang dapat dimasukkan dengan
lebih efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
e. Antacid ( obat yang melawan keasaman).
f. Antihistamine adalah obat yang berlawanan kerja terhadap efek
histamine.

B. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Berupa nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat,
no reg, diagnosis medis.
2) Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, mual muntah dan lain-
lain.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor
yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga
dibawa ke Rumah Sakit.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Mengkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang dan apakah pernah menderita hipertensi atau penyakit
keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan klien.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit
keturunan atau menular.
3) Pola kesehatan fungsional
a. Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan pasien dalam upaya penanggulangan
dan pencegahan gangguan kesehatannya.
b. Nutrisi metabolik
Nutrisi yang dibutuhkan oleh klien untuk memenuhi kebutuhan
fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan.
c. Eliminasi
Klien setiap harinya apakah lancar dalam eliminasinya dan
amati warna feses dan warna urin , bau atau tidak.
d. Aktivitas
Aktivitas klien dapat makan/minum sendiri atau dibantu,
toileting, berpakaian, mobilitas tempat tidur, berpindah, ROM
apakah semua itu dapat dilakukan sendiri atau bantuan orang
lain ataupun dengan alat atau ketergantungan.
e. Pola persepsi kognitif
Pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya
f. Pola istirahat
Istirahat klien terganggu atau tidak dengan penyakit yang
dideritanya.
g. Konsep diri
Klien dalam menghadapi penyakitnay tersebut apakah akan
mengganggu perubahan dalam dirinya.
h. Pola peran dan hubungan
Dalam perannya sebelum sakit dan sesudah sakit apakah klien
masih bisa melakukan perannya dalam keluarga ketika sedang
sakit.
i. Pola reproduksi dan seksual
Terdapat gangguann atau tidak dalam sistem reproduksinya dan
sistem seksualnya.
j. Pola pertahanan diri/koping
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
k. Keyakinan dan nilai
Terjadi gangguan atau tidak pada pola tata nilai dan keyakinan
dalam dirinya.
4) Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran
Jumlah tingkat kesadaran pasien.
2. Keadaan umum TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu),
dan kesadaran.
3. Head to toe
 Rambut dan kulit kepala
I: Warna rambut, ada tidaknya ketombe pada kulit kepala,
rambut rontok/tidak
P: Ada tidaknya massa, ada tidaknya nyeri tekan
 Mata
Inspeksi simetris/tidak, konjungtiva anemis/tidak, sklere
ikterik/tidak, pupil isokor/anisokor, penglihatan
kabur/tidak.
 Hidung
Simetris/tidak, sekret, penciuman, mukosa, saliva.
 Mulut dan gigi
Inspeksi mukosa lembab atau tidak, sianosis/tidak, lidah
bersih/tidak, ada karies/tidak, kelengkapan gigi.
4. Leher
Inspeksi adanya pembesaran kelenjer tiroid dan KGB /tidak.
5. Abdomen
6. Ekstremitas
Varises :ada/tidak
Ekstremitas atas: Edema, kesemutan.
Ekstremitas bawah: Edema, reflek patela
7. Keadaan emosional
5) Pemeriksaan penunjang ( Diagnostik)
 Laboratorium
 USG
 Rontgen
6) Terapi
Terapi apa saja yang sudah dilakukan kepada pasien.
2. Pathways
Obstruksi usus Akumulasi gas Kehilangan H2O Distensi
cairan didalam dan elektrolit
lumen sebelah
proksimal dari letak
absorpsi

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang Kehilangan Tekanan


nekotrik ke dalam peritoneum dan sirkulasi cairan menuju infralumen
sisemik ruang

Syok Peradangan Gangguan kebutuhan


hipovolemik istirahat dan tidur

Peningkatan
Hipotalamus suhu tubuh

Mediator Mual,
nyeri muntah

Nyeri akut Anoreksia

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

3. Diagnosa keperawatan
a. Definisi
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis
terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga atau
komunitas pada masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan
atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan
bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai
untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal (SDKI,
2016).
a. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik adalah karakteristik yang mengacu
pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga
mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada
diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor.
Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor
penunjang.
b. Faktor yang berhubungan
Penyakit Hepatitis adalah virus yang menyebabkan infeksi
hati kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis dan karsinoma
hepatoseluler. Riwayat transfusi darah merupakan salah satu jalan
masuk bagi bakteri, virus, dan parasit yang menyebabkan infeksi.
Penggunaan jarum suntik bergantian merupakan faktor penularan
hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril.
4. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawwatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuanaa dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan
pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.
Beberapa diantaranya diuraiakan dalam pasal 30 UU No. 38 tahun
2014 tentang keperawatan bahwa dalam menjalankan tugas sebagai
pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang merencanakan dan
melaksanakan tindakan keperawatan, melakukan rujukan, memberikan
tindakan gawat darurata, membrikan konsultasi, berkolaborasi,
melakukan penyuluhan dan konseling, pemberian obat sesuai resep
dokter atau obat bebas dan bebas terbatas, mengelola kasus dn
melakukan penatalaksanaan intervensi komplementer dan alternatif
(SIKI, 2018)

DAFTAR PUSTAKA

Reeves, Charlene J, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta,


2011.

Syaifuddin Drs. B. Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2007.

Mudjiastuti, Diktat Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Masalah Pencernaan


Makanan.

R. Sjamsuhidayat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.

Nettina, Sandra M.2014. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan


dkk. Ed. I. Jakarta : EGC

Reeves, Charlene J et al. 2013. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko


Setyono. Ed. I. Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidayat, Wim dc Jong, 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.

Slamet Suyono, 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Prof. Dr. SpPD.
KE., FKUI Jakarta.

Smeltzer Suzanne C. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Esteer, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC.

Syaifuddin Drs. B.Ac, 2013. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai