Anda di halaman 1dari 12

A.

KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi dan Klasifikasi
Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus
sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika
ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke
depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).Collic abdomen
adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-tiba dan kadang
hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai
yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2001 : 92).
Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya
serangan dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang),
yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik).
Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di
bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat
dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar
gastrointestinal.
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2
golongan: organik (fungsional) dan psikogenik (psikosomatik).
Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila tidak ditemukan
bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik . Cara pendekatan
seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan biaya.
Barr mengajukan konsep yang agak berbeda. Sakit perut berulang
digolongkan atas 3 kelompok, yaitu: organik, disfungsional, dan
psikogenik. Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya
infeksi saluran kemih . Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai
variasi fisiologi normal dan dibagi dalam dua kategori, yaitu sindrom
nyeri spesifik (yang mekanisme penyebab nyerinya diketahui,
misalnya defisiensi laktase dan konstipasi) dan sindrom nyeri
nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau tidak
diketahui). Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau
psikososial tanpa adanya kelainan organik atau disfungsi
Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada
tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu 3:
a) Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab
kelainan organic
b) Ada bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan
waktu antara timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya
stress yang dialami anak
c) Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya
ketegangan emosional meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu
terjadi

Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang


menekankan adanya penyebab multifaktor. Sakit perut berulang
merupakan perpaduan dari empat faktor, yaitu:

1) Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit


2) Kebiasaan dan cara hidup
3) Watak dan pola respons
4) Lingkungan dan peristiwa pencetus

Faktor-faktor tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa


sakit. Dengan demikian dapat diterangkan mengapa beberapa anak
menderita konstipasi tanpa sakit perut berulang. Demikian pula halnya
dengan kondisi psikososial yang buruk akan menimbulkan sakit perut
berulang pada anak tertentu, tetapi tidak pada anak lain.

2. Etiologi
1) Mekanis
a. Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
b. Karsinoma
c. Volvulus
d. Intususepsi
e. Obstipasi
f. Polip
g. Striktur
2) Fungsional (non mekanik)
a. Ileus paralitik
b. Lesi medula spinalis
c. Enteritis regional
d. Ketidakseimbangan elektrolit
e. Uremia
3) Etiologi yang lain yaitu
a. Inflamasi peritoneum parietal : perforasi peritonitis, opendisitis,
diverti kulitis, pankreanitis, kolesistitis.
b. Kelainan mukosa viseral : tukak peptik, inflamatory bowel
disease, kulitis infeksi, esofagitis.
c. Obstrukti viseral : ileus obstruksi, kolik bilier atau renal karena
batu.
d. Regangan kopsula organ : hepatitis kista ovarium, pilelonefritis
e. Gangguan vaskuler : iskemia atau infark intestinal.
f. Gangguan motilitas : irritable bowel syndrome, dispepsia
fungsional.
g. Ekstra abdominal : hespes trauma muskuloskeletal, infark
miokard dan paru dan lainnya
3. Manifestasi Klinis
1) Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
2) Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah –
sedikit atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus
dan bunyi “hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
3) Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul
terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising
usus, nyeri tekan difus minimal.
4) Mekanika obstruksi parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
5) Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus
menjadi berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah
samar.
4. Patofisiologi
Colic abdome adalah gangguan pada aliran normal usus seoanjang
traktus intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul
dan bersumber dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang
mendasari adalah infeksi dalam organ perut (diare, radang kandung
empedu, radang kandung kemih). Sumbatan dari organ perut (batu
empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu suatu kegawatan abdomen
yang dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen yang terjadi tiba-tiba
dan berlangsung kurang daari 24 jam. Colic abdomen terkait pada
nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan gejala
gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal
dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan
dinding perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada
lokasi organ yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian
nyeri yang dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh
karena itu, nyeri yang dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri
tersebut atau sekunder dari tempat lain.
5. Pathways
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
2) Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara
atau lipatan sigmoid yang tertutup.
3) Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat
muntah; peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau
peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi
pankreas oleh lipatan usus.
4) Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik.
7. Komplikasi
1) Usus buntu (peradangan appnedix)
2) Penyumbatan atau obstruksi usus
3) Kolesistitis (radang kandung empedu) dengan atau tanpa batu
empedu
4) Sembelit kronis
5) Diseksi Aneurisma Aorta Abdominal
6) Divertikulitis
7) Makanan Alergi
8) Keracunan makanan (salmonella, shigella) atau virus
gastroenteritis (flu perut)
9) Mulas, gangguan pencernaan, atau gastroesophageal reflux
10) Inflammatory bowel disease (penyakit Crohn atau ulcerative
colitis)
11) Intussusepsi – meskipun jarang, ini adalah penyebab yang serius
pada bayi.
12) Irritable bowel syndrome
13) Iskemik usus
14) Batu ginjal
15) Intoleransi Laktosa
16) Infark atau insufisiensi mesenterika (kurangnya cukup pasokan
darah ke usus, kadang-kadang mengakibatkan kegagalan atau
kematian bagian dari usus)
17) Pankreatitis (peradangan pankreas)
18) Tumor atau kanker
19) Ulkus
20) Infeksi Traktus Urinarius
8. Penatalaksanaan
1) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2) Terapi Na+, K+, komponen darah
3) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
5) Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus
ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih
efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
6) Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
8) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
10) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai
prosedur kedua.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas Klien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Suku bangsa
5. Pekerjaan
6. Pendidikan
7. Alamat
8. Tanggal MRS
9. Diagnosis
b) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan
lain-lain.
c) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor
yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga
dibawa ke Rumah Sakit.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan
sekarang dan apakah pernah menderita HT atau penyakit
keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi proses
penyembuhan klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit
keturunan atau menular.
d) Pola- pola fungsi kesehatan
a. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
b. Pola nutrisi dan metabolism
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga
tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
c. Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
e. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
f. Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen
yang berulang.
g. Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan
seksual.
h. Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit
sehubungan dengan proses penyakitnya.
i. Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e) Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
b. Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat
/ meninggi akan terjadi sesak.
c. Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit
jantung lainnya.
d. Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
e. Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
f. Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
2. Nyeri Akut
3. Ketidakefektifan Pola Nafas
4. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan
1. DX. kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual,
muntah, demam dan atau diforesis.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
- Tanda vital normal
- Masukan dan haluaran seimbang
Intervensi :
1) Memberikan masukan cairan intravena
2) Anjurkan untuk banyak minum
3) Menganjurkan pada pasien untuk tidak mengkonsumsi
makanan yang merangsang mual muntah
4) Memberikan Health education kepada pasien dan keluarga
pasien
5) Mengobservasi vital sign pasien
2. DX.Nyeri Akut berhubungan dengan distensi, kekakuan
Tujuan : rasa nyeri teratasi atau terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan penurunan
ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada tingkat dapat ditoleransi,
menunjukkan relaks.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring pada posisi yang nyaman; jangan
menyangga lutut.
2) Kaji lokasi, berat dan tipe nyeri
3) Kaji keefektifan dan pantau terhadap efek samping anlgesik;
hindari morfin
4) Berikan periode istirahat terencana.
5) Kaji dan anjurkan melakukan lathan rentang gerak aktif atau
pasif setiap 4 jam.
6) Ubah posisi dengan sering dan berikan gosokan punggung dan
perawatan kulit.
7) Auskultasi bising usus; perhatikan peningkatan kekauan atau
nyeri; berikan enema perlahan bila dipesankan.
8) Berikan dan anjurkan tindakan alternatif penghilang nyeri.
3. DX. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi
abdomen dan atau kekakuan.
Tujuan : pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil : pasien menunjukkan kemampuan melakukan latihan
pernafasan, pernafasan yang dalam dan perlahan.
Intervensi :
1) Kaji status pernafasan; observasi terhadap menelan,
“pernafasan cepat”
2) Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat.
3) Pantau terapi oksigen atau spirometer insentif
4) Kaji dan ajarkan pasien untuk membalik dan batuk setiap 4 jam
dan napas dalam setiap jam.
5) Auskultasi dada terhadap bunyi nafas setiap 4 jam.
4. DX. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan.
Tujuan : ansietas teratasi
Kriteria hasil : pasien mengungkapkan pemahaman tentang
penyakit saat ini dan mendemonstrasikan keterampilan kooping
positif dalam menghadapi ansietas.
Intervensi :
1) Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan
ketrampilan yang berhasil pada waktu lalu.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas
dan rasa takut; berikan penenangan.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit, tindakan dan prognosis.
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
5) Dorong dukungan keluarga dan orang terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan


dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC; 2001

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &


Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8.
Jakarta : EGC; 2001.

Anda mungkin juga menyukai