Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLIK ABDOMEN

Disusun Oleh :
Syabrina Asmi Lestari
NIM :
220201037

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Lenggogeni SEHATI INDONESIA
KARAWANG
2023
Laporan Pendahuluan Kolik Abdomen

A. Konsep Dasar Kolik Abdomen 1. Definisi


Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran
isi usus ke depan tetapi peristaltik normal (Reeves, 2015). Nyeri kolik abdomen
merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam
Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik parsial ataupun total dari
organ tubuh berongga atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik Beberapa
yang menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier kolik renal dan kolik karena
sumbatan usus halus (Gilroy, 2015).
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2014). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2015).
Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba- tiba dan kadang hilang
dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Slamet
suyono, 2013).

2. Anatomi Fisiologi

Gaster terletak melintang dari kiri ke kanan melintasi abdomen bagian atas antara hati
dan diafragma. Dalam keadaan kosong gaster berbentuk huruf J. gaster akan berakhir
pada pylorus yang mempunyai sebuah otot sphincter yang berfungsi menutup dan
membuka saat pengisian dan pengosongan lambung Gaster berlanjut kedalam duodenu
yang berjalan secara anatomis dan visual sulit dibedakan dan jejunum dan ileum, hanya
saja panjang duodenum kira-kira 25cm dan berakhir pada ligament-ligamen treltz berupa
sebuah ligament yang berjalan dari sist kanan diafragma dekat dengan hiafus esophagus
dan melekat pada perbatasan duodenum dan jejunium sisa dari usus halus adalah jejunum
¾ bagian akhir disebut ileum.
Secara anatomis letak jejenum adalah diperut bagian kin sedangkan ileum dibagian kanan
Makanan masuk melalui sphincter pylorium keduodenum, maka sisa makanan akan
melalui katub ileoccal valve, yang mencegah berbaliknya makanan dari usus besar
kedalam usus halus. Pada ujung caecum terdapat appendix vermicularis. Colon (usus
besar) lebih besar dari usus halus yang terdiri dari ceacum, colon pars desendens, colon
pars aseenden, colon transversum dan rectum, lapisan usus besar terdin dan tunika serosa
tunika submukosa, tunika muskularis, tunika mukosa.

3. Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu : a.
Secara mekanis
1) Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan karena radang)
2) Karsinoma
3) Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di dalam usus)
4) Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)
5) Polip (perubahan pada mukosa hidung)
6) Striktur (penyumbatan yang abnormal pada ductus atau saluran)
b. Fungsional (non mekanik)
1) Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensiusus tidak dapat
bergerak)
2) Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yangdisebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas)

3) Enteritis regional
4) Ketidak seimbangan elektrolit
5) Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalamdarah karena ginjal
tidak bekerja secara efektif) (Reeves, 2015).

4. Klasifikasi
1. Kolik abdomen visceral adalah berasal dari organ dalam, visceral dimana intervasi
berasal dari saraf memiliki respon terutama terhadap distensi dan kontraksi otot,
bukan karena iritasi lokal, robekan atau luka karateristik nyeri visceral diantaranya
sulit terlokalisir, tumpul, samar, dan cenderung beralih ke area dengan struktur
embryonal yang sama.
2. Kolik abdomen adalah nyeri yang dirasakan jauh dari sumber nyeri akibat penjalaran
serabut saraf (Reeves, 2015).
5. Pathway

Reeves. 2015.

6. Manifestasi Klinis
a. Mekanika sederhana - usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas. distensi, muntah empedu
awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bemada tinggi terdengar pada
interval singkat), nyeri tekan difus minimal
b. Mekanika sederhana - usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen distensi berat muntah - sedikit atau tidak ada -
kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi "hush" meningkat, nyen tekan
difus minimal.
c. Mekanika sederhana-kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir, kemudian
terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus.nyeri tekan difus minimal
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn gejalanya kram nyen
abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi Gejala berkembang dengan cepat, nyeri parah terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang muntah persisten biasanya bising usus menurun dn nyeri
tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap atau berdarah
atau mengandung darah samar (Reeves, 2015).

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik: Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau lipatan sigmoid
yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah peningkatan
hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum
amilase karena iritasi pannkreas oleh lipatan khusus
h. Arten gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic

8. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Penatalaksanaan kolik abdomen secara Non farmakologi yaitu : a.
Koreksi ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
b. Implementasikan pengobatannya untuk syok dan peritonitis
c. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defesiensi protein karena obstruksi kronik, ileus
paralitik atau infeksi
d. Reseksi dengan anastomosis dari ujung ke ujung e Ostom barrel ganda jika
anastomisis dari ujung ke ujung terlalu beresiko
e. Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus yang di
lakukan sebagai prosedur kedua.
Sedangkan penatalaksanaan secara farmakologi yaitu :
a. Terapi Na-K-komponen darah
b. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan Dekstrose dan aur untuk
memperbaiki kekurangan cairan
c. Intraseluler
d. Dekompresi selang nasoenternal yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan selang dapat dimasukkan sengan lenih efektif dengan pasien berbaring
miring ke kanan
e. Antasid (obat yang melawan keasaman)

9. Komplikasi
a. Kolik ureter (tersumbatnya aliran-aliran dari ginjal ke usus)
b. Kolik biliaris
c. Kolik intestinal (obstruksi usus, lewatnya isi usus yang terhalang)
B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Anamnesa
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data melalui wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik pada sasaran yang dituju, selain itu pengumpulan data dapat
diperoleh dari pasien, keluarga, tenaga Kesehatan, catatan medis, medical record dan
literature. Hal-hal yang dibagi pada pasien antara lain : 1) Identitas : nama, tgl lahir,
umur, agama, alamat, Pendidikan 2) Status Kesehatan :
a) keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah danlain-lain
b) Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
c) Riwayat kesehatan terdahulu
Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit terdahulu.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki penyakit menular.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik perut harus dilakukan dengan teliti dan sistematis dengan cara :
1. Inspeksi
Semua pakaian harus lepas Perut bagian depan dan belakang diteliti apakah
mengalami ekskoriasi atau memar, adakah laserasi tusukan dan sebagainya
dengan caralog rol.
2. Auskultasi
Lakukan untuk mendegarkan bising usus yang terdengar atau tidak.
3. Perkusi
Dengan perkusi bisa kita ketahui adanya nada timpani karena dilatasi lambung
akut di kwadran kiri atas ataupun adanya perkusi redup bila ada hemoperitoneum.

Perkusi mengakibatkan pergerakan peritonium dan mencetuskan tanda peritonitis.


Shifting dullnes (adanya darah dalam abdomen) terjadi kalau pasien dimiringkan
4. Palpasi
5. Tujuan palpasi adalah untuk mendapatkan adanya nyeri lepas yang kadang-
kadang dalam

c. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 DS : Pasien mengatakan Agen pencedera Nyeri akut
nyeri perut bagian kanan fisiologis
bawah DO :
- Pasien terlihat
memegangi perut
baagian kanan bawah
- Ditemukan skala nyeri
4 dari 10
2 DS : Pasien mengeluh sulit Kurang kontrol tidur Gangguan pola tidur
tidur karena rasa sakit yang
hilang timbul DO :
- Mata pasien terlihat
sayu

3 DS : Pasien mengeluh Faktor psikologis Risiko defisit nutrisi


kurang nafsu makan DO :
- Pasien tampak
menghabiskan
setenngah porsi
Makannya

2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
terlihat memegangi perut bagian kanan bawah dan ditemukan skala nyeri 4 dari 10
(D.0077)
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (D.0055)
c. Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (D.0032)

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(L.08066) Observasi :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi lokasi,
Tindakan karateristik, durasi,
keperawatan 1 x 24 frekuensi, kualitas nyeri
jam diharapkan 2. Identifikasi skala nyeri
tingkat 3. Identifikasi respon nyeri non
nyeri verbal
menurun 4. Identifikasi faktor yang
dengan memperberat dan
kriteria hasil : memperingan nyeri
1. Keluhan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
2. Meringis 6. Identifikasi pengaruh nyeri
menurun pada kualitas hidup
3. Kesulitan 7. Monitor efek
tidur samping penggunaan
menurun analgetic Terapeutik :
1. Berikan Teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Ajarkan tenik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu

2 Gangguan pola Pola Tidur Dukungan Tidur (I.05174)


tidur (L.05045) Observasi :
Setelah 1. Identisikasi pola aktivitas
dilakukan dan tidur
Tindakan 2. Identifikasi faktor
keperawatan 1 x 24 penggangu tidur
jam diharapkan pola 3. Identifikasi makanan dan
tidur membaik minuman yang mengganggu
dengan kriteria hasil : tidur
1. Keluhan 4. Identifikasi obat tidur yang
sulit tidur di konsumsi Terapeutik :
meningkat 1. Modifikasi lingkungan
2. Keluhan 2. Fasilitasi menghilangkan
istirahat tidak stress sebelum tidur
cukup
meningkat
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
5. Sesuaikan jadwal pemberian
obat/tindakakn untuk
menunjang siklus tidur
terjaga Edukasi
:
1. Jelaskan pentingnya tidur
cukup
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
menggangu tidur
4. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM
5. Ajarkan relaksasi atau cara
nonfarmakologis, jika perlu

3 Risiko defisit Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)


nutrisi (L.03030) Observasi :
Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
Tindakan 2. Identifikasi alergi dan
keperawatan 1 x 24 intoleransi makanan
jam diharapkan 3. Identifikasi makanan yang
status nutrisi
disukai
membaik dengan
kriteria hasil : 4. Identifikasi kebutuhan kalori
dan nutrient
5. Monitor BB
Porsi makan yang 6. Monitor asupan makanan
dihabiskan 7. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat. lab
1. Nafsu makan Terapeutik :
membaik. 1. Lakukan oral hygiene
2. Membran sebelum makan
mukosa 2. Fasilitasi menentukan
membaik.
pedoman diet
3. Sajikan makanan
secara menarik
4. Berikan makanan
tinggi
serat
5. Berikan makanan tinggi
kalori dan nutrien
6. Berikan suplemen makanan,
jika perlu Edukasi
:
1. Anjurkan posisi duduk, jika
perlu
2. Anjurkan diet yang
di programkan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengna ahli gizi
terkait nutrisi yang
diperlukan, jika perlu
Daftar Pustaka

Alteri, R. et al (2013). Colorectal Cancer Facts & Figure 2013.


Atlanta : American Cancer Society.
Brunner, & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Diagnostik (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
H. Slamet Suyono. Prof. Dr. SpPD. KE., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, FKUI
Jakarta, 2013.
H. Syaifuddin Drs. B.Ac, Anatomi Fisiologi, EGC Jakarta, 2017.
M Wilkinso, Jutith. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta:EGC
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik (1 st ed.). dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawatan Nasional
Indonesia.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Perawat
Nasional Indonesia.
R. Sjamsuhidajat, Wim dc Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta:2015.

Anda mungkin juga menyukai