DISUSUN OLEH :
NIM. P0720216015
karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga
menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan
Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-
tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat
ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2010 : 92).
2. Etiologi
a) Secara mekanis :
karena radang)
2. Karsinoma
dalam usus)
3. Enteritis regional
(Reeves, 2011).
4. Pathway
Terlampir
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium : leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis
dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh
lipatan khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik
6. Penatalaksanaan
a) Farmakologis
1) Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran
gastrointestinal. Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan
cisaride
2) Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan
menurunkan jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong
antagonis reseptor H2 (ARH2). Ex. Simetidine, rantidine dan
famatidin
3) Antasida
4) Obat pelindung mukosa Ex. Sukralfat.
b) Non farmakologis
1) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2) Terapi Na+, K+, komponen darah
3) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
5) Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus
ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih
efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
6) Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
8) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
10) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai
prosedur kedua.
7. Komplikasi
a. Usus buntu (peradangan appnedix)
b. Penyumbatan atau obstruksi usus
c. Kolesistitis (radang kandung empedu) dengan atau tanpa batu
empedu.
d. Sembelit kronis.
e. Diseksi Aneurisma Aorta Abdominal
f. Divertikulitis
g. Keracunan makanan (salmonella, shigella) atau virus gastroenteritis
h. Inflammatory bowel disease (penyakit Crohn atau ulcerative colitis)
i. Irritable bowel syndrome
j. Iskemik usus
k. Batu ginjal
l. Infark atau insufisiensi mesenterika (kurangnya cukup pasokan darah
ke usus, kadang-kadang mengakibatkan kegagalan atau kematian
bagian dari (usus)
m. Pankreatitis (peradangan pankreas)
n. Infeksi Traktus Urinarius