Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLIK ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

Ezza Isfi Tsany

NIM. P0720216015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2019
1. Pengertian
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus

sepanjang traktus intestinal, obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang

menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltik

normal (Reeves, 2011)

Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan

dirasakan seperti perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah

karena sumbatan baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga

atau organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik. Beberapa yang

menjadi penyebab kolik abdomen adalah kolik bilier, kolik renal dan

kolik karena sumbatan usus halus (Gilroy,2009).

Collic abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul secara tiba-

tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang sangat

ringan sampai yang bersifat fatal (Ilmu Penyait Dalam, 2010 : 92).

2. Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab dari kolik abdomen yaitu :

a) Secara mekanis :

1. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang berdekatan

karena radang)

2. Karsinoma

3. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus di

dalam usus)

4. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati)


5. Polip (perubahan pada mukosa hidung)

6. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran)

b) Fungsional (non mekanik)

1. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi

usus tidak dapat bergerak)

2. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis yang

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas)

3. Enteritis regional

4. Ketidak seimbangan elektrolit

5. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam

darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif)

(Reeves, 2011).

3. Tanda dan gejala/manifestasi klinis


a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing
bernada tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus
minimal.
b. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, muntah – sedikit
atau tidak ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi
“hush” meningkat, nyeri tekan difus minimal.
c. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul
terakhir, kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus,
nyeri tekan difus minimal.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram, nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus
menurun dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar
(Reeves, 2011).

4. Pathway
Terlampir

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik : Tanda - tanda vital
b. Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri
c. Pemeriksaan rectal
d. Laboratorium : leokosit, HB
e. Sinar X abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus.
f. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
g. Penurunan kadar serium natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis
dan peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pannkreas oleh
lipatan khusus.
h. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis
metabolik
6. Penatalaksanaan
a) Farmakologis
1) Obat prokinetik, untuk mempercepat peristaltik saluran
gastrointestinal. Ex. Betanekol, metoklopramid, domperiden dan
cisaride
2) Obat anti sekretorik, untuk menurunkan keasaman dan
menurunkan jumlah sekresi lambung. Pada umumnya tergolong
antagonis reseptor H2 (ARH2). Ex. Simetidine, rantidine dan
famatidin
3) Antasida
4) Obat pelindung mukosa Ex. Sukralfat.
b) Non farmakologis
1) Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
2) Terapi Na+, K+, komponen darah
3) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
4) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan
intraseluler
5) Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus
ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih
efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.
6) Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
7) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena
obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.
8) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
9) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu
beresiko.
10) Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan
mendekompresi usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai
prosedur kedua.
7. Komplikasi
a. Usus buntu (peradangan appnedix)
b. Penyumbatan atau obstruksi usus
c. Kolesistitis (radang kandung empedu) dengan atau tanpa batu
empedu.
d. Sembelit kronis.
e. Diseksi Aneurisma Aorta Abdominal
f. Divertikulitis
g. Keracunan makanan (salmonella, shigella) atau virus gastroenteritis
h. Inflammatory bowel disease (penyakit Crohn atau ulcerative colitis)
i. Irritable bowel syndrome
j. Iskemik usus
k. Batu ginjal
l. Infark atau insufisiensi mesenterika (kurangnya cukup pasokan darah
ke usus, kadang-kadang mengakibatkan kegagalan atau kematian
bagian dari (usus)
m. Pankreatitis (peradangan pankreas)
n. Infeksi Traktus Urinarius

8. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengakajian, meliputi :
a) Identitas klien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Suku bangsa
5. Pekerjaan
6. Pendidikan
7. Alamat
8. Tanggal MRS
9. Diagnosis
b) Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS.
Biasanya klien mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah
dan lain-lain.
c) Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang Bagaimana serangan itu timbul,
lokasi, kualitas, dan faktor yang mempengaruhi dan
memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
2. Riwayat kesehatan dahulu Megkaji apakah klien pernah sakit
seperti yang dirasakan sekarang dan apakah pernah menderita
HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat mempengaruhi
proses penyembuhan klien.
3. Riwayat kesehatan keluarga Gambaran mengenai kesehatan
keluarga dan adakah penyakit keturunan atau menular.
d) Pola- pola fungsi kesehatan
1. Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga dapat menimbulkan perawatan diri.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri
sehingga tidak toleran terhadap makanan dan klien selalu ingin
muntah.
3. Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan
sehingga terjadi konstipasi.
4. Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan
5. Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
6. Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen
yang berulang.
7. Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan
seksual.
8. Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit
sehubungan dengan proses penyakitnya.
9. Pola penanggulangan stres
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
10. Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e) Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses
penyakitnya.
2. Sistem respirasi
3. Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan
kemungkinan tidak terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya
Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit
jantung lainnya.
4. Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
5. Sistem gastrointestinal
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap
makanan / nafsu makan berkurang, muntah.
6. Sistem genitourinaria/eliminasi
hebat / meninggi akan terjadi sesak.
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia,
neoplasma) (D.0077)
2. Risiko disfungsi motilitas gastrointestinal d.d penurunan sirkulasi
gastrointestinal (D.0033)
3. Nausea b.d gangguan biokimiawi (mis. uremia) (D.0076)
c. Intervensi Keperawatan

NO Dx Keperawatan SLKI SIKI

1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


agen pencedera asuhan keperawatan (I.08238)
fisiologis (mis. 1x24 jam 1.1 Identifikasi lokasi,
Inflamasi, diharapkan tingka karakteristik, durasi,
iskemia, nyeri menurun frekuensi, kualitas, dan
neoplasma) (L.08066) dengan intensitas nyeri)
(D.0077) kriteria hasil : 1.2 Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri 1.3 Identifikasi respons
menurun (5) nyeri non verbal
2. Meringis 1.4 Ajarkan teknik
menurun (5) nonfarmakologis
3. Gelisah menurun (akupresure, pijat,
(5) aroma terapi, teknik
4. Frekuensi nadi napas dalam)
membak (5) 1.5 Fasilitasi istirahat tidur
5. Pola tidur 1.6 Jelaskan strategi
membaik (5) meredakan nyeri
1.7 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Risiko disfungsi Setelah dilakukan Edukasi proses penyakit


motilitas asuhan keperawatan 2.1 Identifikasi kesiapan
gastrointestinal 1x24 jam dan kemampuan
d,d penurunan diharapkan motilitas menerima informasi
sirkulasi gastrointestinal 2.2 Jelaskan penyebab dan
gastrointestinal membaik (L.03023) faktor risiko penyakit
(D.0033) dengan kriteria hasil 2.3 Ajarkan cara
1. Nyeri menurun meredakan atau
(5) mengatasi gejala yang
2. Kram abdomen dirasakan
menurun (5) Insersi selang nasogastrik
(I.03092)
3. Suara peristalik
2.4 Identifikasi indikasi
menurun (5)
pemasangan NGT
2.5 Monitor tanda bahaya
pernapasan
2.6 Lakukan pemasangan
NGT, jika perlu
2.7 Posisikan semi fowler

3. Nausea b.d Setelah dilakukan Manajemen Mual (I.03117)


gangguan asuhan keperawatan 3.1 Identifikasi faktor
biokimiawi (mis. 1x24 jam penyebab mual
uremia) (D.0076) diharapkan tingkat 3.2 Monitor mual
mual menurun 3.3 Monitor asupan nutrisi
(L.12111) dengan dan cairan
kriteria hasil : 3.4 Berikan makanan
1. Nafsu makan jumlah kecil
meningkat (5) 3.5 Ajarkan teknik non
2. Keluhan mual farmakologis untuk
menurun (5) mengurangi mual
3. Perasaan ingin 3.6 Kolaborasi pemberian
muntah menurun antiemetik, jika perlu
(5) Manajemen muntah
4. Perasaan asam di (I.03118)
mulut menurun 3.7 Identifikasi
(5) karakteristik muntah
5. Pucat membaik 3.8 Perika volume muntah
(5) 3.9 Monitor keseimbangan
6. Takikardia cairan dan elektrolit
membaik (5) 3.10 Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
3.11 Pertahankan
kepatenan jalan napas
3.12 Anjurkan perbanyak
istirahat
Daftar Pustaka

PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indoneia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indoneia : Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018), Standar Luaran Keperawatan Indoneia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
https://www.academia.edu/33994560/Asuhan_Keperawatan_Pada_Klien_
Kolik_Abdomen
https://www.scribd.com/document/351455073/Patofisiologi-Kolik-Abdomen

Anda mungkin juga menyukai