Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting dalam keperawatan adalah keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan
atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan
cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Keberhasilan
keperawatan di rumah sakit dapat menjadi sia-sia jika tidak dilanjutkan oleh
keluarga. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga
dan kualitas kehidupan keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan.
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat, sehingga
dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada keluarga, perawat mendapat
dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah memenuhi kebutuhan
individu, dan keuntungan yang kedua adalah memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dalam pemberian pelayanan kesehatan, perawat harus
memperhatikan nilai-nilai dan budaya keluarga sehingga dapat diterima.
Proses keperawatan keluarga merupakan suatu metode bagi perawat
untuk memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga. Pelayanan dan
asuhan keperawatan keluarga yang diberikan kepada klien dan keluarga
merupakan bentuk pelayanan profesional yang bertujuan untuk membantu
keluarga dalam pemulihan dan peningkatan kemampuan sebuah keluarga
melalui tindakan pemenuhan kebutuhan klien dan keluarga secara
komprehensif dan berkesinambungan sampai sebuah keluarga itu mampu
untuk melakukan kegiatan rutinitasnya tanpa bantuan.
Para penerima jasa pelayanan kesehatan saat ini telah menyadari hak-
haknya sehingga keluhan, harapan, laporan, dan tuntutan ke pengadilan sudah
menjadi suatu bagian dari upaya mempertahankan hak mereka sebagai
penerima jasa tersebut. Oleh sebab itu kita sebagai perawat harus mengetahui
tatanan keperawatan keluarga agar hal-hal seperti itu tidak terjadi. Dan untuk
memberikan hasil positif akan keberhasilan keperawatan keluarga sehingga

1
asuhan keperawatan tersebut dikatakan berhasil maka perawat harus
mengetahui ilmu-ilmu dan seni hingga bagaimana praktik yang akan
dilakukan dalam keperawatan keluarga.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka penulis memberikan beberapa
rumusan masalah, yaitu :
1) Apa yang dimaksud dengan ilmu dan seni praktik keperawatan keluarga ?
2) Bagaimana dampak akan keberhasilan keperawatan keluarga yang
dilakukan oleh perawat ?
3) Bagaimana konsep dari tatanan pelayanan keperawatan keluarga ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini memiliki capaian yang
diharapkan sebagai berikut :
1) Mahasiswa mampu memahami tentang ilmu dan seni keperawatan
keluarga
2) Mahasiswa mampu menyebutkan dampak keberhasilan keperawatan
keluarga
3) Mahasiswa mampu memahami tentang tatanan pelayanan keperawatan
keluarga.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1) Mahasiswa dapat memahami tentang teori ilmu dan seni praktik
keperawatan keluarga, dampak keberhasilan keperawatan keluarga, dan
tatanan pelayanan kesehatan keluarga.
2) Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang didapat dalam membuat asuhan
keperawatan keluarga sesuai dengan tatanan pelayanan kesehatan
keluarga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu dan Seni Praktik Keperawatan Keluarga


Fungsi teori adalah untuk membedakan, menjelaskan, atau
memperkirakan kejadian signifikan yang terjadi dalam keperawatan. Oleh
karena itu, teori keperawatan idealnya menggambarkan pola yang logis dan
mudah dimengerti untuk observasi dalam praktik keperawatan. Hubungan teori
dengan praktik terdiri atas lingkaran umpan balik yang sifatnya dinamis bukan
kemajuan linear yang sifatnya statis, yaitu teori keperawatn keluarga
menyediakan informasi pengetahuan bagi praktik, dan praktik keluarga, pada
gilirannya, membantu perkembangan teori keperawatan keluarga. Selanjutnya,
pertanyaan penelitian dalam keperawatan keluarga dimunculkan dari praktik
keperawatan keluarga atau diturunkan dari teori keperawatan keluarga. Dengan
demikian, teori, praktik, dan penelitian dalam keperawatan keluarga terhubung
dalam pola yang sinergis untuk memajukan ilmu keperawatan keluarga.
(Fawcett & Downss, 1992).
Istilah model konseptual dan teori sering kali digunakan saling
bergantian, sebagian disebabkan oleh kurangnya kesepakatan tentang derajat
spesifisitas yang membedakan antara model konseptual atau kerangka dan teori.
Model konseptual “ adalah seperangkat konsep yang relative abstrak dan umum
serta suatu dalil yang menjelaskan atau menghubungkan konsep-konsep
tersebut “. Konsep adalah sebuah “ kata atau frase yang meringkas cirri-ciri atau
sifat khas dari sebuah fenomena “. Dan dalil adalah “ sebuah pernyataan tentang
suatu konsep atau hubungan antar-konsep tersebut “. “ keluarga “ adalah sebuah
contoh konsep yang harus ada dalam tiap model konseptual keperawatan
keluarga. Dalil adalah pernyataan yang menjelaskan atau menghubungkan
konsep. (Fawcett & Downss, 1992).
Sebagai contoh, pernyataan “ keluarga berinterkasi dengan komunita”
adalah dalil yang menghubungkan konsep “ interaksi”, “ keluarga “, dan
“komunitas”.

3
Sebuah teori juga terdiri atas beberapa konsep dengan dalil yang
menjelaskan hubungan diantara konsep tersebut. Akan tetapi, model konseptual
atau kerangka biasanya lebih abstrak daripada teori. Teori berfokus pada situasi
yang lebih khusus daripada model konseptual, dan hubungan antara konsep
dalam sebuah teori dikembangkan dengan lebih baik daripada dalam model
konseptual. (Friedman, 2010).
Terdapat sejumlah perkawinan silang penting di antara berbagai teori
yang digunakan dalam praktik keperawatan keluarga. Banyak konsep yang
dimasukkan dalam model keperawatan dipinjam atau diadaptasi dari berbagai
teori sosiologi, antropologi, psikologi dan fisiologi yang telah ada dengan
penerapan baru pada keperawatan. Demikian juga, teori ilmu social keluarga
dan terapi keluarga kontemporer mengambil banyak konsep dan dalil utamanya
dari karya terdahulu mengenani teori psikologi perkembangan, interaksionisme
simbolis, dan structural-fungsional. Tidak ada satu pun teori/kerangka
konseptual dari keperawatan, ilmu social keluarga, atau terapi keluarga yang
dengan sempurna menggambarkan hubungan dan dinamika kehidupan keluarga
seta keperawatan keluarga. Satu perspektif teori tidak memberi pengetahuan
yang cukup luas bagi perawat untuk mengkaji dan mengintervensi keluarga.
Oleh karena itu, perawat harus mengambil banyak teori agar dapat bekerja
secara efektif dengan keluarga. Dengan demikian, dibutuhkan pendekatan
terpadu untuk teori, praktik, penelitian, dan pendidikan ke perawatan keluarga.
(Bowden, 2010).
Dari ketiga aliran teori yang ada, teori ilmu social keluarga adalah teori
yang paling berkembang dengan baik dan informatif terkait dengan bagaimana
fungsi keluarga, hubungan timbal balik keluarga, interaksi dalam keluarga,
perubahan keluarga sepanjang waktu, dan reaksi keluarga terhadap sehat dan
sakit. Sebuah keterbatasan nyata penggunaan teori ilmu social keluarga dalam
keperawatan keluarga adalah bahwa penerapan klinisnya terlalu sedikit,
meskipun penelitian baru-baru ini telah membuat beberapa langkah agar dapat
lebih diterapkan pada praktik keperawatan keluarga. (Jones, 2010).
Teori terapi keluarga, walaupun kurang berkembang dibandingkan teori
ilmu social keluarga, merupakan teori yang lebih relevan untuk praktik

4
keperawatan keluarga karena berasal dari professional/praktik bukan disiplin
akademik, seperti ilmu social keluarga. Landasan kebanyakan teori terapi
keluarga adalah teori ilmu social keluarga. Teori, praktik, dan penelitian
keperawatan keluarga saat ini lebih banyak diambil dari teori terapi keluarga
sejalan dengan profesi yang berkembang makin kompleks dalam spesialisasi
keperawatan keluarga. Model terapi keperawatan juga lebih dapat di aplikasikan
pada praktik keperawatan tingkat lanjut. Whall mendesak perawat ahli terapi
keluarga untuk merumuskan ulang teori terapi keluarga yang sudah ada agar
sesuai dengan perspektif keperawatan sehingga sejalan dengan teori
keperawatan. (Whall, 1986).
Pada akhirnya, dari ketiga aliran teori, teori/model keperawatan adalah
teori yang paling sedikit berkembang dalam keperawatan keluarga.
Metaparadigma ilmu keperawatan terdiri atas empat konsep manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan bersama dengan tiga dalil, yang
menjelaskan hubungan di antara keempat konsep utama tersebut :
1. Perawat memerhatikan prinsip dan hukum yang mengatur proses kehidupan,
kesejahteraan, dan fungsi optimal manusia, baik sakit atau sehat.
2. Perawat memerhatikan pola perilaku manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan pada peristiwa kehidupan yang normal dan situasi kehidupan
yang kritis.
3. Perawat memerhatikan proses yang memengaruhi perubahan positif pada
status kesehatan (Whall dan Fawcent, 1991)

Konsep manusia pada awalnya mengacu pada klien individu. Akan


tetapi, konsep manusia atau klien dapat didefinisikan ulang untuk
memasukkan individu, keluarga, dan/atau komunitas sebagai klien dan
penerima asuhan keperawatan. (American Nurses Association [ANA], 1995).
Bahkan, konsep keluarga sebagai klien telah diterima dalam ilmu
keperawatan karena telah ada dalam literature sejak tahun 1950 (Whall &
Fawcent, 1991), dalam Sosial Policy Statement ANA (1995), dan beragam
Standards of Clinical Nursing Practice ANA.

5
Whall & Fawcent (1991) menyesuaikan dalil metaparadigma
keperawatan guna membahas keluarga :
1. Keperawatan keluarga memperhatikan berbagai perinsip dan hukum yang
mengatur proses keluaraga, kesejahterahan keluarga, dan fungsi optimal
keluarga dan keadaan sakit dan sejahterah yang berbeda-beda.
2. Keperawatan keluarga memperhatikan pola perilaku keluarga dalam
interaksinya dan lingkungan, pada peristiwa kehidupan yang normal dan
sesuai kehidupan yang kritis.
3. Keperawatan keluarga memperhatikan proses yang dapat mempengaruhi
perubahan yang positif pada status keperawaatan keluarga (Donaldson &
Crowley, 1978; Gordner, 1980, di kutip oleh Whall & Fawcet, 1991b, hlm. 3-
4).
Whall & Fawcett ( 1991a ) menunjukan bahwa keluarga diartikan secara
berbeda dalam mataparaadigma keperawataan dari disiplin lain yang
membahas keluargadalam hal ketiga aspek berikut ini :
1. Mempertimbangkan pengaruh lingkungan pada kesehatan kelurga dan
dampak tindakan yang dilakukan oleh perawat dan kepentingan yang terkait
oleh keluarga.
2. Menggabungkan biopsikososial yang komperhensif dan perspektif kesehatan
yang holistic.
3. Memfokuskan pada kesejahteraan keluarga dan bukan pada patologi

Beberapa ahli teori keperawatan telah merevisi ulang teori awal mereka
guna mengakomodasi asuhan keperawatan untuk keluarga dan kumpulan
lainnya (seperti komunitas) sebagai klien keperawatan. Bab ini juga
menyajikan satu persatu ketiga aliran teori yang disigifikasikan untuk
menyusun teori keperawatan keluarga. Pertama-tama, diringkas model
keperawatan yang dapat diterapkan dalam keperawatan keluarga, dan
kemudian disoroti teori ilmu social keluarga yang dominan dan berfokus pada
keperawatan keluarga. Selanjutnya disajikan tiga buah teori terapi keluarga
yang penting yang membahas keperawatan keluarga dan pada akhirnya,
dibahas ulasan model terpadu pilihan. (Freadman, 2010).

6
Jadi, menurut kelompok kami teori praktik keperawatan keluarga adalah
untuk membedakan, menjelaskan, atau memperkirakan kejadian signifikan
yang terjadi dalam keperawatan keluarga. Sebuah teori juga terdiri atas
beberapa konsep dengan dalil yang menjelaskan hubungan diantara konsep
tersebut. Akan tetapi, model konseptual atau kerangka biasanya lebih abstrak
daripada teori. Teori berfokus pada situasi yang lebih khusus daripada model
konseptual, dan hubungan antara konsep dalam sebuah teori dikembangkan
dengan lebih baik daripada dalam model konseptual. Demikian juga, teori
ilmu social keluarga dan terapi keluarga kontemporer mengambil banyak
konsep dan dalil utamanya dari karya terdahulu mengenani teori psikologi
perkembangan, interaksionisme simbolis, dan structural-fungsional. Teori
terapi keluarga, walaupun kurang berkembang dibandingkan teori ilmu social
keluarga, merupakan teori yang lebih relevan untuk praktik keperawatan
keluarga karena berasal dari professional/praktik bukan disiplin akademik.

B. Dampak Keberhasilan Keperawatan Keluarga


Dampak perawatan kesehatan bukan hanya dampak esensial dan dasar
keluarga namun, dampak yang mengemban focus sentral dalam keluarga yang
berfungsi dengan baik dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan
kesehatan bagi semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal
dan internal. Pratt (1976, 1982) menunjukkan bahwa alasan keluarga
mengalami kesulitan memberikan perawatan kesehatan bagi anggota mereka
terletak pada :
a. struktur keluarga
b. sistem pelayanan kesehatan
Pratt menemukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi yang luas
dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan menggunakan sumber
komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan perawatan kesehatan dengan
lebih tepat. Selain itu, praktik kesehatan personal meningkat saat suami secara
aktif terlibat dalam urusan internal keluarga, termasuk masalah yang
berkenaan dengan sisstem pelayanan kesehatan. (Pratt, (1976, 1982)).

7
Agar keluarga dapat menjadi sumber kesehatan primer dan efektif,
mereka harus menjadi lebih terlibat dalam tim perawatan kesehatan dan proses
terapi total. (Krozy, 1996., Levine & Zuck Erman, 2000).
Hal ini menyiratkan hubungan egaliter dengan penyedia perawatan
kesehatan saat kedua partisipan dapat secara terbuka mengungkapkan opini
mereka dan menegosiasikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan serta
kepentingan tertentu mereka.
Pratt (1976) mengakui bahwa tidak mungkin bagi keluarga untuk
menjadi sangat bertanggung jawab tentang fungsi perawatan kesehatan
mereka jika profesionl kesehatan menyingkirkan mereka untuk berpartisipasi
dalam pelaktasanaan medis. Peran kemitraan tersebut diperlukan baik apakah
kebutuhan kesehatan promotif, preventif atau kuratif dipertimbangkan.
Individu harus diperlakukan sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab,
bukan anak yang pasif, jika professional menginginkan mereka mengemban
tanggung jawab diri. Tidak hanya keluarga yang harus bermitra dengan
penyedia pelayanan kesehatan dalam mengarahkan dan mengimplementasikan
perawatan kesehatannya sendiri, tetapi klien juga harus menjadi pengambil
keputusan utama dan manajer dari masalah kesehatan yang memengaruhi
kesejahteraan dan kehidupan mereka. Agar klien terlibat dalam perawatan diri
yang efektif mereka harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk memberikan perawatan kesehatan baik. Hal ini berarti bahwa
keluarga perlu akses kesumber informasi kesehatan primer. Dengan demikian
professional harus mau meluaskan peran mereka dengan memasukkan
pendidikan kesehatan yang ditujukan untuk perawatan diri dan pemberdayaan
keluarga. (Courtney, 1995., Institute of Medicine, 2000., Rafael, 1995)
Sebagian besar keluarga mengenali kebutuhan untuk mengemban
penatalaksanaan perawatan kesehatan diri mereka yang kuat ( Levine &
Zuckerman, 2000). Akan tetapi, baik professional maupun industry pelayanan
kesehatan---rumah sakit, persahaan farmasi, perusahaan penyedia, dan
industry asuransi kesehatan---tidak mendukung hal ini. Data dari studi Prett
menunjukan bahwa keluarga yang paling efektif dalam mencari layanan medis
yang tepat dan mempraktikan gaya hidup sejahtera dengan cara mereka adalah

8
keluarga yang disebut sebagai keluarga “ Kuat”. Keluarga ini secara asertif
mencari dan memverfikasi informasi, membuat keputusan yang berbeda, dan
meneggosiasikan secara agresif dengan sistem pelayanan kesehatan, bukan
menerima dan mematuhi secara pasif. ( Prett, 1976; 1982 ).
Alasan lain bahwa keluarga memiliki kesulitan memberikan perawatan
kesehatan untuk anggotanya adalah kurangnya akses ke perawatan. Ras dan
tingkat pendapatan serta pendidikan berperan pada perbedaan kelas dalam
akses dan pemanfaatan layanan perawatan kesehatan. Populasi minoritas dan
mereka yang memiliki tingkat penghasilan dan pendidikan rendah lebih sedikit
memanfaatkan layanan perawatan kesehatan. Populasi bukan kulit putih
menghabiskan hari yang lebih sedikit di rumah sakit, lebih jarang menemui
dokter, dan lebih cenderung diterapi di unit rawat jalan rumah sakit daripada
di klinik dokter. Untuk kelompok tersebut, buruknya pengalaman dengan
sistem pelayanan kesehatan cenderung menyebabkan angka pemanfaatan
pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan yang rendah. ( United
States Department of health and human services [U.S. DHSS], 1989).
Salah satu faktor terpenting yang menjelaskan perbedaan akses dan pola
pemanfaatan pelayanan medis adalah kurangnya perlindungan asuransi
perawatan kesehatan (Kozol, 2000). Banyak keluarga yang memiliki asuransi
tidak mendapat perlindungan asuransi secara adekuat, yang mencegah mereka
mendapatkan perawatan kesehatan yang komperhensif. Oleh karena itu,
banyak keluarga miskin yang dilindungi oleh asuransi kesehatan diterapi di
unit gawat darurat yang sibuk dan klinik rawat jalan rumah sakit umum tempat
perawatan mungkin terpisah-pisah dan berkala (Center for Health economics
research, 1993). Terdapat hasil akhir yang merugikan terkait dengan tidak
memiliki asuransi kesehatan, yang menyebabkan angka mortalitas yang tinggi
(ACP-ASIM, 2001).
Jadi menurut kelompok kami, dampak pada keperawatan keluarga yang
mengemban focus sentral dalam keluarga dapat berfungsi dengan baik dan
sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan bagi semua anggota keluarga
sulit, akibatnya tantangan dari luar dan dalam. Seseorang mengemukakan
bahwa tidak mungkin bagi keluarga untuk menjadi sangat bertanggung jawab

9
tentang fungsi perawatan kesehatan mereka jika professional kesehatan
menyingkirkan mereka untuk berpartisipasi dalam penatalaksanaan medis.

C. Tatanan Pelayanan Keperawatan Keluarga


Keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat dan juga
merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Keluarga akan berperan
banyak terutama dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota
keluarga. Sebagai satu sistem akan terjadi saling interaksi, intelerasi, dan
interdependensi antara sub-sub sistem di dalam keluarga. Dengan kata lain
salah satu anggota keluarga mengalami gangguan , maka sistem keluarga
secara keseluruhan akan terganggu.
Proses keperawatan keluarga berbeda-beda tergantung pada siapa yang
menjadi fokus keperawatan. Perbedaan fokus ini bergantung pada konsep
keperawatan tentang keluarga dan lama praktiknya, jika perawat memandang
keluarga sebagai latar belakang atau konteks individu pasien, individu anggota
keluarga menjadi fokus dan proses keperawatan berorientasi padaa individu,
suatu cara tradisonal untuk bekerja. Jika, namun demikian perwaat
mengartikan keluarga sebaagai unit keperawaataan, maka keluarga seebagai
unit aatau sistem sebagai fokus walaupun focus itu sendiri tidak berbeda.
Kebanyakan perawat keluarga dalaam praktiknya bekerja secara
simultan baik dengan individu anggota keluarga dan keluarga serta
subsistemnya. Ini beraati perawat keluarga akan menggunakan proses
keperawatan dengan dua tingkatan pada individu dan keluarga serta tingkat
subsitemnya keluarga. Dalaam kasus ini, penkajian, diagnosa, perencanan,
intervensi, dan evaluassi akan lebih ekstensif dan kompleks. Jika mungkin,
penting untuk mengkaji dan memfokuskan pada kedua tingkat analisis.
Pelayanan keperawatan di amerika secara khas sangat spesialistik jika perawat
hanya mengkaji dan berkerja dengan keluarga sebagai sistem. Sebaliknya,
pemahaman yang baik tentang keluarga tidak dapat diperoleh tanpa
memandang anggota kluarga tersebut dalam konteks kelompok utama-
keluarga.

10
1. Tatanan Pelayanan Keperawatan Keluarga : Pencegahan Primer
6 faktor yang menyebabkan pemulihan minat pada pencegahan primer:
a. Kebutuhan akan perubahan focus dan prakarsa nasional.
Dalam system pelayanan kesehatan ini, sebagaian besar
sumber-sumber kesehatan diarahkan diseputar perawatan akut yang
sifatnya kuratif. System kesehatan kita yang ada saat ini
mencurahkan sebagian besar dari sumber-sumbernya pada orientasi
krisis dan layanan kesehatan kuratif berteknologi tinggi, yang pada
kebanyakan kasus, terapi yang diberikan terlalu sedikit dan
sangatlah terlambat. Hanya 3% dari keseluruhan pengeluaran
pelayanan kesehatan yang dialokasikan untuk layanan pencegahan
(Smith & Westley, 1993).
Terdapat perhatian yang luas dikalangan orang awam, pada
pembuat legislasi, dan professional pelayanan kesehatan yang
mengatakan bahwa, system pelayanan kesehatan yang ada saat ini,
relative mahal dan tidak efektif. Studi mengenai kepatuhan
menunjukkan banyak sekali kekurang patuhan pasien terhadap
pengobatan, yang secara alamiah meningkatkan biaya menjadi
lebih tinggi lagi. (Castro, 1991).
Healthy People (US Public Health Service, 1979) dan laporan
penyertanya promotive health/preventing disease : objectives for
the nation (US Public Health Service, 1980), menekankan
kenyataaan bahwa modifikasi gaya hidup adalah perubahan oaling
signifikan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kesehatan
bangsa. Terdapat perubahan-perubahan gaya hidup yang berhasil
diidentifikasi : penghentian kebiasaan merokok; penurunan
penyalahgunaan alcohol; perubahan diet untuk menurunkan kalori,
lemak, garam, dan gula yang berlebihan; olahraga; prosedur

11
skrining berkala untuk berbagai penyakit utama seperti tekanan
darah tinggi dan diabetes.
Faktor lain mengarahkan perhatian pada promosi kesehatan
ialah adanya peningkatan kesadaran bahwa pikiran dan tubuh
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan masing-masing saling
mempengaruhi dan bahwa integrase tubuh dan pikiran dibutuhkan
untuk terjadinya pemulihan dan kesejahteraan. Pemahaman ini
menyebabkan dimasukkannya pendekatan holistic, baik pada
profesi keperawatan maupun profesi keperawatan jiwa yaitu
individu secara keseluruhan benar-benar dipertimbangkan dalam
pengkajian dan perawatan (ANA, 1995).
Sejalan dengan kesadaran akan interaksi pikiran dan tubuh,
pemahaman mengenai stress sebagai penyakit semakin meningkat.
Diperkirakan 80% dari semua penyakit disebabkan oleh stress,
dengan stress menjadi penyebab perburukan semua penyakit dan
penyakit memperburuk stress yang dialami. Oleh karena itu, hanya
menangani sebuah masalah medis klien sering kali dirasakan tidak
efisien (Campbell, 2000., Peletier, 1979).
b. Konsumerisme dan tuntutan umum terhadap peningkatan
pengendali diri.
Individu dan keluarga sebaiknya dapat mengendalikan tindakan
yang mereka lakukan. Tanggup jawab terhadap kesehatan
seseorang tidak terletak pada professional penyedia pelayanan
kesehatan, tetapi pada individu dana tau keluarganya. Pelatihan
kesejahteraan, pelayanan kesehatan holistic, dan perawatan
mandiri, semua bagian dari promosi kesehatan, yang dipercayai
bersama sebagai sesuatu yang mendasar bahwa bertanggung jawab
dan mengontrol kesehatan diri sendiri merupakan keharusan.
c. Gerakan Kesejahteraan
Gerakan ini diprakarsai oleh kalangan awam. Saat ini,
kesehatan, pemenuhan personal, dan kualitas hidup mendapatkan
perhatian yang lebih besar. Walaupun secara umum tingkat

12
pengetahuan kesehatan dalam masyarakat kita masih relative
rendah, tapi dengan membaca artikel dan buku yang berorientasi
pada kesehatan serta terbuka terhadap media massa dan internet,
individu yang berpendidikan tinggi mendapatkan lebih banyak
informasi mengenai strategi promosi kesehatan umum dan resiko
serta hal-hal yang membahayakan lingkungan (Armen Trout,
1993).
d. Pertumbuhan penerimaan modalitas kesehatan alternative oleh
professional kesehatan dan masyarakat.
Beragam modalitas promosi kesehatan alternative menjadi
lebih dihargai oleh kebanyakan perkumpulan pelayanan kesehatan
professional. Terdapat banyak keterbukan dan penerimaan terhadap
modalitas alternative, yang mencakup yoga, meditasi, obat-obatan
herbal, pijat, teknik relaksasi, akupresure, akupuntur, bimbingan
imajinasi, visualisasi, terapi tubuh. Banyak pendekatan kesehatan
ini menekankan pada promosi kesehatan, holism, dan
pemberdayaan klien (Rodwell, 1996).
e. Kurangnya akses kepelayanan kesehatan
Terdapat beberapa bukti yang menunjukkan bahwa seiring
dengan pelayanan kesehatan menjadi lebih sulit untuk diakses
karena tidak memiliki asuransi dan biaya yang mahal, konsumen
mulai beralih kepada strategi promosi kesehatan dan perawatan
diri, untuk pencegahan penyakit.
f. Pertumbuhan perhatian terhadap kesehatan kepada praktik
keperawatan tingkat lanjut
Perawat praktisi secara aktif terlibat dalam berbagai rangkaian
promosi kesehatan dan aktivitas pemeliharaan. Banyak perawat
mempunyai posisi di lingkup perawatan primer yang berbasis
komunitas, tempat promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
dapat dilaksanakan secara efektif didalam praktik (Rodgers, 1993).

13
Promosi kesehatan dan pencegahan primer masalah kesehatan aktif dan
kronik menimbulkan tantangan kesehatan yang besar dalam masyarakat kita.
Mungkin tujuan kita yang paling utama ialah membantu masyarakat (individu
dan keluarga) belajar menjadi sehat dengan cara alami dan menyenangkan,
bukan hanya berfokus pada membantu klien mengenai cara agar tidak jatuh
sakit atau sebelum bertambah parah atau membantu klien saat mereka sakit
saja. Harteck (1977) menambahkan gagasan signifikan lainnya mengenai
peran perawat keluarga. Harteck menyatakan bahwa praktik kita harus
menekankan pada kapasitas yang ada didalam keluarga untuk meningkatkan
kesehatan dan kesembuhannya sendiri.
Jadi, pencegahan primer promosi kesehatan dan pencegahan penyakit
adalah hal yang utama dalam keperawatan keluarga. Perawat keluarga harus
membantu keluarga untuk bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri
dan memasukkan perubahan gaya hidup sejatera baik ke dalam gaya hidup
keluarga maupun ke dalam kehidupan personal anggotanya. Dengan
memercayai kemampuan keluarga dalam menyediakan pelayanan kesehatan
bagi dirinya sendiri dan bertindak bagi kepentingannya, kita akan memberikan
dukungan yang positif serta menjadi narasumber dan fasilitator yang lebih
efektif bagi keluarga. Dengan demikian pencegahan primer adalah peran yang
paling menarik dan vital bagi perawat keluarga. Perawatan primer merupakan
sebuah instrument penting untuk lebih menekankan pada pencegahan primer. (
Donaldson, Yordy, & Vanselow, 1994 )

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan skunder melibatkan diagnosis dini dan terapi sexepatnya.
Dengan demikian, deteksi penyakit dan temuan kasus merupakan kunci pada
pencegahan sekunder. Jika sifat alamiah penyakit menghalangi penyembuhan
maka tujuan pencegahan sekunder adalah mengendalikan perburukan penyakit
dan mencegah atau mengurangi disabilitas. Peranan penting perawat adalah
melakukan skrining dan pengkajian ( pemeriksaan riwayat, fisik dan
laboratorium) terhadap anggota keluarga atau merujuk anggota keluarga ke
penyedia perawatan untuk mendapatkan semua layanan ini.

14
Penyuluhan kesehatan sering kali dibutuhkan untuk meningkatkan
pemahaman anggota keluarga mengenai manfaat pemeriksaan skrining
tertentu, seperti pemeriksaan payudara sendiri. Perujukan dan tindak lanjut
yang saksama juga merupakan bagian dari pencegahan sekunder. ( Friedman,
2010 ).

3. Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah “ mengurangi keluasan dan keparahan
suatu masalah kesehatan hingga tingkat serendah mungkin untuk
meminimalkan disabilitas dan mengembalikan atau memulihkan fungsi. (
Allender & Spradley, 2001 ). Rehabilitas adalah focus utama pencegahan
tersier. Perawatan untuk pemulihan dan pemeliharaan individu yang
mengalami sakit kronik juga disertakan. Rehabilitasi terkait dengan
memulihkan individu yang mengalami disabilitas karena penyakit atau cedera
hingga tingkat fungsi optimal mereka atau hingga tingkat fungsi mereka yang
tertinggi secara fisik,social,emosional, dan pekerjaan.
Tujuan dari kerja klinis perawat mencakup peredaan atau penyembuhan
penderitaan emosional, fisik atau spiritual. Meskipun hal ini diekspresikan
dalam cara yang jauh lebih kualitatif dan fenomenologis, tentu saja tujuan ini
merupakan bagian dari pencegahan tersier. Dalam belajar hidup dengan
kondisi disabilitas permanen, klien dan keluarga membutuhkan dukungan
yang luarbiasa dan penyuluhan yang ekstensif mengenai perawatan mandiri
dan perawatan yang bergantung pada orang lain. Perawat berperan penting
dalam pencegahan tersier, terutama dalam hal terjadinya penyakit kronik dan
pelayanan kesehatan di rumah untuk disabilitas. Selain memberikan perawatan
langsung, perawat keluarga memiliki peran yang signifikan adalah sebagai
coordinator atau manajer kasus, advokat, pendidik dan konselor bagi
klien/keluarga. ( Lorraine Wright, 1997 ).

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori praktik keperawatan keluarga adalah untuk membedakan,
menjelaskan, atau memperkirakan kejadian signifikan yang terjadi dalam
keperawatan keluarga. Sebuah teori juga terdiri atas beberapa konsep dengan
dalil yang menjelaskan hubungan diantara konsep tersebut.
Teori terapi keluarga, walaupun kurang berkembang dibandingkan teori
ilmu social keluarga, merupakan teori yang lebih relevan untuk praktik
keperawatan keluarga karena berasal dari professional/praktik bukan disiplin
akademik.
Dampak perawatan kesehatan bukan hanya dampak esensial dan dasar
keluarga namun, dampak yang mengemban focus sentral dalam keluarga yang
berfungsi dengan baik dan sehat. Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan
kesehatan bagi semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal
dan internal.
Proses keperawatan keluarga berbeda-beda tergantung pada siapa yang
menjadi fokus keperawatan. Perbedaan fokus ini bergantung pada konsep
keperawatan tentang keluarga dan lama praktiknya, jika perawat memandang
keluarga sebagai latar belakang atau konteks individu pasien, individu anggota
keluarga menjadi fokus dan proses keperawatan berorientasi padaa individu,
suatu cara tradisonal untuk bekerja. Jika, namun demikian perwaat
mengartikan keluarga sebaagai unit keperawaataan, maka keluarga seebagai
unit atau sistem sebagai fokus walaupun focus itu sendiri tidak berbeda

B. Saran
Dalam makalah ini penulis yakin bahwa masih banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah maupun materi yang dibahas. Oleh karena itu, penulis
meminta saran kepada pembaca untuk membantu terbentuknya makalah yang
baik dan benar. Kelompok juga berharap dengan telah dibacanya makalah ini,

16
pembaca dapat memahami tentang ilmu-ilmu dalam keperawatan keluarga,
dampak positif serta tatanan pelayanan dalam keperawatan keluarga untuk
membentuk pemahaman yang kuat tentang keperawatan keluarga, sehingga
dalam pembuatan asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan dengan baik.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku ajar keperawatan keluarga : riset, teori, dan praktik/ Marilyn M.


Friedman, Vicky R. Bowden, Elaine G. Jones; alih bahasa, Achir Yani S.
Hamid ; ed. 5, Jakarta : EGC, 2010.
2. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/128/jtptunimus-gdl-wahyunovia-
6390-2-bab2dhf.pdf
3. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-rahmadsant-6733-
2-babiia-r.pdf
4. https://b302fikui.files.wordpress.com/2011/12/makalah-focus-group-
1_keperawatan-keluarga.pdf
5. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-
RAHAYU_GININTASASI/MAKALAH_KELUARGA.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai