PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus ditantang oleh perubahan-perubahan
yang ada, baik dari lingkungan maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan
globalisasi. Sebuah globalisasi sangat memengaruhi perubahan dunia, khususnya di bidang kesehatan.
Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan perbedaan
budaya. Semakin banyak terjadi perpindahan penduduk, semakin beragam pula budaya di suatu negara.
Tuntutan itulah yang memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat fleksibel
di lingkungan yang tepat.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi
kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali
diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut
lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses
penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang
kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah motivasi dan
hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali tugas perawat dalam
memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani). Seseorang yang
dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya harus
terpenuhi. Menurut hasil RisetPsycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for Terminal Illness
Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih
banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan
kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari, 1977)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan
pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat kematian.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan
globalisasi dan pelayanan kesehatan
b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural
c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat kematian
d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila dihadapkan pada
situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantupasien
e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai dengan standart
keperawatan
C. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:
Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat kematian dan hal
yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut dilihat dari proses transkultural dalam
keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan.
D. Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan metode
penulisan makalah
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai teori tentang Perspektif Transkultural dalam
Keperawatan, Asuhan keperawatan klien terminal (sakaratul maut)
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta jawaban kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai masalah gangguan pada
systemendokrin.
Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari buku buku dan dari
teknologi komputer seperti internet membantu untuk melengkapi isi makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan menggunakan
norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan spesifik dalam asuhan
keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan,
mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring diberikan kepada manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,
struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilai-nilai,
konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4 konsep sentral
keperawatan yaitu :
Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma yang
diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984)
manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia
berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya, terletak pada
rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam
aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan
keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).
Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan,
kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa,
pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat
karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial
yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih
luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di
lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan
individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.
Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan
adalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam
konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan
bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari
mulai tahap pengkajian,diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai
dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada padaSunrise Model yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan
masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan
alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi
permasalahan kesehatan ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya.
Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan
diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut,
status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap
baik atau buruk. Norma norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang
oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai
sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang
rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang
kembali.
5. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah
atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu
:
a. gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b. gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
6. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang
tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan
adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar,
1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan
merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan
biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien
dan orang tua
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi,
yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya
budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien
amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.
7. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang
mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan
budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien.
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang terjadi.
Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak diharapkan.
b. Marah (anger)
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini terkadang sulit
dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara normal tidak menimbulkan
kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya.
c. Tawar Menawar (bargaining)
Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa masa lalu. Klien
mencoba untuk melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan cara diam atau dinyatakan secara
terbuka.
d. Kesedihan Mendalam (depression)
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi dengan siapapun
dan apapun.
e. Menerima (acceptable)
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan kedamaian dalam
kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan panjang.
Asuhan psikologis dapat berubah sesuai dengan budaya dari keluarga klien tersebut. Klien dalam kondisi
terminal tersebut membutuhkan motivasi atau dukungan mental dan spiritual dari keluarga, peran perawat
dalam hal ini tidak terlalu banyak. Biasanya apabila keluarga tersebut mempunyai keyakinan yang besar
terhadap tuhan, mereka akan lebih memilih untuk berdoa di sekeliling klien agar arwah klien nanti dapat
diterima oleh yang kuasa. Ada pula adat kebiasaan tersebut mengharuskan klien meninggal di rumah
klien, klien langsung dibawa pulang ketika keluarga, atau bahwa klien berada dalam kondisi terminal. 17
Gejala-gelala pada saat kondisi terminal:
a. Nafsu makan berkurang
b. Lesu
c. Ganguan sistem peredaran darah, seperti darah tida dapat mengalir ke seluruh tubuh secara normal
sehingga menjadikan kulit klien berubah menjadi biru
d. Ganguan sistem pernapasan, seperti, nafas klien berbunyi, dan frekuensi bernafas klien makin lama
makin berkurang
e. Ganguan sistem gerak, pasien tidak dapat bergerak sesuai keinginannya lagi
f. Gangguan pencernaan, seperti, klien tidak dapat menelan makanan yang diberikan.
Selain asuhan secara psikologis, perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara medis kepada
klien dengan cara (1) mengontrol nyeri dan gejala lain, (2) memelihara nutrisi klien, (3) mengatur dosis
regular, (4) membebaskan jalan nafas, dan (5) menyediakan obat-obatan esensial. Seperti itulah proses
keperawatan pada pasien terminal, perawat dan pihak keluarga pasien berkolaborasi dalam mencapai
kesejahteraan klien dalam menuju perjalan yang sangat panjang. Proses proses perawatan pun akan
menjadi fleksibel dan lebih menurut kepada aturan adat dan kebudayaan yang dipercaya oleh pihak
keluarga klien. Selama tidak membahayakan klien, pihak rumah sakit akan senantiasa mengikuti adat
budaya keluarga tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario kasus IV
Tn. A usia 45 tahun dirawat di RSUD kota Jakarta sejak seminggu yang lalu. Tn. A sudan menderita
penyakit DM sejak 6 tahun yang lalu, menurut istrinya suaminya ini sering terlihat cepat lelah merasa
sangat haus dan sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, perutnya tidak enak serasa mual , terkadang
muntah dan nyeri. Menurut istrnya juga dari pemeriksaan alat gula darah kepunyaan tetangganya,
hasilnya sring diatas 200mg/dl. Pasien mengatakan badan terasa lemas disertai mual dan kadang-kadang
muntah. Ketika diperiksa torgor kulitnya lebih dari 3 detik,mukosa bibir kering,terdapat penurunan berat
badan dari sebelum sakit, Berdasarkan dari pemeriksaan fisik,tanda-tanda vital TD:120/80 mmHg,N
:60X/menit, S :36,50 C,RR:24X/menit, dari mulut pasien tecium bau buah yang menyengat pasien sering
mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi,kesadaran somnolen GCS 12. Terpasang oksigen
binasal 2 lpm,pasien saat ini dberikan terapi infuse Nacl 0,9 % dengan menggunakan infuse pump, dan
pemberian insulin 20 U. Hasil pemeiksaan dengan glukometer tak terbaca sehingga di lakukan
pemeriksaan dilabolatorium keton serum positif,analisa gas darah Ph 7,10. Pasien mendapatkan terapi
obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg. Istri paien mengatakan selama ini dia tidak segera membawa
suaminya ke rumas sakit karena tidak mempunyai KTP dan KK tempat tinggal saat ini,karena pasien
berasal dai luar kota Jakarta. Sehingga tidak bias menggunakan program GAKIN,sedangkan istri pasien
mengeluh tentang biaya perawatan.
Pertanyaan Kasus
1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba
diskusikan system organ apa yang terkait masalah di atas ? Jelaskan dengan menggunakan peta konsep
struktur anatomi organ yang terkait serta mekanisme fisiologis system organ itu bekerja !
2. Coba identifikasi diagnose keperawatan utama pada klien dalam kasus tersebut !
3. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus diatas !
4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya dilakukan seorang perawat
untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada klien dan keluarganya!
B. Jawaban kasus
1. System organ yang terkait dengan masalah diatas adalah system endokrin dan organ yang
terganggunya adalah organ kelenjar pancreas.
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal 12,5 cm dan tebal 2,5 cm.
Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua
saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu kelenjar
endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas
Pankreas terdiri dari :
- Kepala pancreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam lakukan
duodenum dan yang praktis melingkarinya.
- Badan pancreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambuing dan di depan vertebra
lumbalis pertama.
- Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum :
- Ductus wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian masuk ke dalam duodenum
melalui sphincter oddi
- Ductus sartorini, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah atas sphincter
oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
- Asini berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum
- Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
- Hormon-hormon yang dihasilkan
Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh gambaran disulfide.
Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang mengalami
internalisasi bersama insulin
Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks
- Efek-efek tersebut biasanya dibagi :
Efek cepat (detik)
Peningkatan transport glukosa, asam amino dan k+ ke dalam sel peka insulin.
Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan glikogen sintesa dan enzim-
enzim glikolitik.
Efek lambat (jam)
- Peningkatan M RNA enzim lipogenik dan enzim lain
Pengaturan fisiologi kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari :
ekstraksi glukosa
sintesis glikogen
glikogenesis
- Glukogen
Molekul glukogen adalah polipeptida rantai lurus yang mengandung 29 n residu asam amino dan
memiliki 3485 glukogen merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas fisiologi
meningkatkan kadar glukosa darah.
- Somatostatin
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukogen dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja di
dalam pulau-pulau pankreas.
- Poliptida pankreas
Poliptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear yang dibentuk oleh sel pulau langerhans.
Fungsi eksokrin pankreas:
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan ketiga jenis makanan utama, protein,
karhohidrat dan lemak. Ia juga mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan
penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke dalam duodenum.
Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kamotripsin, karboksi, peptidase, ribonuklease,
deoksiribonuklease, tiga enzim pertama memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang
dicernakan, sedangkan nuclease memecahkan keuda jenis asam nuklet, asam ribonukleat dan
deosinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amylase pankreas, yang mengidrosis pati, glikogen dan
sebagian besar karbohidrat lain kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-enzim
untuk pencernaan lemak adalah lipase pankreas yang menghidrolisis lemak netral menjadi gliserol, asam
lemak dan kolesterol esterase yang menyebabkan hidrolisis ester-ester kolesterol.
a. Pancreatic guice
Sodium bicarboinat memberikan sedikit pH alkalin (7,1 8,2) pada pancreatic jurce sehingga
menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-enzim
dalam usus halus.
b. Pengaturan sekresi pankreas ada 2 yaitu :
- Pengaturan saraf
- Pengaturan hormonal
Fungsi endokrin pankreas
Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok sel epithelium yang jelas, terpisah dan
nyata.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-sama membentuk organ
endokrin.
2. Diagnose keperawatan utama pada kasus di atas adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic ditandai dengan:
DS: -
DO :
- RR:24X/menit
- sering mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi
- Terpasang oksigen binasal 2 lpm
b. Kekurangan volume cairan dan elektolit b.d diuresis osmotic ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kencinng
DO :
- torgor kulitnya lebih dari 3 detik
- mukosa bibir kering
- terapi infuse Nacl 0,9 % dengan menggunakan infuse pump
c. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.dpeningkatan asam lemak ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh mual dan disertai muntah
DO :
- penurunan berat badan dari sebelum sakit
- mendapatkan terapi obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg
4. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama
adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
Tujuan : Pola nafas teratur, normopnea.
Intervensi :
- Kaji pola nafas tiap hari
R/ Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi, status cardiopulmonal
dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat diidentifikasi untuk menentukan faktor mana
yang berpengaruh/paling berpengaruh.
- Kaji kemungkinan adanya secret yang mungkin timbul
R/ Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat kerja reflek
parasimpatik dan atau penurunan kemampuan menelan.
- Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang berbau keton berhubungan dengan pemecahan
asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
- Pastikan jalan nafas tidak tersumbat
R/ Pengaturan posisi ekstensi kepala memfasilitasi terbukanya jalan nafas, menghindari jatuhnya lidah
dan meminimalkan penutupan jalan nafas oleh sekret yang mungkin terjadi
- Berikan bantuan oksigen
R/ Pernafasan kusmaull sebagai kompensasi keasaman memberikan respon penurunan CO2 dan O2,
Pemberian oksigen sungkup dalam jumlah yang minimal diharapkan dapat mempertahankan level CO2.
- Kaji Kadar AGD setiap hari
R/ Evaluasi rutin konsentrasi HCO3, CO2 dan O2 merupakan bentuk evaluasi objektif terhadap
keberhasilan terapi dan pemenuhan oksigen.
b. Kekurangan Volume Cairan dan Elektolit
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai dengan nilai laboratorium dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji riwayat pengeluaran berlebih : poliuri, muntah, diare
R/ Memperkirakan volume cairan yang hilang. Adanya proses infeksi mengakibatkan demam yang
meningkatkan kehilangan cairan IWL.
- Pantau tanda vital
R/ Hipovolemia dapat dimanivestasikan dengan hipotensi dan takikardi. Perkiraan berat ringannya
hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari posisi
berbaring ke posisi duduk/berdiri.
- Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernafasan yang menghasilkan kompensasi alkalosis
respiratorik terhadap keadaan ketoasidosis. Pernafasn yang berbau keton berhubungn dngan pemecvahan
asam ketoasetat dan harus berkurang bila ketosis harus terkoreksi.
- Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R/ Indikator tingkat hidrasi atau volume cairan yang adekuat.
- Ukur BB tiap hari
R/ Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya
dalam pemberian cairan pengganti.
- Pantau masukan dan pengeluaran, catat BJ Urine
R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan terapi yang
diberikan.
- Berikan cairan paling sedikit 2500 cc/hr
R/ Mempertahankan hidrasi dan volume sirkulasi.
- Catat hal-hal seperti mual, nyeri abdomen , muntah, distensi lambung
R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang seringkali akan menimbulkan
muntah dan secara potensial akan menimbulkan kekurangan cairan atau elektrolit.
Kolaborasi
- Berikan NaCl, NaCl, dengan atau tanpa dekstrose
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajad kekurangan cairan dan respon pasien individual.
- Berikan Plasma, albumin
R/ Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika kekuranggan tersebut mengancam kehidupan atau tekanan
darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
- Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K
R/ Na menurun mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik). Na tinggi
mencerminkan dehidrasiberat atau reabsorbsi Na akibat sekresi aldosteron.
Hiperkalemia sebagai repon asidosis dan selanjutnya kalium hilang melalui urine. Kadar Kalium absolut
tubuh kuran
- Berikan Kalium atau elektrolit IV/Oral
R/ Kalium untuk mencegah hipokalemia harus ditambahkan IV. Kalium fosfat dapat diberikan untuk
menngurangi beban Cl berlebih dari cairan lain.
- Berikan Bikarbonat
R/ Diberikan dengan hati-hati untuk memperbaiki asidosis.
- Pasang selang NG dan lakukan penghisapan
R/ Mendekompresi lambung dan dapat menghilanggkan muntah.
- Observasi tanda hipoglikemia : penuruann kesasadaran, kulit lembab/dingin, nadi cepat, lapar,
sakit kepala, peka rangsang
R/ Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi (gula darah akan berkurang, dan sementara tetap
diberikan insulin maka hipoglikemia mungkin terjadi tanpa memperhatikan perubahan tingkat kesadaran.
Ini harus ditangani dengan cepat dan ditangani melalui protokol yang direncanakan.
Kolaborasi:
- Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dibandingkan dengan reduksi urine.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin
relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau DM tipe II). Adanya
gangguan dalam regulasi insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat menjadi diabetik ketoasidosis
manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa, ketidakseimbangan jumlah intake makanan
dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang
berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
B. Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh pada kondisi tidak stabil, maka
yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan penggantian cairan dan garam yang hilang,
menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin, mengatasi
stres sebagai pencetus KAD (dalam kasus ini diberikan antibiotik), serta mengembalikan keadaan
fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta penyesuaian pengobatan.Sedangkan untuk
melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan
manajemen nutrisis yang baik serta menetapkan taraf insulin yang benat atau tepat dosi
DAFTAR PUSTAKA
Askep Diabetik Ketoacidosis.www.blogger-blogspot-com (diakses pada tanggal 21Mei 2011 pukul 18.39
WIB).
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.EGC: Jakarta
Doengoes, E. Marilynn.1989. Nursing Care Plans, Second Edition. FA Davis: Philadelphia
Fisher,JN., Shahshahani,MN., Kitabchi,AE., Diabetic ketoacidosis: low-dose insulin therapy by various
routes. www.content.nejm.org (diakses pada tanggal 21 mei 2010 pukul 19.34 WIB).
Hardern,R.D., Quinn,N.D. Emergency management of diabetic ketoacidosis in
adults. www.ncbi.nlm.nih.gov(diakses pada tanggal 22 mei 2011 pukul 18.45).
Hidayat. Ketoasidosis DM.www.hidayat2.wordpress.com (diakses pada tanggal 22 Mei 2011 pukul 19.02
WIB).
HighBeam. Article: The clinical management of diabetic ketoacidosis in
adults.(Clinical).www.highbeam.com (diakses pada tanggal 21 mei 2011 pukul 18.32 WIB).
Journal Watch Specialities. Diabetic Ketoacidosis Protocol Is It Beneficial?.www.emergency-
medicine.jwatch.org (diakses pada tanggal 22 mei 2011 pukul 18.54 WIB).
Jurnal Kedokteran. Ketoasidosis Diabetik Ancam Kehidupan.www.jurnal-
ilmiahkedokteran.blogspot.com(diakses pada tanggal 21 Mei 2011 pukul 19.50 WIB).
Jurnal Kedokteran Media Medika Indonesia FK UNDIP. Patofisiologi Komplikasi Vaskuler Diabetes
Melitus.www.mediamedika.net (diakses pada tanggal 22 Mei 2011 pukul 19.15 WIB).
______. Patologi Ketoasidosis Diabetikum.www.id.shvoong.com (diakses pada tanggal 22 Mei 2011
pukul 20.05 WIB).
Pillai,L., Husainy, S.M.K.,Ramchandani,K. Diabetic ketoacidosis associated with atypical antipsychotic
drug, clozapine treatment: Report of a Case and Review of Literature. www.ijccm.org (diakses pada
tanggal 22 mei 2011 pukul 18.30 WIB)
Transkultural Nursing
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Laporan refleksi Transkultural Nursing 1 ini dengan
lancar. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
mata kulia Transkultural Nursing. Laporan ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang saya
peroleh dari buku panduan, serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan Transkultural
Nursing. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Transkultural Nursing atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan tugas, juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Saya harap makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Denpasar, 9 oktober 2012 Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Transkultural Keperawatan merupakan area / wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sifat didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan
tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya/keutuhan
budaya kepada manusia. (Leininger, 2000) Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of
knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory,
midle range theory dan practice theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam
konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya
cultural shock.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan konsep sehat-sakit?
2. Apakah yang dimaksud dengan dengan pengantar transkultural nursing?
3. Apa pengertian dari stereotypes?
C. Tujuan
1. Mengethui apa itu konsep sehat-sakit
2. Untuk mengetahui apa pengantar transkultural nursing
3. Untuk mengetahui pengertian dari stereotypes
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Sehat-Sakit Ditinju dari Konsep Lintas Budaya
1. Definisi Sehat Menurut WHO : a state of complete physical, mental, and social well-being and not
merely the absence of disease or infirmity Sehat adalah kondisi yang terbebas dari penyakit fisik,
biologis, sosial, budaya dan spiritual. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi.
Merupakan penerimaan cinta terhadap diri sendiri. Merupakan integrasi body, mind and spirit
Penggunaan energi yang efisien Merupakan proses Merupakan way of life Merupakan pilihan
setiap orang 2. Konsep wellness
3. Tahapan Sakit Tahap pengalaman gejala-gejala (keputusan bahwa ada yang tidak beres). Asumsi dari
keadaan peranan sakit (keputusan bahwa seseorang sakit dan membutuhkan perawatan profesional).
Tahap kontak perawatan medis (keputusan untuk mencari perawatan medis profesional). Tahapan peran
ketergantungan pasien (keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter dan menerima serta
mengikuti pengobatan yang diterapkan). Kesembuhan atau keadaan rehabilitasi (keputusan untuk
mengakhiri peranan pasien). Struktur Kultur Model Explanatory (EMs) sehat-sakit. Pribadi sbg individu
atau konstruk budaya sesuai realita mencakup kondisi sehat-sakit. Model ini berbasis dr pengalaman
hidup terhadap sehat-sakit. Pasien mempunyai pengalaman yg didapat dr keyakinan umum thd sehat sakit
dr masyarakat atau perawat.
Tingkat pendidikan yang rendah ----- informasi Isu yang bersifat gaib Klenik dan mistis Gengsi
status dalam masyarakat Kebiasaan yang tidak sehat Ritual yang di paksakan Tabu 4. Pengaruh
Kebudayaan Terhadap Kesehatan :
Melakukan komunikasi dengan komunitas di lingkungannya untuk mengenal budaya setempat dan
menghormatinya Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh
peradaban manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis
tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap
lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal atau
perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu
memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat . Melakukan peran perawat edukator melalui KIE
Menggali dan mengeksplorasi kasanah budaya daerah. 5. Peran Perawat dalam Kebudayaan :
B. Pengantar Transkultural Nursing Merupakan keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan
manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Sesuatu yang kompleks yg mengandung
pengetahuan, keyakinan, seni, moral, hukum, kebiasaan dan kecakapan lain yang merupakan kebiasaan
manusia sbg anggota komunitas setempat (Andrew & Boyle, 1995). Rencana untuk melakukan keg
tertentu (leininger, 1991). Karya manusia menghasilkan tehnologi yang dinamakan juga kebudayaan
jasmaniah yg diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitar. RASA, meliputi jiwa manusia
mewujudkan segala nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah kemasyarakatan dalam arti yang luas
(agama, ideologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur yang merupakan hasil ekspresi jiwa manusia yg
hidup sbg anggota masyarakat). CIPTA, merupakan kemampuan mental dan kemampuan berfikir orang-
orang yang hidup bermasyarakat, yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan. Rasa dan cipta
dinamakan kebudayaan rohaniah. Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak mungkin tidak beururusan
dengan hasil kebudayaan. Setiap hari, orang melihat, mempergunakan dan kadang merusak kebudayaan.
Masyarakat merupakan orang yg hidup bersama yg menghasilkan kebudayaan. Tidak ada masy yg tidak
mempunyai kebudayaan atau tidak ada kebudayaan tanpa masy sbg wadah. Budaya adalah pengalaman
yang bersifat universal shg tidak ada 2 budaya yang sama persis. Budaya bersifat stabil tetapi juga
dinamis karena budaya diturunkan kepada generasi berikut shg mengalami perubahan. Budaya ditentukan
oleh kehidupan manusianya sendiri tanpa disadari. Fungsi kebudayaan bagi manusia :
1. Mengatur hubungan antar manusia
2. Melindungi diri terhadap alam
Bahasa Budaya dan makanan Budaya dan makanan memiliki hubungan yang erat. Pemilihan,
pengolahan, penyajian dan mengkonsumsinya berkaitan dengan budaya klien. Contoh: Daun kelor muda
di Jakarta umumnya untuk memandikan mayat, tetapi di tempat lain disayur. Budaya makan suku Padang
yang banyak mengkonsumsi lemak akan berisiko penyakit pembuluh darah dan saluran pencernakan.
Sedangkan suku Sunda yang sedikit konsumsi lemak dan banyak sayuran, berisiko defisiensi vitamin A
Budaya mempengaruhi klien dalam menentukan makanan yang dikonsumsi dan kesehatan Kebudayaan
mempengaruhi kepribadian dan perilaku manusia Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan (adat
istiadat melamar, cara berdagang). Cara hidup di kota dan desa yg berbeda (perbedaan gotong royong/
sosialisasi) Kebudayaan khusus kelas sosial (cara berpakaian, cara mengisi waktu senggang, etiket,
bahasa). Kebudayaan khusus atas dasar agama. Kebudayaan berdasar profesi (perawat,militer,
pengacara). Value Kepercayaan Perilaku kesehatan Agama Makanan Simbol simbol
Kematian Kelahiran Kehamilan Upacara perkawinan 3. Wadah segenap perasaan manusia.
Pentingnya budaya dalam keperawatan Untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yg humanis
shg tercipta praktik keperawatan pada kultur yg spesifik dan universal. Kultur yg spesifik adalah kultur dg
nilai-nilai dan norma spesifik yg tdk dimiliki oleh klp lain (Ex: bahasa suku dayak di kalimantan, bahasa
suku asmat di Irian dsb). Kultur yg universal adalah nilai atau norma yg diyakini dan dilakukan hampir
semua kultur (Ex: budaya minum teh untuk membuat tubuh segar, budaya berolahraga agar dapat sehat
dan cantik) . Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis
dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leininger, 1978). Keperawatan transkultural adalah
ilmu dan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok. Proses untuk
mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat dan sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar
belakang budaya. Perbedaan budaya di Indonesia
C. Pengertian Stereotypes Stereotipe lippmann (dalam warnaen 2002) gambaran yang merupakan
rekonstruksi dari keadaan lingkungan yang sebenarnya, sebagai salah satu mekanisme penyederhanaan
untuk mengendalikan lingkungan yang terlalu luas.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan keperawatan yangh fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, keoercayaan dan tindakan, dan
ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khussnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002). Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam
menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(sunrise model) seperti yang terdapat pada gambar
1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew & Boyle, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiadi, Solihin. ( 2000 ). Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru Jakarta. Andrew . M &
Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia, JB Lippincot Company
Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing
Makalah Transkultural Nursing
BAB I
PENDAHULUAN
Kozier Barabara ( 1983) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals of Nursing Concepts and
Procedures mengatakan bahwa kosep keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan
konfiguasi dari ilmu kesehatan dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistik, philosopi
perawatan, paktik klinis keperawatan, komunikasi dan ilmu sosial. Konsep ini ingin memberikan
penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan adalah
bersifat bio-psycho-sosi al-spiritual. Oleh karenanya tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan
yang komprehensif sekaligus holistik.
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang
bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam
kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu
diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus menerus dan
lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai, yang mempengaruhi pembentukan karakter,
pola pikir, pola perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan ( cultural nursing approach ).
Seorang perawat kesehatan adalah petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam
membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Seorang perawat sebagai ujung tombak
pelayanan di rumah sakit, sebagai aktor yang langsung berhadapan dengan pasien dalam waktu yang
lama. Kondisi yang seperti itu menuntut totalitas seorang perawat dalam menjalankan fungsinya.
Profesionalitas menjadi tuntutan yang harus selalu ditingkatkan. Profesionalitas akan terus tumbuh dan
berkembang bila seorang perawat mempunyai kemauan untuk mengembangkan berbagai pengetahuan
yang berhubungan dengan profesi keperawatan. Profesi keperawatan bersifat multikausal dan
multidisiplin. Seorang perawat kesehatan harus mampu membuat konfigurasi berbagai disiplin ilmu
yang dibutuhkan dengan fakta real yang pada setiap pasien yang mempunya kasus, latar belakang
berbeda-beda ( multikausal ).
Model pendekatan yang harus selalu diingat oleh seorang perawat kesehatan pada saat
melalukan intervensi adalah model pemenuhan harapan pasien. Pemenuhan harapan pasien akan
dapat dipenuhi bila seorang selalu mengacu pada kebutuhan yang tehirarkisnya telah dibuat oleh
Maslow. Pendekatan untuk memenuhi kebutuhan pasien tidak dapat dilepaskan dengan field of
experience ( pengalaman masa lampau hidupnya ) yang sangat dipengaruhi oleh internalisasi nilai-nilai
budaya yang sudah menyatu dalam diri pasien.
Nilai-nilai budaya berifat kompleks, karena setiap manusia yang menjadi pasien mempunyai latar
belakang, lingkungan hidup, pengalaman hidup, tidak sama. Perkembangan IPTEK mempunyai dampak
dalam dinamika nilai-nilai budaya, yang mempenga ruhi paradigma seseorang terhadap persepsi
sesuatu yang dihadapinya. Realitas yang seperti itu menuntut seorang perawat yang selalu berhadapan
dengan pasien harus banyak memahami model pemenuhan harapan pasien bukan hanya dari sisi
metode pelayanan klinis teknis keperawatan namun pendekatan nilai-nilai budaya yang beraneka ragam
yang men jadi milik pasien harus dimengerti dan difahami , agar harapan pasien sebagai manusia dapat
dipenuhi secara komprehensif dan holistik.
Pelayanan perawatan akan masuk dalam katagori berkwalitas bila tindakan layanan yang
dilakukan oleh seorang tanaga perawatan dilandasi pada standard keperawatan yang mampu
memenuhi harapan pasien
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Transkultural
Bila kita tinjau dari makna kata, transkultural berasal dari katatrans dan culture.
trans berarti alur perpindahan, jalan lintas, atau pengubung sedangkancultural berarti budaya,
transcultural dapat diartikan lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu
mempengaruhi budaya yang lain.
Leininger ( 1991 ) , mengatakan bahwa transcultural nursingmerupakan suatu area kajian ilmiah
yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras,
yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien /
klien).
Croos, T., Bazron, B., Dennis, K., and Isaacs, M ( 1989 ) memberikan acuan li-ma (5) element
budaya yang perlu diketahui dan mampu diimplemetasikan oleh seorang perawat dalam intervensi
keperawatan yakni :
3. menjadari bahwa budaya bersifat dinamis dan inherent dalam ketika terjadi interaksi budaya
5. mempunyai adaptasi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksikan dan
memamahami keanekaragaman budaya.
Kelima element di atas hendaknya akan selalu diwujudkan pada setiap langkah, Perilaku layanan
kepada pasien / klien baik di rumah sakit maupun di masyarakat. Dengan kata lain seorang perawat
kesehatan harus mampu mewujudkan peran / fungsi seorang perawat mulai dari tingkat pelaksana,
pengelola, pendidik sampai pada peneliti. Karena seti ap perwujudan peran seorang perawat akan selalu
berinteraksi dengan manusia / klien.
Meyer CR, ( 1996 ) bahkan memberikan tuntutan empat hal yang harus di punyai seorang
perawat sebagai provider dalam mengimplementasikan kompetensi asuhan keperawatan yakni,
1). mempunyai kapabelitas menghadapi tantangan langsung perbedaan klinis dari klien yang berbeda
suku dan ras,
2). mempunyai kemampuan komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam latar belakang,
Belajar terus menerus merupakan salam satu hal yang harus menjadi milik seorang per-wat kesehatan.
Transcultural Nursing Knowledge akan menjadi milik seorang perawat dalam meningkatkan mutu
pelayanan bila dirinya terus dikembangkan dan mempunyai motivasi tinggi untuk terus melakukan
evaluasi pada setiap intervensi pada klien / pasien. Hal yang harus diingat bahwa trasncultural akan
selalu terjadi pada setiapintervention nursing dan sifatnya dinamis.
melakukan tindakan / intervensi. Langkah awal yang harus dilakukan seorang perawat dalam pengkajian
adalah anamnese, teknik pelaksanaannya dengan interview, observasi, studi dokument, dan
pemeriksaan fisik. Analisa data adalah langkah selanjutnya setelah anamnese dilakukan . Langkah ini
penting karena dengan analisa seorang perawat mengklasifikasikan data-data sesuai dengan karakter
dan relevansinya, sehingga pada saat melakukan diagnosa menghasilkan diagnosa keperawatan yang
akurat. Akuratsi diag nosa akan sangat mempengaruhi seorang perawat membuat asuhan keperawatan
sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang diharapkan pasien.
Pada saat seorang perawat melakukan anemnese terjadi interaksi antara perawat dengan pasien
/ klien saat itu terjadi transcutural nursing process.Proses adaptasi live value yang dimiliki oleh seorang
perawat dengan pasien / klien terjadi. Nilai-nilai kehi-dupan antara mereka bisa berbeda, mungkin juga
tidak jauh berbeda, walaupun demikian perbedaan tetap ada, karena frame of reference dan field of
experience setiap individu akan berbeda.
Pertemuan nilai-nilai budaya yang berbeda yang menjadi landasan prinsip dan nilai kehidupan
seseorang akan bisa terjadi titik temu. Pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang ber beda melalui proses
yang disebut dengan transculural. Dalam pengkajian terjadi bentuk interaksi yang
sifatnya cooperative. Seorang perawat untuk melakukan anamnese harus mampu menciptakan
kenyamanan, kepercayaan. Kenyamanan, kepercayaan merupakan point penting dalam menyamakan
suatu persepsi terhadap sesuatu yang dilakukan oleh seorang perawat terhadap pasien / kliennya.
Kesamaan persepsi diperlukan karena pada setiap interview, pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
seorang perawat terhadap pasien / klien diperlukan kolaborasi. Kolaborasi akan berjalan lancar bila
perjalanan , lintas nilai-nilai budaya pasien dan perawat terjadi proses asimilasi, yang akan
membuahkan nilai-nilai baru yang menjadi milik pasien / klien dan perawat. Pasien / klien akan bersedia
berkolaborasi bila setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat dimengerti, difahami berdasarkan pada
tolok ukur nilai-nilai pasien/ klien yang mendasari persepsi setiap tindakan pada dirinya.Adekuat
perspepsi antara perawat dan pasien / klien dalam setiap tindakan dalam proses perawatan
merupakan salah satu pendorong terjadinya percepatan therapy
Seorang perawat kesehatan seyogyanya mempunyai kemampuan untuk mengerti dan memahami
bahwa setiap tindakan pelayanan perawatan kepada pasien ada proses lin tas budaya yang
mempengaruhi. Pelayanan perawatan seorang perawat dilakukan terhadap pasien / klien yang tidak
membedakan ras, agama, pendidikan, bangsa, jenis kelamin, golonga, suku. Pelayanan perawatan
kesehatan adalah publik, siapapun yang membutuhkan mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan
/ tindakan keperawatan. Seorang yang sudah menentukan pilihan profesinya sebagai seorang perawat
kesehatan / paramedis, dalam sumpah profesi seorang perawat / paramedis sudah mengucapkan
sumpah / janji bahwa dalam melakukan pelayanan tidak akan diskriminatif
Era global tidak pernah akan dapat dihindari oleh siapapun termasuk profesi kepe rawatan.
Pertukaran informasi begitu cepat, sarana transportasi, kemajuan iptek terus melaju, ini semua akan
sangat mempercepat transcultural process dalam setiap profesi, termasuk profesi perawat.
Pendidikan tenaga perawatan mau tidak mau, senang maupun tidak senang harus membekali
peserta didiknya tentang asuhan keperawatan yang adekuat dengan nilai-nilai kultur yang menjadi milik
klien / pasien, selain management keperawatan yang harus men jadi acuan dalam setiap intervensi.
Pada dewasa ini ( era global ), nilai-nilai kultural menjadi suatu yang urgent.dalam setiap tindakan
perawatan.
Tantangan yang signifikan bagi profesi keperawatan pada abad duapuluh satu, berdasarkan hasil
riset yang dilakukan oleh Ryan dan kawan-kawan di Amerika Serikat tentang transcultural
nursingmenghasilkan rekomendasi :
1. Tenaga perawatan harus mengerti, memahami transcultural nursing
2. Transcultural nursing sebagai kesatuan integral dalam setiap intervensi, setiap tenaga paramedis
diharapkan mempunyai kompetensi.
3. Setiap lembaga pendidikan tenaga paramedis hendaknya memberikan kompe tensi transcultural
nursing kepada mahasiswa/i,
4. Pengetahuan dan Penelitian tentang transcultural nursing terus menerus dilakukan dalam praktik /
pelayanan.
5. Di lahan praktik / pelayanan perlu adanya pendamping yang mengerti dan mengerti transcultural
nursing
Leininger dan McFarland, mengatakan bahwa pada tahun 2015, semua tenaga parmedis (
perawat ) sudah siap secara adekuat pada setiap tindakan keperawatan antara pengetahuan / konsep
keperawatan dengan nilai-nilai lintas budaya pada setiap pasien / klien yang dilayaninya, karena
tantangan lintas nilai-nilai budaya pada milenium ketiga akan sangat berpengaruhi terhadap
keberhasilan, kwalitas pelayanan / intervensi kepada pasien / klien.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Transcultural nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai-nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang
perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien / klien lintas
(budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain)
Referensi :
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1463039
http://www.culturediversity.org/about.htm