Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran perawat adalah memenuhi
kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual klien. Namun peran spiritual ini sering kali
diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal
yang didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977) orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang sakaratul
maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga
pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari keluarga, seakan proses
penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan. Sebenarnya, perawatan menjelang
kematian bukanlah asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Isi perawatan tersebut hanyalah
motivasi dan hal-hal lain yang bersifat mempersiapkan kematian klien. Dengan itu, banyak sekali
tugas perawat dalam memberi intervensi terhadap lansia, menjelang kematian, dan saat kematian.
Agama dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu spiritual nourishment (gizi ruhani). Seseorang
yang dikatakan sehat secara paripurna tidak hanya cukup gizi makanan tetapi juga gizi rohaninya
harus terpenuhi. Menurut hasil RisetPsycho Spiritual For AIDS Patient, Cancepatients, and for
Terminal Illness Patient, menyatakan bahwa orang yang mengalami penyakit terminal dan menjelang
sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual, dan krisis kerohanian
sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu mendapat perhatian khusus (Hawari,
1977)
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat memahami tentang perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan
dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi
pasien menjelang dan saat kematian.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan berkenaan
dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan
b. Mahasiswa mampu memaparkan segala bentuk asuhan keperawatan transkultural
c. Mahasiswa mampu memaparkan asuhan keperawatan bagi pasien menjelang dan saat
kematian
d. Mahasiswa mampu memaparkan penyelesaian kasus mengenai peran perawat bila
dihadapkan pada situasi tersebut dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk
membantupasien
e. Mahasiswa mampu Mengetahui konsep bimbingan klien sakaratul maut sesuai dengan
standart keperawatan
C. Rumusan masalah
Dilihat dari latar belakang diatas didapatkan rumusan masalahnya yaitu:
Bagaimana peran perawat bila dihadapkan pada situasi pasien menjelang dan saat
kematian dan hal yang sebaiknya dilakukan perawat untuk membantu pasien tersebut
dilihat dari proses transkultural dalam keperawatan berkenaan dengan globalisasi dan
pelayanan kesehatan.
D. Metode penulisan
Metode penulisan dalam makalah ini adalah:
BAB 1 Pendahuluan didalamnya mengenai latar belakang, tujuan, rumusan masalah, dan
metode penulisan makalah
BAB 2 Landasan Teori didalamnya mengenai teori tentang Perspektif Transkultural
dalam Keperawatan, Asuhan keperawatan klien terminal (sakaratul maut)
BAB 3 Pembahasan Kasus didalamnya mengenai kasus yang dibahas serta jawaban kasus.
BAB 4 Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan dan saran mengenai masalah
gangguan pada systemendokrin.
Dan juga terdapat daftar pustaka yang isinya adalah refensi yang diambil dari buku buku
dan dari teknologi komputer seperti internet membantu untuk melengkapi isi makalah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perspektif Transkultural dalam Keperawatan
manusia
yang
diperoleh
dengan
masyarakat. (koentjoroningrat, 1986)
cara
belajar
dalam
rangka
kehidupan
2.
3.
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang dapat dikembangkan
dan diaplikasikan dalam praktek keperawatan.
Teori transkultural dari keperawatan berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan
dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konteks atau konsep keperawatan yang
didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilai cultural yang melekat dalam
masyarakat.
Menurut Leinenger, sangat penting memperhatikan keragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan
mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu
kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya.
Keperawatan transkultural adalah ilmu dengan kiat yang humanis yang difokuskan pada perilaku
individu/kelompok serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau
sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya. Sedangkan menurut Leinenger
(1978), keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada
analisa dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya.
Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi, menguji, mengerti dan
menggunakan norma pemahaman keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan
spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan teori caring, caring adalah
esensi dari, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku
caring diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia. Human caring merupakan
fenomena universal dimana,ekspresi, struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat
dengan tempat lainnya.
2. Konsep dan Prinsip dalam Asuhan Keperawatan Transkultural
Konsep dalam transcultural nursing adalah :
a. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dibagi serta memberi
petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau suatu tindakan yang dipertahankan
pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan
c.
Etnis
Berkaitan dengan manusia ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut cirriciri dan kebiasaan yang lazim
f. Ras
Perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia. Jenis
ras umum dikenal kaukasoid, negroid,mongoloid.
g. Etnografi: Ilmu budaya
Pendekatan metodologi padapenelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada pemberdayaan budaya setiap individu.
h. Care
Fenomena yang berhubungan dengan bimbingan bantuan, dukungan perilaku pada individu,
keluarga dan kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhikebutuhan baik actual maupun
potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia
i. Caring
Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu,
keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan
kondisi kehidupan manusia
j. Culture care
Kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi digunakan
untuk membimbing, mendukung atau member kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat dan berkembang bertahan hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai
k. Cultural imposition
Kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktek dan nilai karena
percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi dari kelompok lain.
Paradigma transcultural nursing (Leininger 1985) , adalah cara pandang, keyakinan, nilainilai, konsep-konsep dalam asuhan keperawatan yang sesuai latar belakang budaya, terhadap 4
konsep sentral keperawatan yaitu :
Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser
(1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan
asuhan
keperawatan
dilaksanakan
dari
mulai
tahap
pengkajian,diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada padaSunrise Model yaitu:
1. Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran
menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat
sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran
diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh
perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab
penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan
tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga
dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di
anggap baik atau buruk. Norma norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi
dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas seharihari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang
dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri
tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
f.
Persepsi sehat-sakit
Status pernikahan
Persepsi sakit dan kaitannya dengan aktifitas kebersihan diri dan aktifitas sehari-hari
5) Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (Political & legal Factors)
Kebijakan dan peraturan Rumah Sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi
kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya,meliputi:
- Peraturan dan kebijakan jam berkunjung
-
Cara pembayaran
Pekerjaan
Jenis pendidikan
Komunikasi (Communication)
Tingkat rasa nyaman,hubungan kedekatan dengan orang lain,persepsi tentang ruang gerak dan
pergerakan tubuh.
3)
Waktu (time)
Penggunaan waktu,definisi dan pengukuran waktu,waktu untuk bekerja dan menjalin hubungan
social,orientasi waktu saat ini,masa lalu dan yang akan datang.
5) Kontrol lingkungan (environmental control)
Nilai-nilai budaya,definisi tentang sehat-sakit,budaya yang berkaitan dengan sehat-sakit.
6) Variasi biologis (Biological variation)
Struktur tubuh,warna kulit & rambut, dimensi fisik lainnya seperti; eksistensi enzim dan
genetic,penyakit yang spesifik pada populasi terntentu,kerentanan terhadap penyakit
tertentu,kecenderungan pola makan dan karakteristikpsikologis,koping dan dukungan social.
c. Keperawatan transkultural model Andrew & Boyle
Komponen-komponenya meliputi:
1)
Identitas budaya
2)
Ethnohistory
3)
Nilai-nilai budaya
4)
Hubungan kekeluargaan
5)
6)
7)
Pendidikan
8)
Politik
9)
Tenaga kesehatan dan keluarga harus dapat membantu klien mengurangi rasa
ketakutan terhadap gejala yang ditimbulkan seperti nyeri umum yang selalu datang setiap
saat yang dapat membuat sagala aktifitas terganggu.
c. Pemberian terapi dan pengendalian gejala penyakit.
Pemberian terapi merupakan bagian yang dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti
rasa nyeri dapat teratasi setelah pemberian terapi,pemberian chemotherapi,dan radiasi
dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit.
d. Higiene personal
Pemenuhan kebersihan diri merupakan salah satu yang harus dipenuhi agar klien
merasa segar dan nyaman.
2. Pemeliharaan Kemandirian
Adalah pilihan yang diberikan kepada klien menjelang ajal untuk memilih tempat perawatan
dan memberikan kebebasan sesuai kemampuan klien,karena sebagian besar klien
menjelang ajal menginginkan sebanyak mungkin mapan diri.
Dalam pemeliharaan kemandirian dapat dilakukan bisa perawatan akut dirumah sakit,ada
juga perawatan dirumah atau perawatan hospice.
1. pemeliharaan kemandirian di rumah sakit
Klien yang memilih tempat perawatan menjelang ajal dirumah sakit diberikan
kebebasan
sesuai kemampuan.
Sikap perawat dalam pemeliharaan kemandirian di rumah sakit :
Perawat harus mengimformasikan klien tentang pilihan
dalam
untuk (1) menghilangkan atau megurangi rasa kesendirian, takut, dan depresi, (2)
mempertahankan rasa aman, harkat, dan rasa berguna, dan (3) membantu kenyamanan
fisik klien. Pada saat kondisi terminal, perawat dan keluarga sangat berperan penting dalam
proses kegiatan ini. Klien dalam kondisi terminal membutuhkan dukungan dari utama dari
keluarga, seakan proses penyembuhan bukan lagi merupakan hal yang penting dilakukan.
2.3.1 Tahapan Respon Klien terhadap Proses Kematian
Menurut KublerRoss (1969) dalam buku On Death and Dying tahapan respon klien
terhadap proses kematian adalah:
a. Penolakan (denial)
Respon dimana klien tidak percaya atau menolak terhadap apa yang dihadapi atau sedang
terjadi. Penolakan ini berfungsi sebagai pelindung setelah mendengar sesuatu yang tidak
diharapkan.
b. Marah (anger)
Fase marah terjadi pada saat fase penolakan tidak lagi bisa dipertahankan. Rasa marah ini
terkadang sulit dipahami oleh pihak keluarga karena dapat dipicu oleh hal-hal yang secara
normal tidak menimbulkan kemarahan, sering terjadi karena merasa tidak berdaya.
c. Tawar Menawar (bargaining)
Secara psikologis, tawar-menawar dilakukan untuk memperbaiki kesalahan atau dosa
masa lalu. Klien mencoba untuk melakukan tawar-menawar dengan tuhan dengan cara
diam atau dinyatakan secara terbuka.
d. Kesedihan Mendalam (depression)
Ekspresi kesedihan ini merupakan persiapan terhadap kehilangan atau perpisahan abadi
dengan siapapun dan apapun.
e. Menerima (acceptable)
Pada tahap ini, klien memahami dan menerima keadaannya klien mulai menemukan
kedamaian dalam kondisinya, beristirahat untuk menyiapkan dan memulai perjalanan
panjang.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario kasus IV
Tn. A usia 45 tahun dirawat di RSUD kota Jakarta sejak seminggu yang lalu. Tn. A sudan
menderita penyakit DM sejak 6 tahun yang lalu, menurut istrinya suaminya ini sering terlihat
cepat lelah merasa sangat haus dan sering ke kamar mandi untuk buang air kecil, perutnya tidak
enak serasa mual , terkadang muntah dan nyeri. Menurut istrnya juga dari pemeriksaan alat gula
darah kepunyaan tetangganya, hasilnya sring diatas 200mg/dl. Pasien mengatakan badan terasa
lemas disertai mual dan kadang-kadang muntah. Ketika diperiksa torgor kulitnya lebih dari 3
detik,mukosa bibir kering,terdapat penurunan berat badan dari sebelum sakit, Berdasarkan
daripemeriksaan fisik,tanda-tanda vital TD:120/80 mmHg,N :60X/menit, S :
36,50 C,RR:24X/menit, dari mulut pasien tecium bau buah yang menyengat pasien sering
mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi,kesadaran somnolen GCS 12. Terpasang
oksigen binasal 2 lpm,pasien saat ini dberikan terapi infuse Nacl 0,9 % dengan menggunakan
infuse pump, dan pemberian insulin 20 U. Hasil pemeiksaan dengan glukometer tak terbaca
sehingga di lakukan pemeriksaan dilabolatorium keton serum positif,analisa gas darah Ph 7,10.
Pasien mendapatkan terapi obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg. Istri paien mengatakan
selama ini dia tidak segera membawa suaminya ke rumas sakit karena tidak mempunyai KTP
dan KK tempat tinggal saat ini,karena pasien berasal dai luar kota Jakarta. Sehingga tidak bias
menggunakan program GAKIN,sedangkan istri pasien mengeluh tentang biaya perawatan.
Pertanyaan Kasus
1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba
diskusikan system organ apa yang terkait masalah di atas ? Jelaskan dengan menggunakan peta
konsep struktur anatomi organ yang terkait serta mekanisme fisiologis system organ itu bekerja !
2. Coba identifikasi diagnose keperawatan utama pada klien dalam kasus tersebut !
3. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus diatas !
4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya dilakukan seorang
perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pada klien dan keluarganya!
B. Jawaban kasus
1. System organ yang terkait dengan masalah diatas adalah system endokrin dan organ yang
terganggunya adalah organ kelenjar pancreas.
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal 12,5 cm dan tebal
2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari perut dan biasanya
dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari) organ ini dapat diklasifikasikan ke
dalam dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin.
a. Struktur Pankreas
Pankreas terdiri dari :
Kepala pancreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan di dalam
lakukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
Badan pancreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambuing dan di depan
vertebra lumbalis pertama.
Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limfa.
b. Saluran Pankreas
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum
:
Ductus wirsung, yang bersatu dengan ductus chole dukus, kemudian masuk ke dalam
duodenum melalui sphincter oddi
Ductus sartorini, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di sebelah atas
sphincter oddi.
c. Jaringan pankreas
Ada 2 jaringan utama yang menyusun pankreas :
Asini berfungsi untuk mensekresi getah pencernaan dalam duodenum
Pulau langerhans
d. Pulau-pulau langerhans
Hormon-hormon yang dihasilkan
Insulin
Adalah suatu poliptida mengandung dua rantai asam amino yang dihubungkan oleh gambaran
disulfide.
Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu enzim dimembran sel yang
mengalami internalisasi bersama insulin
Efek faali insulin yang bersifat luas dan kompleks
Pengaturan hormonal
Fungsi endokrin pankreas
Tersebar diantara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok sel epithelium yang jelas,
terpisah dan nyata.
Kelompok ini adalah pulau-pulau kecil / kepulauan langerhans yang bersama-sama membentuk
organ endokrin.
2. Diagnose keperawatan utama pada kasus di atas adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolic ditandai
dengan:
DS: DO :
RR:24X/menit
sering mendengkur dan bibir terlihat mencibir ketika ekspirasi
Terpasang oksigen binasal 2 lpm
b. Kekurangan volume cairan dan elektolit b.d diuresis osmotic ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh sering haus dan sering buang air kencinng
DO :
torgor kulitnya lebih dari 3 detik
mukosa bibir kering
terapi infuse Nacl 0,9 % dengan menggunakan infuse pump
c. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.dpeningkatan asam lemak ditandai dengan:
DS : pasien mengeluh mual dan disertai muntah
DO :
penurunan berat badan dari sebelum sakit
mendapatkan terapi obat ranitidine 30mg dan ondansentron 4mg
4. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan perawat untuk mengatasi masalah keperawatan
utama adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik
Tujuan : Pola nafas teratur, normopnea.
Intervensi :
Kaji pola nafas tiap hari
R/ Pola dan kecepatan pernafasan dipengaruhi oleh status asam basa, status hidrasi, status
cardiopulmonal dan sistem persyarafan. Keseluruhan faktor harus dapat diidentifikasi untuk
menentukan faktor mana yang berpengaruh/paling berpengaruh.
Kaji kemungkinan adanya secret yang mungkin timbul
R/ Penurunan kesadaran mampu merangsang pengeluaran sputum berlebih akibat kerja reflek
parasimpatik dan atau penurunan kemampuan menelan.
Kaji pernafasan kusmaul atau pernafasan keton
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajad kekurangan cairan dan respon pasien
individual.
Berikan Plasma, albumin
R/ Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika kekuranggan tersebut mengancam kehidupan atau
tekanan darah sudah tidak dapat kembali normal dengan usaha rehidrasi yang telah dilakukan.
Pantau pemeriksaan laboraorium : Ht, BUN/Creatinin, Na, K
R/ Na menurun mencerminkan perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik). Na tinggi
mencerminkan dehidrasiberat atau reabsorbsi Na akibat sekresi aldosteron.
Hiperkalemia sebagai repon asidosis dan selanjutnya kalium hilang melalui urine. Kadar Kalium
absolut tubuh kuran
Berikan Kalium atau elektrolit IV/Oral
R/ Kalium untuk mencegah hipokalemia harus ditambahkan IV. Kalium fosfat dapat diberikan
untuk menngurangi beban Cl berlebih dari cairan lain.
Berikan Bikarbonat
R/ Diberikan dengan hati-hati untuk memperbaiki asidosis.
Pasang selang NG dan lakukan penghisapan
R/ Mendekompresi lambung dan dapat menghilanggkan muntah.
c. Nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : Berat badan stabil dan tingkat kekuatan energi tetap
Intervensi:
Timbang BB tiap hari
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat termasuk absorbsi dan utilisasinya.
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien
R/ Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan teraupetik.
Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai indikasi
R/ Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat menurunkan
motilitas/fungsi lambung (distensi dan ileus paralitik) yang akan mempengaruhi pilihan
intervensi.
Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah dapat mentoleransi melalui oral
R/ Pemberian makanan peroral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki
R/ Jika makanan yang disuai dapat dimasukkan dalam perencanaan makan .
Libatkan keluarga/pasien dalam perencanaan makanan
tingkat kesadaran. Ini harus ditangani dengan cepat dan ditangani melalui protokol yang
direncanakan.
Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan gula darah denggan menggunakan finger stick
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat dibandingkan dengan reduksi urine.
Pantau pemeriksaan laboratorium seperti glikosa darah, aseton, pH dan HCO3
R/ Gula darah akan menurun perlahan dengan pengantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
Dengan pemberian insulin optimal, glukosa akan masuk dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori. Jika hal ini terjadi kadar aseton akan menurun dan asidosis dapat dikoreksi.
Berikan pengobatan insulin secara teratur dengan IV intermiten/ kontinyu (5 10 IU/jam)
sampai glukosa darah 250 mg/dl
R/ Insulin reguler memiliki awitan cepat karenanya dnegan cepat pula membantu memindahkann
glukosa dalam sel. Pemberian melalui IV merupakan rute pilihan utama karena absorbsi jaringan
subkutan tidak menentu/lambat.
Lakukan konsultasi dengan ahli diet
R/ Bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien, menjawab pertanyaan dan dapat pula membantu pasien atau orang terdekat untuk
mengembangkan rencana makanan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh
defisiensi insulin relatif atau absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM (atau
DM tipe II). Adanya gangguan dalam regulasi insulin, khususnya pada IDDM dapat cepat
menjadi diabetik ketoasidosis manakala terjadi diabetik tipe I yang tidak terdiagnosa,
ketidakseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas
yang tidak terkontrol pada diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau
tekanan emosional.
B. Saran
Untuk menghindari kondisi pasien dengan ketoasidosis diabetikum jatuh pada kondisi tidak
stabil, maka yang perlu dilakukan adalah sesegera mungkin melakukan penggantian cairan dan
garam yang hilang, menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin, mengatasi stres sebagai pencetus KAD (dalam kasus ini diberikan antibiotik),
serta mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta
penyesuaian pengobatan.Sedangkan untuk melakukan tindakan pencegahan agar tidak jatuh pada
kondisi ketoasidosis yaitu dengan melakukan manajemen nutrisis yang baik serta menetapkan
taraf insulin yang benat atau tepat dosi
DAFTAR PUSTAKA
Askep Diabetik Ketoacidosis.www.blogger-blogspot-com (diakses pada tanggal 21Mei 2011
pukul 18.39 WIB).
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.EGC: Jakarta
Doengoes, E. Marilynn.1989. Nursing Care Plans, Second Edition. FA Davis: Philadelphia
Fisher,JN., Shahshahani,MN., Kitabchi,AE., Diabetic ketoacidosis: low-dose insulin
therapy by various routes. www.content.nejm.org (diakses pada tanggal 21 mei
2010 pukul 19.34 WIB).
Hardern,R.D., Quinn,N.D. Emergency management
of diabetic ketoacidosis
in
adults. www.ncbi.nlm.nih.gov(diakses pada tanggal 22 mei 2011 pukul 18.45).
Hidayat. Ketoasidosis DM.www.hidayat2.wordpress.com (diakses pada tanggal 22 Mei 2011
pukul 19.02 WIB).
HighBeam. Article: The clinical management of diabetic ketoacidosis in adults.
(Clinical).www.highbeam.com (diakses pada tanggal 21 mei 2011 pukul 18.32
WIB).
Journal
Watch
Specialities. Diabetic
Ketoacidosis
Protocol
Is
It
Beneficial?.www.emergency-medicine.jwatch.org (diakses pada tanggal 22 mei
2011 pukul 18.54 WIB).
Jurnal
Kedokteran. Ketoasidosis
Diabetik
Ancam
Kehidupan.www.jurnalilmiahkedokteran.blogspot.com(diakses pada tanggal 21 Mei 2011 pukul 19.50 WIB).
Jurnal Kedokteran Media Medika Indonesia FK UNDIP. Patofisiologi Komplikasi
Vaskuler Diabetes Melitus.www.mediamedika.net (diakses pada tanggal 22 Mei
2011 pukul 19.15 WIB).
______. Patologi Ketoasidosis Diabetikum.www.id.shvoong.com (diakses pada tanggal 22 Mei 2011
pukul 20.05 WIB).
Pillai,L., Husainy, S.M.K.,Ramchandani,K. Diabetic ketoacidosis associated with atypical
antipsychotic drug, clozapine treatment: Report of a Case and Review of
Literature. www.ijccm.org (diakses pada tanggal 22 mei 2011 pukul 18.30 WIB)