Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEBUTUHAN OKSIGENASI
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing :
Hj. Mayasyanti Dewi Amir.,S.Kp.,M.kes

Di Susun Oleh :
Kelompok 2

- Adisty Widhi Mulya U (32722001d20002)


- Cindy Salwa Juliana (32722001D20016)
- Ela Handayani (32722001D20026)
- Muhamad Wildan (32722001D20056)
- M Hizqil Ardiansyah (32722001D20046)

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusun telah dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah yang berjudul “SOP Oksigenasi”.
Dalam menyusun Makalah ini penyusun berusaha dengan segala kemampuan dan
kesungguhan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun demikin penyusun
juga menyadari bahwa penyusunan Makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dan bermanfaat
bagi penyempurnaan Makalah ini sangat diharapkan oleh penyusun.
Penyusun menyadari bahwa didalam Makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan yang dikarenakan oleh keterbatasan waktu, pengetahuan dan pengalaman
menulis, oleh karena itu penyusun mengharapkan arahan, bimbingan, kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari pembaca, guna menyempurnakan Makalah ini.
Akhirnya, penyusun berharap agar Makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat
bagi penyusun khususnya, dan umumnya bagi siapapun yang sempat membaca Makalah
ini.

Sukabumi, 16 Maret 2021


Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1

1. Latar Belakang.........................................................................................................1

2. Rumusan Masalah....................................................................................................2

3. Tujuan Masalah....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi............................................................3

B. Prinsi Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi...............................................................6

C. Teknik Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi.............................................................12

BAB III PENUTUP...........................................................................................................15

Kesimpulan .........................................................................................................................15

Saran....................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Menurut teori Maslow kebutuhan fisiologis manusia yang harus dipenuhi
Meliputi oksigen, air, makanan, eliminasi, istirahat dan tidur, penanganan nyeri,
pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain-lain (Goble, 2002). Salah satu Kebutuhan
fisiologis yang sangat mendasar ialah kebutuhan oksigenasi, dimana kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari
4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Oksigen memegang peranan
penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan
menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat
menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak
terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional (Kusnanto, 2016).
Menurut data WHO, lebih dari 3 juta jiwa per tahunnya, orang-orang di dunia
mengalami penyakit paru dan diperkirakan 6% dari semua kematian di seluruh dunia
disebabkan karena mengalami penyakit pernapasan (WHO, 2019). Bentuk gangguan
yang dapat terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
seperti TBC, asma, pneumonia, edema paru, PPOK, ISPA, bronchitis, influenza, dan
kanker paru-paru (Adrian, 2018). Untuk mengatasi gangguan tersebut, salah satunya
dengan pemberian terapi oksigen. Pemberian oksigen untuk mengurangi atau mengatasi
masalah gangguan
Pernapasan misalnya melalui nasal kanul, simple mask, rebreathing mask dan non
rebreathing mask, pemberian inhalasi, pemberian terapi komplementer, dan masih banyak
lagi. Salah satu tindakan untuk mengatasi kebutuhan oksigenasi adalah dengan pemberian
nasal kanul, yaitu pemberian O2 dengan sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien
yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal,

1
dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung hanya
berkisar 0,6–1,3 cm dan mengaitkannya di belakang telinga (Kusnanto,2016).

1
Hal ini juga didukung hasil penelitian oleh Takatelide, Kumaat, dan malara tahun
2017 mengungapkan bahwa Setelah pemberian oksigenasi nasal kanul selama 30 menit
berada dalam kondisi normal dengan saturasi oksigen 95% - 100%. Semakin lama
pemberian oksigenasi nasal kanul semakin meningkatkan saturasi oksigen. Hasil
penelitian Purnajaya, Maryana, Erwanto tahun 2014 juga mengungkapkan bahwa
perubahan saturasi oksigen pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi menggunakan kanul nasal dengan kecepatan aliran 3L dan 4L/menit rata-rata
sebesar 2,19%.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang
“Penerapan Prosedur Nasal Kanul Pada Pasien Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi”.

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana konsep dari pemenuhan kebutuhan oksigenasi ?
B. Apa saja prinsip yang ada pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi ?
C. Bagaimana teknik dari pemenuhan kebutuhan oksigenasi ?

3. Tujuan Masalah
Mahasiswa/mahasiswi mengetahui konsep dari pemenuhan kebutuhan oksigenasi,
prinsip-prinsip dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi serta dapat mengetahui
bagaimana teknik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenas

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI


a. Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem baik secara
kimia maupun fisika dimana oksigen sendiri merupakan gas tidak berwarna dan
tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan hidup dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Reaksinya
menghasilkan energi, karbondioksida dan air lewat proses berrnapas yaitu peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) serta menghembuskan
udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi
yang keluar dari tubuh (Kusnanto, 2016).
b. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

Sistem tubuh yang berperan dalam membantu dalam pemenuhan kebutuhan


oksigenasi adalah saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian
bawah. Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas:

 Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.


 Paring
 Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
 Trakea
 Bronkus
 Bronkiolus
 Alveoli
 Paru-paru

Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas:

 Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian


vertebrae torakalis kelima.

3
 Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi
bronchus kanan dan kiri.
 Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus

3
 Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen
dengan karbondioksida.
 Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem
pernapasan. Secara anatomi, system respirasi terbagi menjadi dua, yaitu
saluran pernafasan dan parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ
hidung, mulut, trakea, bronkus sampai bronkiolus. Didalam rongga toraks,
bronkus bercabang menjadi dua kanan dan kiri. Bronkus kemudian
bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bagian parenkim paru berupa
kantong-kantong yang menempel di ujung bronkiolus yang disebut alveolus
bila hanya 1 atau alveoli bila banyak (Kusnanto, 2016).
c. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses menurunnya difusi oksigen
dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan atau gangguan ventilasi
yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen. Ventilasi dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah, demikian sebaliknya. Pada
lingkungan normal, udara atmosfir yang dihisap terdiri dari nitrogen (N2),
Oksigen (O2), dan karbon dioksida (CO2). Dari ketiga gas tersebut, hanya O2
yang masuk kapiler, sedangkan CO2 dan N2 kembali di ekspirasi keluar. Bahkan
CO2 dari kapiler berpindah ke alveoli dibuang keluar bersama udara ekspirasi.
Proses pertukaran O2 dan CO2 antara darah kapiler dan alveoli disebut ventilasi
alveola. Adanya kemampuan otak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan napas yang dimulai dari hidung
hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom (Kusnanto, 2016).
b. Disfusi Gas

4
Disfusi Gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler
paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran

4
respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial, perbedaan
tekanan dan konsentrasi O2. Proses difusi dalam paru-paru oleh karena tekanan
O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi. Alveoli dipisahkan dengan darah
kapiler oleh membrane pulmonal dan dinding kapiler. Tebal membrane pulmonal
hanya sekitar 0.1-1.5 μm. Oksigen dan CO2 dapat melewati membrane tersebut
secara difusi dengan bebas. Oksigen dari alveoli ke darah dan CO2 dari darah ke
alveoli. Kemampuan berpindah secara difusi ini karena pengaruh tekanan parsial
gas-gas tersebut. Tekanan parsial gas adalah tekanan yang menyebabkan
substansi gas memiliki daya menembus dinding sekitar. Tekanan parsial gas O2
di atmosfir berkisar 159 mmHg dan CO2 berkisar 0.15 mmHg. Di alveoli,
tekanan parsial O2 sekitar sekitar 104 mmHg dan CO2 sekitar 40 mmHg. Di
dalam darah, tekanan parsial O2 100 mmHg dan CO2 46 mmHg. Tekanan parsial
ini menyebabkan oksigen cenderung bergerak dari atmosfir (159 mmHg) ke
alveoli (104 mmHg) dan dari alveoli oksigen cenderung masuk ke kapiler karena
tekanan parsialnya lebih rendah (100 mmHg). Sedangkan CO2 cenderung
bergerak dari kapiler ke alveoli (46 → 40 mmHg) dan dari alveoli cenderung ke
atmosfir bebas (0.15 mmHg). (Kusnanto, 2016)
d. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan
berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%), sedangkan CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma (5%) dan sebagian menjadi
HCO3 yang berada dalam darah. Pada kondisi normal, hampir seluruh oksigen
diikat oleh hemoglobin (Hb) yang berada di dalam eritrosit (RBC) untuk
dihantarkan keseluruh tubuh. Eritrosit bersama cairan plasma dipompa oleh
jantung keseluruh sel di tubuh. Sebagian kecil O2 (3%) langsung larut dalam
plasma dalam bentuk oksigen bebas. Setelah sampai di kapiler organ, O2 lepas

5
dari Hb dan berdifusi ke jaringan interstisial dan selanjutnya masuk ke dalam sel.
Dengan berikatan dengan Hb, transportasi O2 ditingkatkan sampai 60 x lipat.

5
B. PRINSIP PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
a) Kebutuhan Oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan
oksigen yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Tanpa oksigen dalam
waktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan
kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen.
Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila
kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak
secara permanen (Potter & Perry, 2005).

b) Masalah Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi


Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan.
1. Hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan O2 dalam tubuh
akibat dari defisiensi O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 di
sel. Tanda dan gejalanya ialah Kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sianosis, sesak nafas dan
clubbing finger. Secara umum hipoksia disebabkan oleh menurunnya kadar Hb,
menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi
jaringan atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.
2. Perubahan pola pernapasan
 Hiperventilasi merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam
paru-paru agar pernafasan lebih cepat dan dalam. Tanda dan gejalanya ialah
takikardia, nafas pendek, nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi,
disorientasi.
 Hipoventilasi, terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi
pada atelektasis (kolaps paru). Tanda dan gejalanya ialah Nyeri kepala,

6
penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritmia, ketidakseimbangan
elektrolit, kejang dan kardiak arrest.
 Tachypnea merupakan pernafasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24 kali
permenit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi
emboli.
 Bradypnea merupaka pola pernafasan yang ditandai dengan pola lambat, kurag
lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intrakranial yang disertai denga konsumsi obat-obatan narkotika atau
sedatif.
 Kusmaul merupakan pola pernafasan ceat dan dangkal yang dapat di temukan
pada orang dalam keadaan asidosis metabolik (metabolisme aam yang tinggi).
 Dipsnea merupakan perasaan sesak dan berat saat bernafas. Hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan kadar as dalam darah/jarigan, kerja
berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
 Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan pola ini sering ditemukan pada orang yang kongestif paru
 Cheyne stokes merupakan siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
naik kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.
 Pernafasan paradoksial merupakan pernapasan dimana dinding paru bergerak
berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan
atelektasis.
 Biot merupakan pernafasan dengan irama yang mirip denga cheyne stoke akan
tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan
selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala dan lain-lain
 Stridor merupakan pernafaan bising yang terjadi karena penyempitan pada
saluran pernafasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau
obstruksi laring
3. Obstruksi jalan nafas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada
kondisi pernafasannya terkait denga ketidakmampuan batuk secara efektif, yang

7
dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi,
imobilisasi, statis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti

7
CVA ( cerebro vascular accident), akibat efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.
Tanda klinis :batuk tidak efektif atau tidak ada,, tidak mampu mengeluarkan
sekresi di jalan nafas, suara nafas menunjukan adanya sumbatan., jumlah, irama,
dan kedalaman pernafasan tidak normal
4. Pertukaran Gas merupakan kondisi individu mengalami penurunan gas baik
oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vascular, dapat
disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat sistem saraf, depresi
susunan saraf pusat, atau penyakit radang paru. Terjadinya gangguan pertukaran
gas ini menunjukan penurunan kapasitas difusi yang antara lain disebabkan oleh
menurunya luas permukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio
ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan O2 dari paru ke
jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2 dan
terganggunya aliran darah.Tanda klinis: dipsnea pada usaha nafas, nafas dengan
bibir pada fase ekspirasi yang panjang, agitasi, lelah, letargi, meningkatnya
tahanan vaskular paru, menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya pacodan
sianosis.

c) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, sewaktu-waktu tubuh memerlukan
oksigen yang banyak, oleh karena suatu sebab. Kebutuhan oksigen dalam tubuh
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1) Faktor fisiologi
 Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
 Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada obstruksi saluran
nafas bagian atas.
 Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2
terganggu.
 Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka,
dan lain-lain.

8
 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, penyakit kronik TB paru.
2) Faktor perkembangan

8
 Bayi prematur, yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
 Bayi dan toddler, adanya risiko saluran pernafasan akut
 Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernafasan dan merokok.
 Dewasa muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
 Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3) Faktor perilaku
 Nutrisi ialah misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,
gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet
yang tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
 Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
 Merokok, nikotin dalam rokok menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
 Alkohol dan obat-obatan, menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernafasan.
 Kecemasan, menyebabkan metabolisme meningkat
4) Faktor lingkungan
 Tempat kerja (polusi)
 Suhu lingkungan
 Ketinggian tempat dari permukaan laut
5) Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
baik oleh simpatis dan parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat
mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin
yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh bronkokonstriksi) karena pada saluran pernafasan
terdapat reseptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

9
6) Hormonal dan Obat

9
Semua hormon termasuk derivat katekolamin dapat melebarkan saluran
pernapasan.obat tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran nafas, seperti
sulfas atropin, ekstrak belladona, dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta
(khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran nafas (bronkokonstriksi), seperti
obat tergolong beta bloker nonselektif.
7) Alergi pada Saluran Nafas
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang
terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benang sari, buga,
kapuk, makanan dan lain-lain. Ini menyebabkan bersin, apabila ada rangsangan di
daerah nasal, batuk bila di salurran bagian atas, dan bronkokonstriksi bila asma
bronkial, dan jika terletak saluran nafas bagian bawah menyebabkan rhinitis.
8) Emosi
Takut,cemas dan marah akan mempercepat denyut jantung sehingga
kebutuhan oksigen meningkat.

d) Tindakan untuk Mengatasi Masalah Kebutuhan Oksigenasi


a. Latihan Napas
Latihan napas merupaka cara bernafas untuk memperbaiki ventilasi alveoli
atau memerlihara pertukaran gas, mencegah etelektasis, meningkatkan efisiensi
batuk, dan dapat di gunakan untuk mengurangi stress.
b. Pemberian Oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara
memberikan oksigen ke dalam paru melalui saluran pernafasan dengan
mengguakan alat bantu okasigen. Pemberian oksigen paa pasien dapat melauli 3
cara yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan
oksigen dan mencegah terjadinya hipoksia.
c. Fisiterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan,
postural drainage, claping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem

10
pernafasan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernafasan dan
membersihkan jalan napas.

10
d. Penghisapan lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir secara
sendiri dengan melakukan penghisapan (suction) untuk membersihkan jalan nafas
dan memenuhi kebutuhan oksigenasi.
e. Batuk efektif
Merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal. Batuk efektif dan napas dalam merupakan teknik batuk efektif
yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan:
 Merangsang terbukanya sistem kolateral
 Meningkatkan distribusi ventilasi
 Meningkatkan volume paru
 Memfasilitasi pembersihan saluran napas
Manfaat batuk efektif yaitu untuk mengeluarkan sekret yang menyumbat jalan
nafas dan untuk memperingan keluhan saat terjadi sesak nafas pada penderita
jantung.
f. Postural Drainase
Postural drainase merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekret dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka postural
drainase dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya.
Waktu yang terbaik untuk melakukan postural drainase yaitu sekitar 1 jam
sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural
drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran
napas tetapi juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi
atelektasis. Pada penderita dengan produksi sekret yang banyak postural drainase
lebih efektif bila disertai dengan clapping dan vibrating.
g. Clapping/Perkusi

11
Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung
dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Tujuannya untuk melepaskan sekret
yang tertahan atau melekat pada bronkhus.
h. Vibrating
Secara umum dilakukan bersamaan dengan clapping. Sesama postural
drainase terapis biasanya secara umum memilih cara perkusi atau vibrasi untuk
mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada menggerakkan sekret ke
jalan nafas yang besar sedangkan perkusi melepaskan/melonggarkan sekret.
Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien mengeluarkan nafas. Pasien disuruh
bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi dilaksanakan pada puncak inspirasi
dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan
tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan dorongan bergetar
(Kusnanto, 2016).

C. TEKNIK PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

Dalam pemberian terapi oksigen dibagi menjadi 2 teknik yaitu:


1. Sistem Aliran Rendah

a. Kateter Nasal: alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinu
dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi 24%-44%.
 Keuntungan: pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah nyaman, dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
 Kerugian: Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%,
tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat
terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran
dengan lebih dari 6 liter/menit dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah terseumbat.
b. Kateter Nasal: suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinu
dengan aliran 1-6 liter/menit dengan konsentrasi sama dengan kateter nasal.

12
 Keuntungan: Pemberian oksigen stabil dengan volume tidak dan laju pernapasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan,
bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir pasien dan terasa nyaman.
 Kerugian: tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernapas melalui mulut, mudah lepas karena
kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
c. Sungkup muka Sederhana (simple face mask): pemberian oksigen kontinu atau
selang seling 5-8 liter/menit dengan konsetrasi oksigen 40%-60%.
 Keuntungan: konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter dan
kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlubang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aersol.
 Kerugian: tidak dapat memberikan konsentrasi kurang dari 40%, dapat
menyebabkan penumpukan karbon dioksida (CO2) jika aliran rendah.
d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing: teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi yaitu 60-80% dengan aliran 8-12 liter/menit.
 Keuntungan: konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir.
 Kerugian: tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.
e. Sungkup muka dengan kantong Non Rebreathing: pemberian oksigen dengan
konsentrasi mencapai 99% dengan aliran 8-12 liter/menit di mana udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
 Keuntungan: konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapai 100%, tidak
mengeringkan selaput lendir.
 Kerugian: kantong oksigen bisa terlipat.

2. Sistem Aliran Tinggi


Teknik pemberian oksigen di mana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh
tipe pernapasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen
yang lebih cepat dan teratur.

13
a. Sungkup muka dengan Ventury. Aliran udara pada alat ini sekitar 4-14
liter/menit dengan konsentrasi 30-50%.
 Keuntungan: konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan
petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap
FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadai
penumpukan CO2
 Kerugian: Tidak dapat memberikan konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa
terlipat.

14
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia jaringan
sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mendapatkan PaO2 lebih dari 90 mmHg atau SaO2
lebih dari 90%. Sistem pemberian oksigen yang dipakai untuk aliran terus menerus ada 3 macam,
oksigen dimanfaatkan bertekanan tinggi, oksigen cair, dan oksigen berkonsentrat. Dalam
perkembangannya barulah terapi oksigen ini dipakai untuk mengatasi penyakit-penyakit seperti
luka pada penderita diabetes hingga stroke. Salah satu resiko terapi oksigen adalah keracunan
oksigen. Hal ini dapat terjadi bial oksigen diberikan dengan fraksi lebih dari 50% terus menerus
selama 1-2 hari.

Saran

Terapi oksigen sangat penting bagi orang yang memiliki penyakit kronis mengingat oksigen
adalah hal penting bagi tubuh untuk menjalankan aktivitasnya. Jangan berinisiatif untuk
melakukan perubahan dosis oksigen sekalipun Anda merasa lebih baik. Tetap berkonsultasi
dengan dokter merupakan langkah terbaik.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Hidayat, A. Aziz Alimul. 2015. Prinsip pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

Maricilasar, Angela. 2019. Pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Ny. C. L yang


menderita tumor paru di ruangan tertai RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes. Kupang.
Politeknik kesehatan kemenkes : Kupang.

HIPERCCI. 2018. Modul Pelatihan Keperawatan Intensif Dasar. iN Media: Jakarta

 Saifuddin, A.B. 2006. Asuhan Kebidanan Patologi. Jogjakarta: Pustaka Pelajar


Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT
Pustaka
Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta:
Trans Info Media
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006 Textbook of Medical Physiologi. 11th ed. Philadelphia,
PA, USA: Elsevier Saunders.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

iii

Anda mungkin juga menyukai