Anda di halaman 1dari 6

STUDI KASUS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pembimbing : Ibu Ns. Ririn Sri Handayani, M.Kep.,Sp.Kep. MB

Disusun Oleh :

Nama: WAYAN INTAN KARTINI

Nim: 2014401097

Kelas: Reguler 2

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

PRODI D-III KEPERAWATAN TANJUNGKARANG

TAHUN 2021/2022
STUDI KASUS

Seorang pasien laki-laki usia 19 tahun dibawa ke RS oleh perawat dari Puskesmas karena
kecelakaan dan mengalami fraktur femur. Dokter menyarankan pasien dilakukan tindakan
operasi dan dipasang plat screw namun keluarga menolak dan menginginkan pasien pulang
paksa untuk dibawa ke sangkal Putung. Perawat membaca hasil radiologi pasien tersebut
mengalami fraktur incomplete tertutup. Pasien menggunakan BPJS mandiri untuk biaya
pengobatannya

Kerjakanlah tugas di bawah ini berdasarkan kasus diatas

1. Bagaimanakah kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan rujukan diera


BPJS ?
Jelaskan alur rujukan pasien mulai dari faskes Pratama hingga RS Tipe A ?

Jawab

System rujukan adalah suatu system penyelenggaraan kesehatan yang melaksanakan


pelimpahan tanggung jawab yang timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah
kesehatan. System rujukan mengatur alur dari mana dan harus kemana seseorang yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu. Sistem rujukan pelayana kesehatan dilaksanakan
secara berjenjaang sesuai dengan kebutuhan medis.

Perlu dipahami yang mengeluarkan surat rujukan BPJS Kesehatan ialah pihak dokter ketika
Anda berobat. Berikut gambaran alurnya:

Pasien berobat menggunakan BPJS Kesehatan, datangi faskes tingkat pertama seperti
puskesmas, klinik umum atau dokter keluarga guna melakukan pemeriksaan.
Setelah diperiksa, dokter akan menyatakan kondisi pasien berdasarkan indikasi medis.
Apabila hasil pemeriksaan pasien ternyata memerlukan penanganan lebih lanjut, dokter
menerbitkan surat rujukan ke faskes tingkat dua atau rumah sakit.
Pasien mendatangi rumah sakit untuk berobat dengan membawa surat rujukan dari faskes
I.
Sistem rujukan tidak berlaku untuk kondisi gawat darurat. Apabila kondisi pasien
tergolong gawat darurat, pasien bisa langsung berobat ke rumah sakit, tanpa perlu minta
surat rujukan dari faskes I.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi SBAR ? Jika anda sebagai perawat
yang merujuk pasien tersebut bagaimana pelaksanaannya? tuliskan apa yang anda
sampaikan kepada perawat atau dokter yang menerima pasien di rumah sakit rujukan

Jawab

Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas
kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan
meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk
meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau
berbeda. 

1. Situation
Seorang pasien laki-laki usia 19 tahun dibawa ke RS oleh perawat dari puskesmas.
Perawat melaporkan kepada dokter bahwa pasien tersebut kecelakaan dan mengalami
fraktur femur.

2. Background
Klien mengalami kecelakaan dan perawat melaporkan bahwa pasien mengalami
diagnose medis fraktur femur.

3. Asessment
Menurut saya hasil dari pemeriksaa radiologi pasien tersebut mengalami
fraktur incomplete tertutup. Yaitu tulang retak, tapi tidak terbagi atau terpisah
menjadi dua bagian.

4. Recommendation
Dokter menyarankan pasien dilakukan tindakan operasi dan dipasang plat screw
3. Jika anda sebagai perawat ruang rawat yang menghadap pasien tersebut dan keluarganya,
prinsip etika profesi apa saja yang akan anda terapkan dan jelaskan bagaimana
pelaksanaannya ?

Jawab

 Otonomi (Autonomi)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu memutuskan sesuatu dan
orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh yang tidak
memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik,
padahal terdapat gangguan atau penyimpangan

 Beneficence (Berbuat Baik)


Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat menasehati klien tentang
program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.

 Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi
yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian dan
ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan bantuan
perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam faktor tersebut
kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

 Non-maleficence (tidak merugikan)


Prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis menolak
pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena) membuat
keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistruksikan pemberian
transfusi darah. akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficence
walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip nonmaleficince.
 Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi
yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur
karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan
meninggal dunia. Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli
bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya
kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. 

 Fidelity (Menepati janji)


Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai
itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya
kepada orang lain.

 Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Dokumentasi
tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan pengobatan dan
peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan harus
dihindari.

 Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali. Contoh perawat
bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat, karyawan,
dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien perawat dapat
digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi tugas delegatif, dan
masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Anda mungkin juga menyukai