Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya kami telah mampu menyelesaikan makalah yang berjudul ” (Sakratul Maut)” ini
demi terpenuhinya tugas dari mata kuliah Konsep Kebidanan 1 yang di bina oleh dosen
pengampu Bapak Fakhruroji.S.Ag
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai bagaimana cara mendampingi klien yang hampir meninggal.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata kesempurna.
       Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 30 September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGHANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
SEKARATUL MAUT............................................................................................................2
A. SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI
MENYAKITKAN .................................................................................................................3
B. KABAR GEMBIRA UNTUK ORANG BERIMAN .........................................................
C. DAHSYATNYA SAKARATUL MAUT..........................................................................7
D. SEKARATUL MAUT DAN KHUSNUL KHATIMAH..................................................7
E. DAHSYATNYA RASA SAKIT SAAT SAKARATUL MAUT....................................10
F. IBLIS DATANG MENGANGGU KETIKA SEKARATUL MAUT.............................16
BAB III.....................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN...............................................................................................................17
B. KRITIK DAN SARAN....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada Kesempatan ini penulis akan membahas sedikit panjangnya tentang Sakaratul Maut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah maka timbul suatu permasalahan bagi penulis tentang bagai
mana rasa sakit pada saat sakaratul maut terjadi.

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan kita membahas tentang sakartul maut ini adalah, bahwa Setiap orang yang
teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat lainnya akan dilanda
gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski sejenak saja, untuk
menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun kesempatan untuk itu sudah hilang,
tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini dengan tetap memohon
agar kita semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

SEKARATUL MAUT

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang
kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa
neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya
(sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak
benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am
: 93).
Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang
bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka
Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh,
cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa
terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.
"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang". (H.R. Ibnu
Abu Dunya).
Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat
sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya
sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit.
Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada
Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt,
mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma
sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.
"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Allah". Salam Malaikat Izrail,
"Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.
Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah
Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika
tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh
Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan
waktunya "menghadap". Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian
Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan
sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi

2
Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya" Itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya
sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.
"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita". pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi
Idris a.s). "Subhanallah, (Maha Suci Allah)" kata Nabi Idris a.s. "Kenapa ?" Malaikat Izrail
pura-pura terkejut.
"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata:
"Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang
haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak
merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu.
Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s.
"Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s. 
"Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya,
seketika tubuhnya bergetar tak berdaya. "Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?"
selidik Nabi Idris a.s serius. 
"Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat. 
"Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail. Nabi Idris
manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam. "Aku punya keinginan
kepadamu". Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail. "Kumohon
engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk
menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal
ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s. "Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak
Malaikat Izrail.
Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan
Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s.
sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar
menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah
dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.
"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail. 
"Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s. 
"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

A. SAKARATUL MAUT, DETIK-DETIK YANG MENEGANGKAN LAGI


MENYAKITKAN

            Kematian akan menghadang setiap manusia. Proses tercabutnya nyawa manusia akan
diawali dengan detik-detik menegangkan lagi menyakitkan. Peristiwa ini dikenal sebagai
sakaratul maut. 

            Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu
'anhu, ia berkata: "Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi
orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting,
panasnya air mendidih di bejana. Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan
kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan
nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya" 

3
Di antara dalil yang menegaskan terjadinya proses sakaratul maut yang mengiringi
perpisahan jasad dengan ruhnya, firman Allah: 

    ُ‫ك َما ُكنتَ ِم ْنهُ ت َِحيد‬ ِّ ‫ت بِ ْال َح‬


َ ِ‫ق َذل‬ ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬
ْ ‫َو َجآ َء‬

"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
darinya". [Qaaf: 19]

            Maksud sakaratul maut adalah kedahsyatan, tekanan, dan himpitan kekuatan kematian
yang mengalahkan manusia dan menguasai akal sehatnya. Makna bil haq (perkara yang
benar) adalah perkara akhirat, sehingga manusia sadar, yakin dan mengetahuinya. Ada yang
berpendapat al haq adalah hakikat keimanan sehingga maknanya menjadi telah tiba sakaratul
maut dengan kematian.

Juga ayat :

‫} إِلَى َربِّكَ يَوْ َمئِ ٍذ‬29{ ‫َّاق‬ ِ َّ‫} َو ْالتَف‬28{ ‫ق‬


ُ ‫ت السَّا‬
ِ ‫ق بِالس‬ ُ ‫} َوظَ َّن أَنَّهُ ْالفِ َرا‬27{ ‫ق‬
ٍ ‫} َوقِي َل َم ْن َرا‬26{ ‫ت التَّ َراقِ َي‬
ِ ‫َكآل ِإ َذا بَلَ َغ‬
}30{ ‫ق‬ ْ
ُ ‫ال َم َسا‬

"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kerongkongan. Dan
dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang dapat menyembuhkan". Dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan
kepada Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau". [Al Qiyamah: 26-30]

          Syaikh Sa'di menjelaskan: "Allah mengingatkan para hamba-Nya dengan keadan orang
yang akan tercabut nyawanya, bahwa ketika ruh sampai pada taraqi yaitu tulang-tulang yang
meliputi ujung leher (kerongkongan), maka pada saat itulah penderitaan mulai berat, (ia)
mencari segala sarana yang dianggap menyebabkan kesembuhan atau kenyamanan. Karena
itu Allah berfiman: "Dan dikatakan (kepadanya): "Siapakah yang akan menyembuhkan?"
artinya siapa yang akan meruqyahnya dari kata ruqyah. Pasalnya, mereka telah kehilangan
segala terapi umum yang mereka pikirkan, sehingga mereka bergantung sekali pada terapi
ilahi. Namun qadha dan qadar jika datang dan tiba, maka tidak dapat ditolak. Dan dia yakin
bahwa sesungguhnya itulahwaktu perpisahan dengan dunia. Dan bertaut betis (kiri) dengan
betis (kanan), maksudnya kesengsaraan jadi satu dan berkumpul. Urusan menjadi berbahaya,
penderitaan semakin sulit, nyawa diharapkan keluar dari badan yang telah ia huni dan masih
bersamanya. Maka dihalau menuju Allah Ta'ala untuk dibalasi amalannya, dan
mengakui perbuatannya. Peringatan yang Allah sebutkan ini akan dapat mendorong hati-hati
untuk bergegas menuju keselamatannya, dan menahannya dari perkara yang menjadi
kebinasaannya. Tetapi, orang yang menantang, orang yang tidak mendapat manfaat dari ayat-
ayat, senantiasa berbuat sesat dan kekufuran dan penentangan".

 Sedangkan beberapa hadits Nabi yang menguatkan fenomena sakaratul maut: 


Imam Bukhari meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'anhuma, ia bercerita (menjelang ajal
menjemput Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) 

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َر ْك َوةٌ أَوْ ع ُْلبَةٌ فِيهَا َما ٌء فَ َج َع َل يُ ْد ِخ ُل يَ َد ْي ِه فِي ْال َما ِء فَيَ ْم َس ُح بِ ِه َما َوجْ هَهُ َويَقُو ُل‬
َ ِ ‫إِ َّن َرسُو َل هَّللا‬
‫ب يَ َدهُ فَ َج َع َل يَقو ُل فِي أخرجه البخاري ك الرقاق باب سكرات الموت و في المغازي‬ ُ َ ‫ص‬ ُ
َ َ‫ت ث َّم ن‬ ٍ ‫ت َس َك َرا‬ ْ
ِ ْ‫اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ إِ َّن لِل َمو‬
ْ َ‫ض َو َمال‬
‫ت‬ َ ِ‫يق اأْل َ ْعلَى َحتَّى قُب‬ ِ ِ‫ ال َّرف‬.‫باب مرض النبي ووفاته‬

4
"Bahwa di hadapan Rasulullah ada satu bejana kecil dari kulit yang berisi air. Beliau
memasukkan tangan ke dalamnya dan membasuh muka dengannya seraya berkata: "Laa
Ilaaha Illa Allah. Sesungguhnya kematian memiliki sakaratul maut". Dan beliau menegakkan
tangannya dan berkata: "Menuju Rafiqil A'la". Sampai akhirnya nyawa beliau tercabut dan
tangannya melemas"

Dari Anas Radhiyallahu anhu, berkata:

‫ت فَا ِط َمةُ َعلَ ْيهَا ال َّساَل م َوا أخرجه البخاري في المغازي باب‬ ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َج َع َل يَتَ َغ َّشاهُ فَقَال‬ ٍ َ‫ع َْن أَن‬
َ ‫س قَا َل لَ َّما ثَقُ َل النَّبِ ُّي‬
ِ ِ‫ْس َعلَى أَب‬
‫يك كَرْ بٌ بَ ْع َد‬ َ ‫ب أَبَاهُ فَقَا َل لَهَا لَي‬
َ ْ‫اليَوْ ِم َر‬.‫مرض النبي ووفاته‬ 

"Tatkala kondisi Nabi makin memburuk, Fathimah berkata: "Alangkah berat penderitaanmu
ayahku". Beliau menjawab: "Tidak ada penderitaan atas ayahmu setelah hari ini…[al
hadits]" 

Dalam riwayat Tirmidzi dengan, 'Aisyah menceritakan: 

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أخرجه الترمذي ك‬


َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ُ ‫ت بَ ْع َد الَّ ِذي َرأَي‬
ِ ْ‫ْت ِم ْن ِش َّد ِة َمو‬
ِ ‫ت َرس‬ ٍ ْ‫ت َما أَ ْغبِطُ أَ َحدًا بِهَوْ ِن َمو‬
ْ َ‫ع َْن عَائِ َشةَ قَال‬
‫الجنائز باب ما جاء في التشديد© عند الموت وصححه األلباني‬ 

"Aku tidak iri kepada siapapun atas kemudahan kematian(nya), sesudah aku melihat
kepedihan kematian pada Rasulullah".

Dan penderitaan yang terjadi selama pencabutan nyawa akan dialami setiap makhluk. Dalil
penguatnya, keumuman firman Allah: "Setiap jiwa akan merasakan mati". (Ali 'Imran: 185).
Dan sabda Nabi: "Sesungguhnya kematian ada kepedihannya". Namun tingkat kepedihan
setiap orang berbeda-beda. 

B. KABAR GEMBIRA UNTUK ORANG-ORANG YANG BERIMAN. 


          Orang yang beriman, ruhnya akan lepas dengan mudah dan ringan. Malaikat yang
mendatangi orang yang beriman untuk mengambil nyawanya dengan kesan yang baik lagi
menggembirakan. Dalilnya, hadits Al Bara` bin 'Azib Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata tentang proses kematian seorang mukmin: 

‫اع ِم ْن ال ُّد ْنيَا َوإِ ْقبَا ٍل ِم ْن اآْل ِخ َر ِة نَزَ َل إِلَ ْي ِه َماَل ئِ َكةٌ ِم ْن ال َّس َما ِء بِيضُ ْال ُوجُو ِه َكأ َ َّن ُوجُوهَهُ ْم‬
ٍ َ‫إِ َّن ْال َع ْب َد ْال ُم ْؤ ِمنَ إِ َذا َكانَ فِي ا ْنقِط‬
‫ت َعلَ ْي ِه ال َّساَل م‬ِ ْ‫ك ال َمو‬ ْ ُ َ‫ص ِر ثُ َّم يَ ِجي ُء َمل‬ ْ ْ ِ ُ‫ال َّش ْمسُ َم َعهُ ْم َكفَ ٌن ِم ْن أَ ْكفَا ِن ْال َجنَّ ِة َو َحنُوط ِم ْن َحن‬
َ َ‫وط ال َجنَّ ِة َحتَّى يَجْ لِسُوا ِم ْنهُ َم َّد الب‬ ٌ
‫ط َرةُ ِم ْن‬ ْ َ‫ال فَت َْخ ُر ُج ت َِسي ُل َك َما ت َِسي ُل ْالق‬ َ َ‫ان ق‬ ْ ُ‫س ِع ْن َد َر ْأ ِس ِه فَيَقُو ُل أَيَّتُهَا النَّ ْفسُ الطَّيِّبَة‬
ٍ ‫اخ ُر ِجي إِلَى َم ْغفِ َر ٍة ِم ْن هَّللا ِ َو ِرضْ َو‬ َ ِ‫َحتَّى يَجْ ل‬
‫ك ال َحنُو ِط َويَ ْخ ُر ُج‬ ْ ْ ُ ُ ْ َ ُ ْ
َ ِ‫فِي ال ِّسقَا ِء فَيَأ ُخذهَا فَإ ِ َذا أ َخ َذهَا لَ ْم يَ َدعُوهَا فِي يَ ِد ِه طَرْ فَةَ َع ْي ٍن َحتَّى يَأ ُخذوهَا فَيَجْ َعلوهَا فِي َذلِكَ ال َكفَ ِن َوفِي َذل‬
‫ض‬ ْ‫ر‬َ ‫أْل‬‫ا‬ ‫ه‬ ْ‫ج‬
ِ َ َ ‫َت‬
‫و‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ْ ‫ك ُو ِجد‬ ٍ ‫ب نَ ْف َح ِة ِم ْس‬ِ َ‫طي‬ْ َ ‫ِم ْنهَا َكأ‬
ِ

"Seorang hamba mukmin, jika telah berpisah dengan dunia, menyongsong akhirat, maka
malaikat akan mendatanginya dari langit, dengan wajah yang putih. Rona muka mereka
layaknya sinar matahari. Mereka membawa kafan dari syurga, serta hanuth (wewangian) dari
syurga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut
hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: "Wahai jiwa yang baik –dalam riwayat-
jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaannya". Ruhnya keluar
bagaikan aliran cucuran air dari mulut kantong kulit. Setelah keluar ruhnya, maka setiap
malaikat maut mengambilnya. Jika telah diambil, para malaikat lainnya tidak membiarkannya
di tangannya (malaikat maut) sejenak saja, untuk mereka ambil dan diletakkan di kafan dan
hanuth tadi. Dari jenazah, semerbak aroma misk terwangi yang ada di bumi.."[al hadits].

5
Malaikat memberi kabar gembira kepada insan mukmin dengan ampunan dengan ridla Allah
untuknya. Secara tegas dalam kitab-Nya, Allah menyatakan bahwa para malaikat
menghampiri orang-orang yang beriman, dengan mengatakan janganlah takut dan sedih serta
membawa berita gembira tentang syurga. Allah berfirman:

ُ‫} نَحْ ن‬30{ َ‫إِ َّن الَّ ِذينَ قَالُوا َربُّنَا هللاُ ثُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَنَ َّز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َمالَئِ َكةُ أَآلتَ َخافُوا َوالَتَحْ َزنُوا َوأَ ْب ِشرُوا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُكنتُ ْم تُو َع ُدون‬
َ‫أَوْ لِيَا ُؤ ُك ْم فِي ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا َوفِي ْاألَ ِخ َر ِة َولَ ُك ْم فِيهَا َماتَ ْشتَ ِهي أَنفُ ُس ُك ْم َولَ ُك ْم فِيهَا َماتَ َّد ُعون‬ 

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata: "Rabb kami adalah Allah kemudian mereka
beristiqomah, maka para malaikat turun kepada mereka (sembari berkata):" Janganlah kamu
bersedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) syurga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu. Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu
minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Rabb Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
[Fushshilat: 30]

Ibnu Katsir mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang yang ikhlas dalam amalannya untuk
Allah semata dan mengamalkan ketaatan-Nya berdasarkan syariat Allah niscaya para
malaikat akan menghampiri mereka tatkala kematian menyongsong mereka dengan berkata
"janganlah kalian takut atas amalan yang kalian persembahkan untuk akhirat dan jangan
bersedih atas perkara dunia yang akan kalian tinggalkan, baik itu anak, istri, harta atau agama
sebab kami akan mewakili kalian dalam perkara itu. Mereka (para malaikat) memberi kabar
gembira berupa sirnanya kejelekan dan turunnya kebaikan". 

Kemudian Ibnu Katsir menukil perkataan Zaid bin Aslam: "Kabar gembira akan terjadi pada
saat kematian, di alam kubur, dan pada hari Kebangkitan". Dan mengomentarinya dengan:
"Tafsiran ini menghimpun seluruh tafsiran, sebuah tafsiran yang bagus sekali dan memang
demikian kenyataannya".

Firman-Nya: "Kamilah pelindung-pelindungmu di dunia dan akhirat maksudnya para


malaikat berkata kepada orang-orang beriman ketika akan tercabut nyawanya, kami adalah
kawan-kawan kalian di dunia, dengan meluruskan, memberi kemudahan dan menjaga kalian
atas perintah Allah, demikian juga kami bersama kalian di akhirat, dengan menenangkan
keterasinganmu di alam kubur, di tiupan sangkakala dan kami akan mengamankan kalian
pada hari Kebangkitan, Penghimpunan, kami akan membalasi kalian dengan shirathal
mustaqim dan mengantarkan kalian menuju kenikmatan syurga".

Dalam ayat lain, Allah mengabarkan kondisi kematian orang mukmin dalam keadaan baik
dengan firman-Nya:

َ‫ َسالَ ٌم َعلَ ْي ُك ُم ا ْد ُخلُوا ْال َجنَّةَ بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬  َ‫طيِّبِينَ يَقُولُون‬
َ ُ‫الَّ ِذينَ تَتَ َوفَّاهُ ُم ْال َمالَئِ َكة‬

"(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan
mengatakan (kepada mereka): "Salamun 'alaikum (keselamatan sejahtera bagimu)", masuklah
ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". [An Nahl: 32]

Syaikh Asy Syinqithi mengatakan: "Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang yang
bertakwa, yang melaksanakan perintah Rabb mereka dan menjauhi larangan-Nya akan
diwafatkan para malaikat yaitu dengan mencabut nyawa-nyawa mereka dalam keadaan

6
thayyibin (baik), yakni bersih dari syirik dan maksiat, (ini) menurut tafsiran yang paling
shahih, (juga) memberi kabar gembira berupa syurga dan menyambangi mereka mereka
dengan salam…

C. DAHSYATNYA SAKARATUL MAUT

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu
menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan
jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-
Hasan).
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an : Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri
manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.. Katakanlah:
“Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati
terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk
menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.
Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau
berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada
di muka bumi ini.  Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati
pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana
mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya
(datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir
tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:7 )
Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.  Katakanlah:“Sesungguhnya
kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui
kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.

(QS al-Jumu’ah, 62: )


Kematian datang secara tiba-tiba. Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah
pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa
yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman
31:34)
Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat. Dan Allah sekali-
kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

D. SEKARATUL MAUT DAN KHUSNUL KHATIMAH

7
Orang yang meregang nyawa, di ambang pintu kematian mengalami rasa sakit yang bukan
alang kepalang. Saat-saat kritis itulah yang disebut dengan sekarat atau sakratul maut.
Kematian yang wajar dan normal dapat dikenali dengan beberapa tanda. Di antara tanda-
tanda datangnya kematian itu adalah:
1 .Orang yang mau meninggal akan melihat malaikat maut. Jika dia termasuk calon orang
yang berbahagia maka dia akan melihat malaikat maut dalam rupa yang bagus, dan melihat
malaikat rahmat berwajah putih. Mereka membawa kafan dan tikar dari sorga. Mereka duduk
dari padanya sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malaikat maut seraya duduk di
sisi kepalanya dan berkata: “Keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-Nya!” Adapun
jika dia termasuk calon orang yang celaka, maka dia akan melihat malaikat maut dalam rupa
yang lain, serta melihat malaikat adzab menghitam wajahnya. Mereka membawa kafan dan
tikar dari api neraka. Kemudian datanglah malaikat maut seraya duduk di sisi kepalanya dan
memberinya kabar gembira dengan kemurkaan Allah atasnya, dan dia melihat tempat
duduknya di neraka. Berkatalah malaikat maut: “Keluarlah wahai jiwa yang keji, dan
bergembiralah dengan kemurkaan dan kemarahan Allah!”

2. Dengan keadaan yang demikian, saat orang yang mau meninggal melihat malaikat maut,
diapun lemas, tidak bisa berkutik, mual, merasakan pedihnya sekarat, dan kesusahan, tidak
mampu berkata-kata. Dia mendengar tapi tidak mampu menjawab, melihat tapi tidak mampu
menerangkannya, hatipun kacau, detak jantung sudah tidak beraturan, kadang dia tersadar,
kadang dia pingsan karena pedihnya sakaratul maut. Ya Allah, tolonglah kami atas sakaratul
maut.
Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang itu telah meninggal:
1. Terbelalaknya mata, berdasarkan hadits Ummu Salamah, dia berkata : “Rasulullah masuk
kepada Abu Salamah, sementara matanya telah terbelalak kemudian Nabi memejamkannya
seraya bersabda: ”Sesungguhnya jika roh itu dicabut, mata akan mengikutinya….” (HR.
Muslim dan Ahmad)
2. Condongnya hidung kearah kanan atau kiri
3. Kendur (terbuka)nya rahang bawah, karena kendurnya seluruh anggota tubuh     secara
umum.
4. Diam dan berhentinya detak jantung.
5. Mendinginnya seluruh tubuh secara umum.
6. Merapatnya betis kanan dengan betis kiri, dan sebaliknya berdasarkan firman Allah : “Dan
bertaut betis (kiri) dan betis (kanan).” (QS. Al-Qiyamah: 29)
Apa yang harus kita lakukan setelah kita yakin akan kematiannya?
1. Memejamkan kedua matanya
2. Menutupkan mulutnya
3. Melemaskan tulang-tulang persendian seketika, satu jam setelah kematiannya, untuk
memudahkan pemindahan, pemandian dan pengkafanannya.
4. Meletakkan pemberat yang sesuai di atas perutnya agar tidak menggelembung jika tidak
disegerakan prosesi pemandiannya.
5. Menutup seluruh lubang tubuh hingga diselenggarakan perawatannya.
6. Mempercepat penyelenggaraan jenazah, berdasarkan sabda Nabi “Bersegeralah kalian
(menyelenggarakan) jenazah, jika dia shalih, maka sebuah kebaikan telah kalian ajukan, jika

8
selain itu maka sebuah keburukan yang kalian letakkan dari leher-leher kalian.” (HR.
Bukhari)
7. Bersegera membayarkan hutangnya, berdasarkan hadits Abu Hurairah dari Nabi beliau
bersabda:”Jiwa seorang mukmin tergadaikan oleh hutangnya hingga dilunasi.” (HR.
Turmudzi)
Khusnul khatimah dan tanda-tandanya:
1. Hadits pertama dari Mu’adz, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa akhir
ucapannya di dunia ini adalah Laa Ilaha Ilallah, dia masuk sorga.” (HR. Abu Dawud, dan al-
Hakim)
2. Hadits kedua dari Buraidah ibn Hushaib dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda:
“Kematian seorang mukmin (ditandai dengan) keringat di dahi.” (HR. Ahmad, Nasa’i,
Turmudzi dan lainnya)
3. Hadits ketiga dari Abdullah ibn ‘Amr, dia berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak ada
seorang muslimpun yang meninggal pada hari jum’at atau malam jum’at melainkan dia akan
dibebaskan dari siksa kubur.” (HR. Turmudzi)
4. Dan di antara tanda khusnul khatimah adalah mati di saat menjalankan keta’atan kepada
Allah dan rasul-Nya, seperti meninggal dalam keadaan shalat, atau puasa, atau haji, umrah
atau dalam keadaan berjihad di jalan Allah atau dalam dakwah kepada Allah. Dan
barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, Dia akan memberinya taufik untuk beramal shalih
kemudian mencabut nyawanya.
5. Pujian baik oleh sekumpulan kaum muslimin atasnya, berdasarkan hadits Anas, dia
berkata, (Para sahabat) pernah melewati sebuah jenazah, kemudian mereka memuji kebaikan
atasnya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Kemudian mereka melewati sebuah jenazah yang
lain, lalu mereka mengutarakan keburukannya. Maka Nabi bersabda: “Wajib.” Maka Umar
berkata: “Apa yang wajib?” Beliau bersabda: “Yang ini kalian menyebut baik atasnya, maka
wajib baginya sorga, sementara yang itu kalian menyebut buruk atasnya maka wajib baginya
neraka, kalian adalah saksi Allah di bumi-Nya.” (HR. Bukhari Muslim)
6. Tanda-tanda yang bisa dilihat dari si mayit setelah kematiannya:
a. Senyuman di wajah
b. Terangkatnyajari telunjuk, yang menunjukkan syahadat tauhid
c. Bersinar, dan bercahayanya wajah karena kegembiraan menerima kabar gembira yang
didengarnya dari malaikat maut.
Adapun tanda su’ul khatimah banyak dan bermacam-macam, di antaranya:
1. Mati di atas kesyirikan, atau meninggalkan shalat dengan meremehkan perintah-perintah
Allah dan rasul-Nya, begitupula mereka yang mati saat mendengarkan nyanyian (musik),
suara seruling, sinema, atau film komedi, dan mereka yang mati di atas perbuatan-perbuatan
keji secara umum, begitupula yang mati dengan khamr (miras) dan narkoba.
2. Di antara tanda yang tampak pada mayat setelah kematiannya adalah; murung, gelap dan
menghitamnya wajah, karena kengerian yang dirasakan saat mendengar berita buruk tentang
murka Allah dari malaikat maut. Kadang-kadang warna hitam ini menyelimuti seluruh tubuh
–wal ‘iyadzu billah-.
Saya nasihatkan kepada orang-orang yang sembrono dalam menunaikan ibadah shalat —
terutama yang meninggalkannya— agar segera bertaubat kepada Allah, dan segera menjaga
shalat tersebut hingga mendapatkan kekhusyu’an di dalamnya. Dikarenakan shalat adalah
tiang agama Islam, dan sesungguhnya (pembatas) antara seseorang dengan kekufuran adalah

9
meninggalkan shalat sebagaimana suri tauladan dan Nabi kita Muhammad telah
mengajarkan: “Perjanjian antara kita dan mereka (orang-orang munafik) adalah shalat, maka
barangsiapa meninggalkannya, dia telah kufur.” (HR. Ahmad dan Malik)
Shalat adalah sebenar-benar perisai bagi pelakunya, dialah pencegah dari perbuatan keji dan
munkar, Allah berfirman : “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Maka di manakah anda —mudah-mudahan Allah menjaga anda- dari perisai ini?! Di
manakah anda dari sungai yang akan menghapus dosa-dosa anda sebanyak lima kali dalam
sehari semalam ini? Bertaubatlah saudaraku sekarang juga, sebelum hilangnya kesempatan!
Dan sebelum datangnya malaikat maut secara tiba-tiba. Dikarenakan panen dari sesuatu yang
telah engkau tanam di dunia dimulai saat malaikat maut memerintahkan ruh untuk keluar
darimu. Maka bercocok tanamlah kebaikan, engkau akan senang dengan hasilnya!
Adapun orang yang berpaling dari kebaikan ini, dan dia meninggalkan shalat, maka tanda-
tanda su’ul khatimahnya adalah hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya saat jenazahnya
dimandikan. Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan.

E. DAHSYATNYA RASA SAKIT SAAT SAKARATUL MAUT

Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat rahmah-Nya yang sempurna, senantiasa


memberikan berbagai peringatan dan pelajaran, agar hamba-hamba-Nya yang berbuat
kemaksiatan dan kezaliman bersegera untuk meninggalkannya dan kembali ke jalan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sementara hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang beriman
akan bertambah sempurna keimanannya dengan peringatan dan pelajaran tersebut. 
Namun, berbagai peringatan dan pelajaran baik berupa ayat-ayat kauniyah maupun syar’iyah
tadi tidak akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang beriman. 
َ‫َو َذ ِّكرْ فَإ ِ َّن ال ِّذ ْك َرى تَ ْنفَ ُع ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi
orang-orang yang beriman.” (Adz-Dzariyat: 55)
Di antara sekian banyak peringatan dan pelajaran, yang paling berharga adalah tatkala
seorang hamba dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan sakaratul maut yang menimpa
saudaranya. Sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
‫ْس ْالخَ بَ ُر َك ْال ُم َعايَنَ ِة‬ َ ‫لَي‬ 
“Tidaklah berita itu seperti orang yang melihat langsung.” (HR. At-Tirmidzi dari Abdullah
bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Lihat Ash-Shahihah no. 135)
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktu yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala
tentukan, dengan sebab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan, pasti dia akan
merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-
hamba-Nya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala istimewakan. Mereka tidak akan merasakan
sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: 
‫ق َذلِكَ َما ُك ْنتَ ِم ْنهُ تَ ِحي ُد‬ ِّ ‫ت بِ ْال َح‬ِ ْ‫ت َس ْك َرةُ ْال َمو‬
ْ ‫َو َجا َء‬
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari
darinya.” (Qaf: 19)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
‫ت‬ٍ ‫ت َس َك َرا‬ ِ ْ‫ إِ َّن لِ ْل َمو‬،ُ‫الَ إِلَهَ إِاَّل هللا‬ 
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala.

10
Sesungguhnya kematian ada masa sekaratnya.” (HR. Al-Bukhari)
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmah-Nya telah memberitahukan sebagian gambaran
sakaratul maut yang akan dirasakan setiap orang, sebagaimana diadakan firman-Nya: 
ِ ‫ َونَحْ نُ أَ ْق َربُ إِلَ ْي ِه ِم ْن ُك ْم َولَ ِك ْن اَل تُب‬. َ‫ َوأَ ْنتُ ْم ِحينَئِ ٍ©ذ تَ ْنظُرُون‬.‫ت ْالح ُْلقُو َم‬
©. َ‫ فَلَوْ اَل إِ ْن ُك ْنتُ ْم َغ ْي َر َم ِدينِين‬. َ‫ْصرُون‬ ِ ‫فَلَوْ اَل إِ َذا بَلَ َغ‬
َ‫صا ِدقِين‬َ ‫تَرْ ِجعُونَهَا إِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat,
sedangkan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, maka
mengapa jika kamu tidak dikuasai (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala)? Kamu tidak
mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?”
(Al-Waqi’ah: 83-87)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Maka
ketika nyawa sampai di tenggorokan’, hal itu terjadi tatkala sudah dekat waktu dicabutnya.
‘Padahal kamu ketika itu melihat’, dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul
maut itu. ‘Sedangkan Kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan
meninggal tersebut) daripada kamu, tetapi kamu tidak melihat mereka’ (para malaikat). Maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatakan: Bila kalian tidak menginginkannya, kenapa kalian
tidak mengembalikan ruh itu tatkala sudah sampai di tenggorokan dan menempatkannya
(kembali) di dalam jasadnya?” (Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim, 4/99-100)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: 
‫ق‬ ُ ‫ إِلَى َربِّكَ يَوْ َمئِ ٍذ ْال َم َسا‬.‫َّاق‬ ِ ‫ق بِالس‬ ِ َّ‫ َو ْالتَف‬.ُ‫ َوظَ َّن أَنَّهُ ْالفِ َراق‬.‫ق‬
ُ ‫ت السَّا‬ ٍ ‫ َوقِي َل َم ْن َرا‬.‫ت التَّ َراقِ َي‬ ِ ‫َكاَّل إِ َذا بَلَ َغ‬
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke tenggorokan, dan
dikatakan (kepadanya): ‘Siapakah yang dapat menyembuhkan?’, dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis
(kanan), kepada Rabbmu lah pada hari itu kamu dihalau.” (Al-Qiyamah: 26-30)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Ini adalah berita dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang dia rasakan berupa
kengerian serta rasa sakit yang dahsyat (mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala
meneguhkan kita dengan ucapan yang teguh, yaitu kalimat tauhid di dunia dan akhirat).
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya,
hingga tatkala sampai di tenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa
yang bisa meruqyah? Kemudian, keadaan yang dahsyat dan ngeri tersebut disusul oleh
keadaan yang lebih dahsyat dan lebih ngeri berikutnya (kecuali bagi orang yang dirahmati
Allah Subhanahu wa Ta’ala). Kedua betisnya bertautan, lalu meninggal dunia. Kemudian
dibungkus dengan kain kafan (setelah dimandikan). Mulailah manusia mempersiapkan
penguburan jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa ke
langit. 
Setiap orang yang beriman akan merasakan kengerian dan sakitnya sakaratul maut sesuai
dengan kadar keimanan mereka. Sehingga para Nabi ‘alaihimussalam adalah golongan yang
paling dahsyat dan pedih tatkala menghadapi sakaratul maut, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: 
‫ب ِد ْينِ ِ©ه‬ِ ‫ يُ ْبتَلَى ال َّر ُج ُل َعلَى َح َس‬،ُ‫اس بَاَل ًء اأْل َ ْنبِيَا ُء ثُ َّم اأْل َ ْمثَ ُل فَاأْل َ ْمثَل‬
ِ َّ‫إِ َّن أَ َش َّد الن‬ 
“Sesungguhnya manusia yang berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang
semisalnya, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya.” (Lihat
Ash-Shahihah no. 132)
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: 
‫ت أِل َ َح ٍد أَبَدًا بَ ْع َد النَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم‬ ِ ْ‫فَاَل أَ ْك َرهُ ِش َّدةَ ْال َمو‬

11
“Aku tidak takut (menyaksikan) dahsyatnya sakaratul maut pada seseorang setelah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Al-Bukhari no. 4446)
Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu berkata: “Para ulama rahimahumullah mengatakan
bahwa apabila sakaratul maut ini menimpa para nabi, para rasul r, juga para wali dan orang-
orang yang bertakwa, mengapa kita lupa? Mengapa kita tidak bersegera mempersiapkan diri
untuk menghadapinya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ِ ‫قُلْ ه َُو نَبَأ ٌ ع‬
ِ ‫ أَ ْنتُ ْم َع ْنهُ ُمع‬.‫َظي ٌم‬
َ‫ْرضُون‬
“Katakanlah: ‘Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling darinya’.” (Shad: 67-
68)
Apa yang terjadi pada para nabi ‘alaihimussalam berupa pedih dan rasa sakit menghadapi
kematian serta sakaratul maut, memiliki dua faedah:
1. Agar makhluk mengetahui kadar sakitnya maut, meskipun hal itu adalah perkara yang
tidak nampak. Terkadang, seseorang melihat ada orang yang meninggal tanpa adanya
gerakan dan jeritan. Bahkan dia melihat sangat mudah ruhnya keluar. Alhasil, dia pun
menyangka bahwa sakaratul maut itu urusan yang mudah. Padahal dia tidak mengetahui
keadaan yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang mati. Maka, tatkala diceritakan tentang
para nabi yang menghadapi sakit karena sakaratul maut –padahal mereka adalah orang-orang
mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pula yang
meringankan sakitnya sakaratul maut pada sebagian hamba-Nya– hal itu akan memupus
anggapan bahwa dahsyatnya sakaratul maut yang dirasakan dan dialami oleh mayit itu benar-
benar terjadi –selain pada orang syahid yang terbunuh di medan jihad–, karena adanya berita
dari para nabi ‘alaihimussalam tentang perkara tersebut1.

2. Kadang-kadang terlintas di dalam benak sebagian orang, para nabi adalah orang-orang
yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bagaimana bisa mereka merasakan sakit dan
pedihnya perkara ini? Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Kuasa untuk meringankan
hal ini dari mereka, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: 
  َ‫أَ َّما إِنَّا قَ ْد هَ َّونَّا َعلَ ْيك‬
“Adapun Kami sungguh telah meringankannya atasmu.”
Maka jawabannya adalah:
 ُ‫اس بَاَل ًء فِي ال ُّد ْنيَا اأْل َ ْنبِيَا ُء ثُ َّم اأْل َ ْمثَ ُل فَاأْل َ ْمثَل‬
ِ َّ‫إِ َّن أَ َش َّد الن‬
 “Sesungguhnya orang yang paling dahsyat ujiannya di dunia adalah para nabi, kemudian
yang seperti mereka, kemudian yang seperti mereka.”2 
Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala ingin menguji mereka untuk menyempurnakan
keutamaan-keutamaan serta untuk meninggikan derajat mereka di sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Hal itu bukanlah kekurangan bagi mereka dan bukan pula azab. (At-Tadzkirah, hal.
25-26)

Malaikat yang Bertugas Mencabut Ruh


Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kekuasaan yang sempurna menciptakan malakul maut
(malaikat pencabut nyawa) yang diberi tugas untuk mencabut ruh-ruh, dan dia memiliki para
pembantu sebagaimana firman-Nya:
ِ ْ‫ك ْال َمو‬
َ‫ت الَّ ِذي ُو ِّك َل بِ ُك ْم ثُ َّم إِلَى َربِّ ُك ْم تُرْ َجعُون‬ ُ َ‫قُلْ يَتَ َوفَّا ُك ْم َمل‬
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan
kamu’ kemudian hanya kepada Rabbmulah kamu akan dikembalikan.” (As-Sajdah: 11)

12
Asy-Syaikh Abdullah bin ‘Utsman Adz-Dzamari berkata: “Malakul maut adalah satu
malaikat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala beri tugas untuk mencabut arwah hamba-hamba-
Nya. Namun tidak ada dalil yang shahih yang menunjukkan bahwa nama malaikat itu adalah
Izrail. Nama ini tidak ada dalam Kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala, juga tidak ada di dalam
Sunnah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya
menamainya malakul maut, sebagaimana firman-Nya: 
ِ ْ‫ك ْال َمو‬
‫ت‬ ُ َ‫قُلْ يَت ََوفَّا ُك ْم َمل‬
“Katakanlah: ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu’.” (As-Sajdah: 11)
Ibnu Abil Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: “Ayat ini tidak bertentangan dengan firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala: 
ِ ‫ع ْال َح‬
َ‫اسبِين‬ ُ ‫ق أَاَل لَهُ ْال ُح ْك ُم َوهُ َو أَس َْر‬
ِّ ‫ ثُ َّم ُر ُّدوا إِلَى هللاِ َموْ اَل هُ ُم ْال َح‬. َ‫ت تَ َوفَّ ْتهُ ُر ُسلُنَا َوهُ ْم اَل يُفَ ِّرطُون‬
ُ ْ‫َحتَّى إِ َذا َجا َء أَ َح َد ُك ُم ْال َمو‬
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh
malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang
sebenarnya. Ketahuilah, bahwa segala hukum (pada hari itu) kepunyaan-Nya. Dan Dialah
Pembuat perhitungan yang paling cepat.” (Al-An’am: 61-62)
Karena malakul maut yang bertugas mencabut ruh dan mengeluarkan dari jasadnya,
sementara para malaikat rahmat atau para malaikat azab (yang membantunya) yang bertugas
membawa ruh tersebut setelah keluar dari jasad. Semua ini terjadi dengan takdir dan perintah
Allah Subhanahu wa Ta’ala, (maka penyandaran itu sesuai dengan makna dan
wewenangnya).” (Syarh Al-‘Aqidah Ath-Thahawiyah, hal. 602)

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus
pedang” (HR Tirmidzi)

Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri
yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa
membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)
Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat :
“Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang.
Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa
semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.
Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam
jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat
merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian,
dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.
Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang
melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari
pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah
melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah
satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku?

13
Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas
sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”
Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat
dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-
detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi)
Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan
mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa
detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.
Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses
pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. dDemikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam
bis shawab.
Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang
menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika
mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan
Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk,
memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat
menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak
sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah
Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima
ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.
Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan
apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita,
kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan
meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang
tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras. Itulah wajah Malaikatul Maut
yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang
seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akanpernah lagi bisa
tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya,
(sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang
sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak
benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.
(QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada
diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak
mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “ ada sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam,
kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan
diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

14
Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat
Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak
memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke
tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu,
memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan
yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.
Ketika sakaratul maut hamper selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai
merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan
padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun
diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat
kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”. Dan inilah ucapan
malaikatketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah,
itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!
·         Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa
Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul
Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.
Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh
Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung
akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu)
surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam
surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam
keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum,
masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-
Nahl, 16 : 30-31-32)
Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan
menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat
Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.
Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :
1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha
menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah
ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah
(berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa
yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh
atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang
ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan:
“Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:

15
“Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi
Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)
3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya
kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)
4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat.


Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu
kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun,
63:11)
Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit,
ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah
riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses
pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis
shawab.

F. IBLIS DATANG MENGANGGU KETIKA SEKARATUL MAUT

Syaitan dan Iblis akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan memperdayakan
manusia dari terjadinya dengan setitik mani hinggalah ke akhir hayat mereka, dan yang
paling dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut. Iblis mengganggu
manusia sewaktu sakaratul maut disusun menjadi 7 golongan.
Hadith Rasulullah SAW. menerangkan:
Yang bermaksud: “Ya Allah aku berlindung dengan Engkau daripada perdayaan syaitan di
waktu maut.”

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa
sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang
selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul
maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak.
Demikianlah rencana Allah.
Setan laknatullah dan iblis laknatullah akan sentiasa mengganggu manusia, bermula dengan
memperdayakan manusia dari setitik mani hinggalah ke akhir hayat kita, dan yang paling
dahsyat ialah sewaktu akhir hayat yaitu ketika sakaratul maut.
Setiap orang yang teledor di dunia ini, baik dengan kekufuran maupun perbuatan maksiat
lainnya akan dilanda gulungan penyesalan, dan akan meminta dikembalikan ke dunia meski
sejenak saja, untuk menjadi orang yang insan muslim yang sholeh. Namun kesempatan untuk
itu sudah hilang, tidak mungkin disusul lagi. Jadi, persiapan harus dilakukan sejak dini
dengan tetap memohon agar kita semua diwafatkan dalam keadaan memegang agama Allah.
Wallahu a'lamu bishshawab. Washallallahu 'ala Muhamaad wa 'ala alihi ajmain.

B. KRITIK DAN SARAN

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dari
segi materi maupun penulisan, di sebabkan karena kami mempunyai keterbatasan dalam hal
Ilmu dan Pengetahuan penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa mendatang, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

Anda mungkin juga menyukai