Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

“SISTEM INTEGUMEN (LUKA BAKAR)”

Dosen Pembimbing

Ns. Diana Irawati, M.Kep, Sp.Kep.MB


Disusun Oleh:

5D (Kelompok 1)

1. Andieni Santika 7. Mutiara Danera Chani


2. Atria Adhara Ridwan 8. Nendra Elaya Azra Stella
3. Bella Fariza Marsyah 9. Vara Sevi Siamita
4. Intan Ayu Pebrianti 10. Yohanna
5. Intan Permata Akmal 11. Yuni Sari Harum
6. Muthia Mila Nissa

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kelompok panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kelompok dapat menyelesaikan
makalah tentang Asuhan Keperawatan Luka Bakar

Makalah ini sebagai satu persayaratan kelulusan mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah III diprogram sarjana FIK UMJ telah kelompok susun dengan maksimal.
Untuk itu kelompok menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kelompok menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kelompok menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kelompok dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kelompok berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 28 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I Teori Luka Bakar

A. Definisi Luka Bakar ................................................................................................ 1


B. Klasifikasi Luka Bakar............................................................................................. 4
C. Etiologi Luka Bakar................................................................................................. 5
D. Patofisiologi Luka Bakar......................................................................................... 5
E. Manifestasi Klinis Luka Bakar................................................................................. 7
F. Penyembuhan Luka Bakar....................................................................................... 8
G. Luas Luka Bakar...................................................................................................... 8
H. Komplikasi Luka Bakar......................................................................................... 11
I. Penatalaksanaan Luka Bakar.................................................................................. 11

BAB II Konsep Askep

A. Pengkajian.............................................................................................................. 12
B. Diagnosa................................................................................................................. 16
C. Intervensi................................................................................................................ 19
D. Implementasi.......................................................................................................... 22
E. Evaluasi.................................................................................................................. 24

BAB III

SKENARIO I...........................................................................................................................27

A. Analisa Data..................................................................................................................27
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................28
C. Patofisiologi..................................................................................................................29
ii
D. Intervensi Keperawatan.................................................................................................30
E. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi.......................................................................................31
F. Presentasi dan Derajat Luka Bakar...............................................................................33
G. Kebutuhan Edukasi dan Media Edukasi.......................................................................33
H. Hasil Penelitan..............................................................................................................34
I. Penatalaksanaan Awal Luka Bakar...............................................................................36

SKENARIO III....................................................................................................................... 39

A. Analisa Data..................................................................................................................39
B. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................40
C. Patofisiologi..................................................................................................................40
D. Intervensi Keperawatan.................................................................................................41
E. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi.......................................................................................43
F. Presentasi dan Derajat Luka Bakar...............................................................................45
G. Kebutuhan Edukasi dan Media Edukasi.......................................................................45
H. Hasil Penelitan..............................................................................................................46
I. Penatalaksanaan Awal Luka Bakar...............................................................................48

iii
BAB I
KONSEP TEORI

A. DEFINISI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan
luka bakar akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas atau penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan atau gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel. Luka bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung
maupun tidak langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air
panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga .

B. KLASIFIKASI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap
luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan
jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah
yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung gelembung yang ditutupi oleh

1
daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi
oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat pertama ini
hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya
tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau
hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa bekas
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau
pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi.
Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan yang
mengenai bagian superficial dari dermis,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka
sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir
seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih
lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis
dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan,
kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit
sekitar karena koagulasi protein pada lapisan
epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan.

2
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15
% pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10
% pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 %
pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki,
dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate
burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III
kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas
luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

C. ETIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR

3
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh
paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misal akibat tersiram air panas yang
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik
maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka
bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka
bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk
terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka
bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder
besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang
satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja,
luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial
dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator
mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari
uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas
dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.

4
5. Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

D. PATOFISIOLOGI COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit
dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau
kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu
sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan
patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka
bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan
cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial. Curah
jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume darah terlihat
dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya volume
vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan darah.
Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang meningkatkan
vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah
perifer menurunkan curah jantung. Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar
terjadi dalam 24 hingga 36 jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya
dalam tempo 6-8 jam. Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar

5
akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume
darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang
melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen. Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat
terjadi syok luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum
luka bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar. Kasus luka bakar
dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen oleh jaringan
meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal. Fungsi renal
dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-sel darah
merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran
darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus
renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal. Kehilangan integritas kulit
diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.
Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis.
Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam
pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jamjam
berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

E. MANIFESTASI KLINIS COMBUSTIO/ LUKA BAKAR

6
Kedalaman dan Bagian Kulit
Penampilan Perjalan
Derajat Luka yang Terkena Gejala
Luka Kesembuhan
Bakar Gejala
Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah Kesembuhan
(superifisial) hiperestesia menjadi putih lengkap dalam
Tersengat (supersensivitas), ketika ditekan waktu satu
matahari, rasa nyeri minimal atau minggu, terjadi
terkena api mereda jika tanpa edema pengelupasan
dengan didinginkan kuit
intensitas rendah

Derajat Dua Epidermis dan Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan


(Partial- hiperestesia, luka berbintik dalam waktu 2-3
bagian dermis
Thickness): sensitif terhadap bintik merah, minggu,
tersiram air udara yang epidermis retak, pembentukan
mendidih, dingin permukaan luka parut dan
terbakar oleh basah, terdapat depigmentasi,
nyala api edema infeksi dapat
mengubahnya
menjadi derajat
tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Pembentukan
(Full Thickness): keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna eskar,diperlukan
terbakar nyala dermis dan (adanya darah putih seperti pencangkokan,
api, terkena kadang kadang dalam urin) dan bahan kulit atau pembentukan
kemungkinan pula
cairan mendidih jaringan gosong, kulit parut dan
hemolisis
dalam waktu subkutan (destruksi sel
retak dengan hilangnya kontur
yang lama, darah merah), bagian lemak serta fungsi
tersengat arus kemungkinan yang tampak, kulit, hilangnya
listrik terdapat luka terdapat edema jari tangan atau
masuk dan keluar ekstrenitas dapat
(pada luka bakar terjadi
listrik)

F. PENYEMBUHAN LUKA COMBUSTIO/ LUKA BAKAR


Proses yang kemudian pada jaringan rusak ini adalah penyembuhan luka yang dapat
dibagi dalam 3 fase:
1. Fase inflamasi
Fase yang berentang dari terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar.
Dalam fase ini terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, mulai timbul epitelisasi.

7
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses proliferasi
fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase proliferasi luka
dipenuhi sel radang, fibroplasia dan kolagen, membentuk jaringan berwarna
kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka
yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya
diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau
datar. Proses fibroplasia akan berhenti dan mulailah proses pematangan.
3. Fase maturasi
Terjadi proses pematangan kolagen. Pada fase ini terjadi pula penurunan aktivitas
seluler dan vaskuler, berlangsung hingga 8 bulan sampai lebih dari 1 tahun dan
berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda radang. Bentuk akhir dari fase ini berupa
jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal.

G. LUAS LUKA BAKAR


Berat luka bakar (Combustio) bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan
kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma
inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Jaringan lunak tubuh akan terbakar
bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu
permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak.
Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat,
terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan
mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung
banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga
menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme. Semakin luas
permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan
penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen
terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka
bakar, yaitu:

8
1. Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
2. Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa
3. Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha
kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya
1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh
yang terbakar pada orang dewasa.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atua rule of wallace yaitu:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain


karena luas relatif permukaan kepala anak
jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak
kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-1520 untuk anak.

4. Metode Lund dan Browder Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya
porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi
besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan

9
luas permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan
dengan usia:
a. Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso dan
lengan persentasenya sama dengan dewasa.
b. Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan
turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.

H.
KOMPLIKASI

1. Cacat lebih lanjut atau kematian akibat luka bakar yang terinfeksi
2. Penyumbatan total sirkulasi dalam ekstermitas
3. Cerebrovaskulas accidents, infark miokardium, atau emboli paru akibat lambatnya
aliran darah
4. Kerusakan paru akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus
5. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disritmia jantung
6. Gangguan ginjal akibat hipoksia ginjal
7. Dapat terjadi ulkus peptikum akibat penuruan aliran darah ke saluran cerna
8. Koagulasi intravaskuler diseminata (DIJ) karena destruksi jaringan yang luas
9. Gejala psikologi dapat timbul setiap saat pada klien

10
I. PENATALAKSANAAN

1. Luka bakar derajat pertama dapat diberi kompres dengan air pada suhu netral
(ruangan) atau obat anti inflamasi. Luka bakar derajat pertama akibat bahan kimia
harus dibilas dengan air mengalir selama beberapa menit.
2. Semua luka bakar yang lebih dalam memerlukan terapi antibiotik.
3. Luka bakar yang luas memerlukan pemberian cairan intravena yang cepat untuk
mengatasi hilangnya cairan akibat kebocoran kapiler. Untuk mempertahankan
tekanan darah dan mencegah syok, infus pada orang dewasa dapat mencapai 30 liter
dalam 24 jam. Tingginya pemberian cairan ini juga mencegah penurunan perfusi
ginjal dan mengurangi risiko gagal ginjal.
Rumus koreksi cairan koloid berdasarkan Formula Parkland (Baxter) pada dewasa
untuk 24 jam pertama: 4cc/KgBB/% TBSA. 50% dari hasil perkalian tersebut
diberikan pada delapan jam pertama dan 50% pada 16 jam berikutnya.
Rumus koreksi cairan koloid berdasarkan Formula Parkland (Baxter) pada pediatrik
untuk 24 jam pertama: 3BB/%TBSA (Procter,2010). Cairan koloid ditambahkan
untuk maintenance pada anak-anak dengan rumus:
a. BB 0-10 kg : 4cc/kg/jam
b. BB 10-20 kg : 40cc/jam + 2 cc/kg/jam
c. BB lebih dari 20 kg: 60 cc/jam + 1cc/kg/jam
4. Luka bakar derajat kedua yang dalam dan luka bakar derajat tiga memerlukan
tindakan pembersihan luka secara bedah dan skin graft. Apabila mungkin, kulit
diambil dari bagian kulit klien yang tidak terbakar.
5. Klien dengan luka bakar yang luas memerlukan peningkatan pemberian kalori untuk
memenuhi kebutuhan metabolik jaringan yang besar, terutama bagi jaringan yang
mulai sembuh. Diet yang direkomendasikan adalah tinggi protein.
BAB II
ASKEP TEORI

A. PENGKAJIAN
1. Biodata
Terdiri atas nama, umur jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit ( mrs ). Usia merupakan hal yang penting untuk dikaji karena
pada balita dan lansia terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh,selain itu usia
juga berpengaruh terhadap penentuan rehidrasi terkait dengan presentasi
kompertemen cairan tubuh.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan klien luka bakar/combustio adalah nyeri, sesak
nafas, nyeri dapat disebabkan karena iritasi nosiseptor ( reseptor nyeri pada
kulit ). Dalam pengkajian nyeri harus diperhatikan pqrs. Sesak nafas dapat timbul
pada trauma inhalasi akibat edema mukosa tracheobronchial dan penurunan

11
fungsi silia. Sesak nafas yang timbul beberapa jam/hari setelah klien mengalami
luka bakar dapat disebabkan karena edema paru berakibat sampai pada penurunan
ekspansi paru.
3. Riwayat penyakit sekarang gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar,
penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan
klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan pengkajian. Apabila dirawat
meliputi beberapa fase : fase emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola
bak), fase akut (48 jam pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Risiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai
riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, dm, gangguan neorologi, atau penyalah
gunaan obat dan alkohol.
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari
pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit degenertif.
6. Penyakit psikososial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri akibat kerusakan
integritas kulit. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang
lama sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini
menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.

7. Pola aktivitas sehari-hari


Klien akan mengalami hambatan dalam melakukan pemenuhan kebutuhan
aktivitas karena adanya nyeri ataupun kerusakan integritas kulit.
8. Makanan/cairan
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
9. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di rs dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan
kebersihan. Badan mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan
sendiri. Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri.
10. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% aptt): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer
umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
12
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan
(semua luka bakar).
11. Eliminasi
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam;
diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar
dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
12. Neurosensori
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (rtd) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
(syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman
penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
13. Nyeri/kenyamanan
Gejala: berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.

14. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
15. Keamanan
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit
tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok.

Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar
mulut dan atau lingkar nasal.
13
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau
jarinagn parut tebal.
Cedera secara umum lebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera. Cedera listrik: cedera
kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka
bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari
gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan
dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda
motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
16. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat.
b. Ttv tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama.
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah
terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka
bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan
serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada

14
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi.
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber
infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri.
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan gcs. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat
(syok neurogenik).

i. Pemeriksaan kulit merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka


bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka
bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and browder).

B. DIAGNOSA
1. Hipovolemi
Definisi: penurunan volume cairan intravaskuler, ientersisial, dan/atau intraselular.
Penyebab:
 Kehilangan cairan
 Kegagalan mekanisme regulasi
 Peningkatan permeabilitas kapiler
 Kakurangan intake cairan
 Evaporasi
Gejala mayor:
a. Subjektif
b. Objektif
 Frekuensi nadi meningkat
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah menurun
 Tekanan nadi menyempit
 Turgor kulit menurun
 Membrane mukosa kering
15
 Volume urin menurun
 Hematokrit meningkat
Gejala minor:
a. Subjektif
 Merasa lemah
 Mengeluh haus
b. Objektif
 Pengisian vena menurun
 Status mental berubah
 Suhu tubuh meningkat
 Konsentrasi urin meningkat
 Berat badan turun tiba-tiba

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi tracheovronchial


Definisi: ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten
Penyebab:
a. Fisiologis:
 Spasme jalan napas
 Hipersekresi jalan napas
 Disfungsi neuromuskuler
 Sekresi yang tertahan
 Hyperplasia dinding jalan napas
Gejala mayor:
a. Subjektif
b. Objektif
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih
 Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
Gejala minor:
a. Subjektif:
 Dispnea
 Sulit tidur
 Ortopnea
b. Objektif:
 Gelisah
 Sianosis

16
 Bunyi napas menurun
 Frekuensi napas berubah
 Pola napas berubah

3. Gangguan integritas kulit


Definisi: kerusakan kulit (dermis, dan atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligament)
Penyebab:
 Perubahan sirkulasi
 Kekurangan/ kelebihan cairan
 Bahan kimia iritatif
Gejala mayor:
a. Subjektif
b. Objektif
 Kerusakan dan/atau lapisan kulit
Gejala minor:
a. Subjektif
b. Objektif
 Nyeri
 Perdarahan
 Kemerahan
 Hematoma

4. Nyeri akut
Definisi: pengalam sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional dengan onset yang mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
Penyebab:
 Agen pencedera fisik seperti: inflamasi, iskemia, dan neoplasma
 Agen pencedera kimia seperti: terbakar, bahan kimia iritan
 Agen pencedera fisik seperti: abses, amputasi, terbakar, terpotong
Gejala mayor:
a. Subketif
Mengeluh nyeri

b. Objektif
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah

17
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
Gejala minor:
a. Subjektif: -
b. Objektif:
 Tekanan darah meningkat
 Pola napas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berfikir terganggu
 Menarik diri
 Berfikus pada diris sendiri
 Diaphoresis

C. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervesi


1 Hipovolemi b.d - Keseimbangan cairan - Monitor dan catat intake, output
kehilangan - Hidasi (urine 0,5 – 1 cc/kgBB/jam)
cairan - Kecukupan nutrisi: - Beri cairan infus yang
intake cairan dan nutrisi mengandung elektrolit, sesuai
Kriteria Hasil : dengan rumus yang dipakai
- Tekanan darah 100- - Monitor vital sign
140/60-90 mmHg - Monitorkadar Ht, elektrolit,
- Produksi urine >0,5 – minimal setiap 12 jam
1 cc/kgBB/jam - Pasang kateter bila perlu
- Ht 37 – 43 % - Kolaborasikan dengan dokter
- Turgor elastis jika terdapat tanda kekurangan
- Mukosa lembab atau kelebihan volume cairan
- Akral hangat
- Rasa haus tidak ada

2 Ketidakefektifan - Respiratory status Airway Management


bersihan jalan - Ventilation - buka jalan napas, gunakan
napas b.d - Airway patency teknik chin lift atau jaw trust
obstruksi - Vital sign status bila perlu

18
tracheovronchial Kriteria Hasil : - posisikan klien untuk
- Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
suara napas efektif, tidak - identifikasi klien perlunya
ada sianosis dan pemasangan alat bantu napas
disapneu - pasang mayo bila perlu
- Menunjukkan jalan - lakukan fisioterapi dada bila
napas yang paten perlu
- Tanda-tanda vital dalam - keluarkan secret dengan batuk
rentang normal efektif atau suction
- Frekuensi napas 12-24 - auskultasi suara napas, catat
x/mnt adanya suara tambahan
- SP 02>95 - kolaborasi dalam pemberian
bronkodilator bila perlu
Oxygen therapy
- bersihkan mulut, hidung, dan
secret
- pertahankan jalan napas yang
paten
- atur peralatan oksigenasi
- pertahankan posisi klien
- observasi adanya tanda-tanda
hipoventilasi
Vital sign monitoring
- monitor TTV
- catat adanya fluktuasi tekanan
darah
- monitor frekuensi dan irama
pernapasan
- monitor suara paru
- monitor suhu, warna, dan
kelembapan kulit

19
3 Gangguan Tissue integrity Pressure management
Integritas Kulit - skin dan mucous - anjurkan untuk menggunakan
b.d bahan kimia - membranes pakaian lembap
iritatif - hemodyalis akses - hindari kerutan pada tempat
tidur
Kriteria Hasil : - jaga kebersihan kulit agar tetap
- integritas kulit yang bersih dan kering
baik bisa - mobilisasi klien
dipertahankan - monitor kulit akan adanya
- perfusi jaringan baik kemerahan
- menunjukkan - oleskan lotion atau
perbaikan dalam minyak/baby oil pada daerah
proses penyembuhan tertekan
luka dan mencegah - monitor status nutrisi klien
terjadinya cedera - perawatan area insisi
berulang - monitor tanproses kesembuhan
- mampu melindungi area insisi
kulit dan - monitor tanda dan gejala infeksi
mempertahankan pada are insisi
kelembapan kulit - ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau biarkan
luka tetap terbuka atau tidak
dibalut sesuai program
4 Nyeri akut b.d - painevel Pain management
agen cedera - pain control - Lakukan pengkajian nyeri
fisik, kimia - comfort level secara komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
- nadi 60-100 x/mnt frekuensi, kualitas, dan factor
- klien tidak gelisah presipitasi
- ekspresi wajah tenang - Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan

20
- Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
- Evaluasi bersama klien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri
- Kolaborasi dalam pemberian
analgesic untuk mengurangi
nyeri

D. IMPLEMENTASI
No. Diagnosa Implementasi
1 Hipovolemi b.d - Memonitor dan catat intake, output (urine 0,5 – 1
kehilangan cc/kgBB/jam).
cairan - Memberi cairan infus yang mengandung elektrolit, sesuai.
dengan rumus yang dipakai.
- Memonitor vital sign.
- Memonitorkadar Ht, elektrolit, minimal setiap 12 jam.
- Memasang kateter bila perlu.
- Melakukan kolaborasikan dengan dokter jika terdapat tanda
kekurangan atau kelebihan volume cairan.
2 Ketidakefektifan Airway Management
bersihan jalan - Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust
napas b.d bila perlu.
obstruksi - Memposisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi.
tracheovronchial - Mengidentifikasi klien perlunya pemasangan alat bantu
napas.
- Melakukan fisioterapi dada bila perlu.
- mengeluarkan secret dengan batuk efektif atau suction.
- Melakukan auskultasi suara napas, catat adanya suara
tambahan.
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian bronkodilator bila

21
perlu.
Oxygen therapy
- Membersihkan mulut, hidung, dan secret.
- mempertahankan jalan napas yang paten.
- Mengatur peralatan oksigenasi.
- Mempertahankan posisi klien.
- Mengobservasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
Vital sign monitoring
- Memonitor TTV.
- Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah.
- Memonitor frekuensi dan irama pernapasan.
- Memonitor suara paru.
- Memonitor suhu, warna, dan kelembapan kulit.
3 Gangguan Pressure management
Integritas Kulit - Menganjurkan untuk menggunakan pakaian lembap.
b.d bahan kimia - Menghindari kerutan pada tempat tidur.
iritatif - Menjaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Melakukan mobilisasi pada klien.
- Memonitor kulit akan adanya kemerahan.
- Mengoleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah
tertekan.
- Memonitor status nutrisi klien.
- Melakukan perawatan area insisi.
- Memonitor tanproses kesembuhan area insisi.
- Memonitor tanda dan gejala infeksi pada are insisi.
- Mengganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka atau tidak dibalut sesuai program.
4 Nyeri akut b.d Pain management
agen cedera - Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
fisik, kimia lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
presipitasi.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

22
- Mengkaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
- Mengevaluasi bersama klien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri.
- Melakukan kolaborasi dalam pemberian analgesic untuk
mengurangi nyeri.

E. EVALUASI

No. Diagnosa Evaluasi Paraf Perawat


1. Hipovolemi S:
Klien mengatakan tidak
ada perubahan signifikan
yang terjadi pada dirinya
dan klien merasa sudah
lebih baik dari sebelum
intervensi dilakukan

O:
Tidak ada tanda-tanda atau
gejala dari hipovolemi.
TTV klien stabil. Keadaan
umum klien baik.

A: Masalah Teratasi atau


Belum Teratasi

P : Intervensi Dihentikan
atau Intervensi
Dilanjutkan.

2. Ketidakefektifan bersihan S:
jalan napas b.d obstruksi Klien mengatakan tidak
tracheovrochial ada perubahan signifikan
yang terjadi pada dirinya
dan klien merasa sudah
lebih baik dari sebelum
intervensi dilakukan

O:
Tidak ada ditemukannya
tanda gejala terkait
diagnosa. TTV klien stabil.
Keadaan umum klien baik.

23
A: Masalah Teratasi atau
Belum Teratasi

P : Intervensi Dihentikan
atau Intervensi
Dilanjutkan.

3. Gangguan Integritas Kulit S:


Klien merasa sudah lebih
baik dari sebelum
intervensi dilakukan

O:
TTV klien stabil. Keadaan
umum klien baik.

A: Masalah Teratasi atau


Belum Teratasi

P : Intervensi Dihentikan
atau Intervensi
Dilanjutkan.

4. Nyeri Akut S:
Klien merasa sudah lebih
baik dari sebelum
intervensi dilakukan.

O:
TTV klien stabil. Keadaan
umum klien baik.

A: Masalah Teratasi atau


Belum Teratasi

P : Intervensi Dihentikan
atau Intervensi
Dilanjutkan.

24
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

SKENARIO I

Seorang laki-laki, usia 40 tahun dirawat di RS dengan luka bakar dibagian lengan kiri atas,
abdomen dan dada, serta paha bagian atas pada kedua ekstremitas. Tampak luka kering, kasar,
berwarna putih dan pucat dibagian tengah di lengan kiri dan warna kemerahan disertai blister
pada daerah paha, dada dan abdomen. Pasien mengeluh nyeri. Dari hasil pengkajian didapatkan

25
TD: 100/60 mmHg, HR: 120x/menit, RR: 22x/menit, BB 60 kg, TB 160 cm. Pasien
direncanakan mendapatkan terapi cairan menggunakan formula baxter

A. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 DS:
DO:
1. Luka bakar dibagian lengan
kiri atas, abdomen dan dada,
serta paha bagian atas pada
Peningkatan
kedua ekstremitas Kekurangan volume
permeabilitas
2. TTV cairan
kapiler
TD: 100/60 mmHg
HR: 120x/menit
3. Pasien direncanakan
mendapatkan terapi cairan

2 DS:
1. Klien mengeluh nyeri
DO:
1. Tampak luka berwarna Agen pencedera
Nyeri akut
kemerahan disertai blister kimiawi
pada daerah paha, dada, dan
abdomen
2. HR: 120x/menit
3 DS: Agen pencedera Gangguan integritas
DO: kimiawi kulit
1. Tampak luka kering, kasar,
berwarna putih dan pucat
dibagian tengah di lengan
kiri dan warna kemerahan

26
disertai blister pada daerah
paha, dada dan abdomen

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan agen pencedera kimiawi

C. Patofisiologi
Luka bakar

Agen pencedera kimiawi (terbakar)

Kerusakan kulit

penguapan Jaringan kulit terbuka Perangsangan nosireseptor


hipovolemia
Nyeri akut
Peningkatan
Kekurangan permeabilitas kapiler
volume cairan Kerusakan integritas Saraf aferen
kulit
Extravasi cairan Kornu dorsalis

Tekanan onkotik menurun Medulla spenalis

Hipotalamus
Cairan intravaskuler menurun
Perangsang nyeri

27
D. Intervensi Keperawatan

DIAGNOS TUJUAN DAN


NO. INTERVENSI
A KRITERIA HASIL
1 Kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. . Berikan cairan infus yang
volume keperawatan selama ...x 24 mengandung elektrolit.
cairan b.d jam diharapkan 2. Pertahankan catatan intake dan output.
peningkatan keseimbangan cairan 3. Monitor vital sign
permeabilita Kriteria Hasil : 4. Berikan terapi cairan menggunakan
s kapiler Mempertahankan intake dan formula baxter.
output
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi reaksi nonverbal dan
b.d agen keperawatan selama ...x 24 ketidaknyamanan.
pencedera jam diharapkan nyeri klien 2. Monitor penerimaan klien tentang
kimiawi berkurang. manajemen nyeri.
Kriteria Hasil : 3. Bantu dengan pengubahan posisi
- Menangkal nyeri setiap 2 jam jika diperlukan.
- Melaporkan perasaan 4. Evaluasi bersama klien dan tim
nyaman kesehatan lain tentang perasaan
- Klien tampak rileks ketidaknyamanan.
5. Kolaborasi dalam pemberian
analgesik untuk mengurangi nyeri.
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
Integritas keperawatan selama ...x 24 2. Oleskan lotion atau minyak/baby oil
Kulit b.d jam diharapkan integritas pada daerah tertekan.
agen kulit klien baik. 3. Perawatan area luka.
pencedera - Menunjukkan perbaikan 4. Monitor proses kesembuhan area luka.
kimiawi dalam proses 5. Ganti balutan pada interval waktu
penyembuhan luka. yang sesuai atau biarkan luka tetap

28
- Mampu melindungi kulit terbuka atau tidak dibalut sesuai
dan mempertahankan program.
kelembapan kulit.

E. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi


1. Kebutuhan Cairan
Rumus fromula Baxter

4ml x BB (Kg) x Presentase luas luka bakar

Diketahui :
a. Presentase luka bakar = 40 % (Abdomen dan dada, lengan kiri atas, paha
bagian atas kanan dan kiri )
b. BB (Kg) = 60 Kg
Jawab :
Kebutuhan cairan = 4ml x BB (Kg) x Presentase luas luka bakar
= 4 x 60 x 40
= 9600 ml
Jadi Kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam adalah 9600 ml atau 9,6 L
Pemberian terapi cairan intravena menggunakan Formula Baxter
a. Pada 8 jam pertama diberikan setengah dari jumlah total kebutuhan cairan,
yaitu 4800 ml atau 4,8 L
b. Pada 16 jam berikutnya diberikan setengah sisa kebutuhan cairan yaitu 4800
ml atau 4,8 L.

2. Kebutuhan Nutrisi
Menurut Asosiasi Dietik Australia Kebutuhan energi per-hari berdasarkan persen luka
bakar adalah :
29
Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)

<10 1,2 x AMB


11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
>50 2,0 x AMB
Rumus Hitung AMD berdasarkan Harris Benedict :
 Laki-laki = 66,5 + (13,8 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x Usia)
 Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x Usia)
Diketahui berdasarkan skenario bahwa :
a. BB = 60 Kg
b. TB = 160 Cm
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Usia : 40 Tahun
e. Presentasi Luka Bakar = 40 %
Maka, Kebutuhan Nutrisi berdasarkan skenario adalah :
1) AMD = 66,5 + (13,8 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x Usia)
= 66,5 + (13,8 x 60) + (5 x 160) - (6,8 x 40)
= 66,5 + 828 + 800 - 272
= 1422,5 Kkal

2) Kebutuhan Nutrisi = 1,8 x AMD


= 1,8 x 1422,5 Kkal
= 2560,5 Kkal

30
F. Presentasi dan Derajat Luka Bakar

Diketahui:
 Lengan kiri atas (4%)
 Abdomen dan dada (18%)
 Paha atas kanan dan kiri (18%)

Jawab`: 4% + 18% + 18% = 40%

G. Kebutuhan Edukasi dan Media Edukasi

31
H.

Hasil Penelitian
Judul : A Biopsy Of The Use of the Baxter Formula to Resuscitate Burns or Do We Do
It Like Charlie Did It?
Bertahun-tahun yang lalu, Baxter melaporkan dalam beberapa publikasi bahwa pasien
dengan luka bakar dapat diresusitasi dengan 4 mL, / kg / % TBSA dari laktat Ringer.
 Artikel pertama menginstruksikan dokter untuk mulai dari 4 mL, untuk
menetapkan volume urin per jam 50 mL, / jam dan kemudian mengurangi cairan
yang diberikan untuk mempertahankan output urin ini.
 Dalam artikel kedua, Baster menambahkan bahwa setengah dari cairan harus
diberikan selama 8 jam pertama
 Dalam artikel yang ketiga, ia menambahkan bahwa seperempat harus diberikan
dalam 8 jam kedua dan seperempat harus diberikan selama yang ketiga.
 Dalam artikel keempatnya, Baxter merekomendasikan volume urin 50 hingga
100 mL/jam.
 Dalam artikel kelima dan keenam, Baxter kembali menyebutkan bahwa volume
urin yang diinginkan adalah 50 hingga 100 mL / jam, tetapi kemudian dalam
artikel yang sama, ia menyebutkan tujuan lebih dari 40 mL, / jam.
 Dalam artikel ketujuh, Baxter mengulangi rekomendasi 4.0 : 0.3 mL/kg/%TBSA
dan menunjukkan bahwa untuk 12% pasien, lebih dari 4,3 mL./kg/%TBSA akan

32
diperlukan dan untuk 18% pasien kurang dari 4,3 mL/kg%TBSA akan
diperlukan.
 Dalam artikel kedelapan Baster menyarankan bahwa volume urin harus 40-70
mL / jam, dan ia menyatakan bahwa dengan rejimen ini untuk 12% dari pasien
lebih banyak cairan akan diperlukan dan untuk 18% pasien lebih sedikit cairan
akan diperlukan daripada yang ditentukan 3,7 untuk 4,3 mL / kg / % TBSA.
Rangkaian 438 pasien ini termasuk pasien dengan luka bakar besar dan pasien
dengan cedera inhalasi asap.
 Dalam artikel kesembilan, yang diterbitkan 13 tahun setelah delapan, Baxter
menyatakan, "Semua studi ini menunjukkan variabilitas sederhana namun pasti
dalam persyaratan cairan pasien individu dengan cedera dengan berbagai
keparahan dan menekankan bahwa formula' untuk resusitasi harus digunakan
sebagai pedoman dan bukan sebagai permintaan utama untuk setiap pasien.
Studi seperti ini mengarah pada kesimpulan bahwa sedikit yang akan diperoleh
dengan manipulasi jumlah absolut cairan, atau dalam perubahan konsentrasi
natrium, tetapi sebaliknya bahwa terapi baru dalam shock luka bakar harus
dikembangkan secara farmakologis dan biokimia untuk secara efektif
mengendalikan ini dan peristiwa seluler lainnya yang mempengaruhi kursus
klinis awal dan berikutnya dari cedera luka bakar."

Baxter berulang kali menyatakan bahwa 3,7 hingga 4,3 mL/kg/%TBSA akan menjadi
cairan yang cukup untuk 70% pasien dengan luka bakar.
Penulis mempelajari 11 resusitasi terakhir pasien dengan luka bakar termal lebih
besar dari 40% TBSA yang tidak memiliki cedera lain dan yang tidak memiliki cedera
inhalasi.
Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 1 dan 2 dan volume cairan jauh lebih tinggi
daripada yang disarankan Baxter.
Kami kemudian meninjau literatur Bahasa Inggris dengan mencari Medline untuk
"terapi cairan (MeSH) dan luka bakar (MeSH)," yang mengembalikan 428 referensi. Materi
yang diunduh dipindai, dan kami memilih 35 referensi untuk diperoleh dan dibaca secara
lebih rinci.

33
Penulis menemukan 4 artikel yang menyajikan data hasil yang cukup untuk
dibandingkan dengan laporan Baxter asli.
Navar et al membandingkan cairan yang diberikan dengan rumus Baxter untuk 51
pasien dengan cedera inhalasi asap dan 120 pasien tanpa cedera inhalasi asap dengan tujuan
output urin 30 hingga 50 mL / kg / jam. Persyaratan rata-rata adalah 5,76 + 0,39 mL / kg / %
TBSA untuk pasien dengan cedera inhalasi asap dan 3,98 + 0. 19 mL/kg/%TBSA untuk
pasien tanpa cedera inhalasi. Seri ini termasuk anak-anak, tetapi angka-angka itu hanya
mirip untuk orang dewasa.
Herndon et al mempelajari 20 pasien dengan cedera inhalasi asap dan 14 pasien
tanpa cedera inhalasi asap. Dia melaporkan bahwa untuk pasien dengan cedera inhalasi asap,
3,8 t 1,5 mL / kg / % TBSA cairan diperlukan dan bagi mereka yang tanpa cedera inhalasi
asap, 2,3 t 1,2 mL / kg / % TBSA cairan diperlukan. Seri ini juga termasuk anak-anak, dan
tidak mungkin untuk memperkirakan nilai untuk orang dewasa saja.
Darling et al mengukur volume cairan rata-rata 6,52 0,26 mL/kg/%TBSA dalam
kelompok 77 pasien dengan cedera inhalasi. Seri ini hanya mencakup orang dewasa.
Dai et al melaporkan bahwa 3.1 : 1.0 mL,/kg%TBSA cairan diberikan untuk 26
pasien dengan cedera inhalasi dan 2.3 + 0.8 mL/kg/%TBSA cairan diberikan untuk 36
pasien tanpa cedera inhalasi. Seri ini hanya mencakup orang dewasa.

I. Penatalaksanaan Awal Luka Bakar

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memberikan tindakan kepada penderita, untuk
menghindari infeksi.
2. Memakai alat pelindung diri (APD).
3. Membersihkan luka dari kotoran, membersihkan bagian luka dengan air mengalir
sampai bersih jika memungkinkan.
4. Hentikan perdarahan dengan kekerasan langsung di atas luka menggunakan kasa steril
(perban steril).
5. Jika luka terjadi pada ekstremitas atas atau bawah, tinggikan (elevasi) anggota badan
yang cedera pada pendarahan.
6. Jika darah masih mengalir meresap pada balutan pertama, tambahkan balutan selapis
lagi. Biarkan pembalut yang pertama tetap menempel pada luka, jangan di lepas.

34
7. Luka tusukan, contoh tertusuk paku yang berkarat atau digigit kucing atau anjing yang
dapat menyebabkan infeksi, berikan suntikan anti-tetanus jika diperlukan.
8. Luka bakar yang luas memerlukan pemberian cairan intravena yang cepat untuk
mengatasi cairan akibat kebocoran kapiler. Untuk mempertahankan tekanan darah dan
mencegah syok, infus pada orang dewasa dapat mencapai 30 liter dalam 24 jam.
Tingginya pemberian cairan ini juga mencegah penurunan perfusi ginjal dan
mengurangi risiko gagal ginjal.
Rumus koreksi cairan berdasarkan Formula Park- land (Baxter) pada dewasa
untuk 24 jam pertama:

4cc / KgBB /% TBSA.


Note:
50% dari hasil perkalian tersebut diberi- kan pada delapan jam pertama dan 50% pada
16 jam berikutnya.

Rumus koreksi cairan berdasarkan Formula Park- land (Baxter) pada pediatrik
untuk 24 jam pertama:

3cc / KgBB / % TBSA

Cairan koloid ditambah- kan untuk maintenance pada anak-anak dengan rumus:

 BB 0-10 kg : 4cc / kg / jam.


 BB 10-20 kg : 40cc / jam + 2 cc / kg / jam.
 BB > 20 kg : 60 cc / jam + 1cc / kg / jam

Bahan balutan untuk luka:


 Aquadest.
 Hydrogen Peroxide.
 Natrium Cloride 0.9% 2).
 Verband dengan berbagai ukuran.
 Adhesive tape (bahan untuk mempertahankan balutan)

35
SKENARIO III

Seorang wanita, usia 24 tahun, di rawat di RS dengan luka bakar akibat ledakan kompor. Dari
hasil pengkajian didapatkan luka bakar di daerah abdomen, dada serta kedua lengan. Luka

36
tampak memerah, edema dan terbentuk blister pada bagian dada. Klien masih mengeluh nyeri,
klien menangis khawatir luka lama sembuh dan meninggalkan bekas. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan TD: 90/60 mmHg, HR: 100x/menit, RR: 16x/menit, BB 50 kg, TB 150 cm. pasien
direncanakan akan diberikan terapi intravena dengan larutan ringer lactate menggunakan formula
Parkland.
A. Analisa Data
N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS:
DO:
1. Didapatkan luka bakar di daerah
abdomen, dada serta kedua lengan
2. Luka tampak terdapat edema pada Peningkatan
Kekurangan
bagian dada permeabilitas
volume cairan
3. TTV kapiler
TD: 90/60 mmHg
4. Pasien direncanakan akan
diberikan terapi intravena dengan
larutan ringer lactate
2 DS:
1. Klien masih mengeluh nyeri
Agen pencedera
DO: Nyeri akut
kimiawi
1. Luka tampak memerah dan
terbentuk blister pada bagian dada
3 DS: Agen pencedera Gangguan
1. Klien menangis khawatir luka kimiawi integritas kulit
lama sembuh dan meninggalkan
bekas
DO:
1. Luka tampak memerah, edema,
dan terbentuk blister pada bagian
dada

37
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi
3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan agen pencedera kimiawi

C. Patofisiologi

D. Intervensi Keperawatan

NO TUJUAN DAN KRITERIA


DIAGNOSA INTERVESI
. HASIL
1 Kekurangan Setelah dilakukan asuhan 1. Pertahankan catatan intake dan
volume cairan keperawatan selama ...x 24 output yang akurat.
b.d jam diharapkan kebutuhan 2. Monitor status hidrasi

38
peningkatan cairan terpenuhi. (kelembaban, membran mukosa,
permeabilitas Kriteria Hasil : nadi adekuaT, tekanan darah
kapiler - Tekanan darah,nadi, ortostatik.
suhu tubuh dalam 3. Dorong keluarga untuk
batas normal membantu pasien makan.
- Tidak ada tanda tanda 4. Pertahankan pemberian infus dan
dehidrasi mengatur tetesan pada kecepatan
yang tepat sesuai dengan
program medik.
5. Berikan terapi intravena dengan
larutan ringer lactate
menggunakan formula Parkland
2 Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Makukan pengkajian nyeri secara
agen pencedera keperawatan selama ...x 24 komprehensif termasuk lokas,
kimiawi jam diharapkan klien dapat karakteristik, durasi, frekuensi,
mengontrol nyeri. kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Gunakan teknik komunikasi
- Mampu menggunakan terapeutik untuk mengetahui
teknik nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien.
untuk mengurangi nyeri. 3. Kontrol lingkungan yang dapat
- Tanda vital dalam mempengaruhi nyeri, seperti
rentang normal. suhu ruangan.
- Menyatakan rasa 4. Tingkatkan istirahat.
nyaman setelah nyeri 5. Ajarkan tentang teknik
berkurang. nonfarmakologi.
3 Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji atau catat ukuran, warna,
Integritas Kulit keperawatan selama ...x 24 kedalaman luka, perhatikan
b.d agen jam diharapkan kulit klien jaringan nekrotik dan kondisi di
pencedera menujukkan regenerasi sekitar luka.
kimiawi jaringan. 2. Monitor kulit akan adanya
Kriteria Hasil : kemerahan
- Mencapai 3. Lakukan perawatan luka bakar

39
penyembuhan tepat yang tepat dan tindakan kontrol
waktu pada area luka infeksi.
bakar. 4. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar.
5. Jaga kebersihan kulit agar tetap
bersih dan kering.

E. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi


1. Kebutuhan Cairan
Rumus fromula Parkland

: 4ml x BB (Kg) x Presentase luas luka bakar

Diketahui :
a. Presentase luka bakar = 36 % (Abdomen,dada, serta kedua lengan)
b. BB (Kg) = 50 Kg
Jawab :
Kebutuhan cairan = 4ml x BB (Kg) x Presentase luas luka bakar
= 4 x 50 x 36
= 7200 ml
Jadi Kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam adalah 7200 ml atau 7,2 L

Pemberian terapi cairan intravena dengan larutan RL menggunakan Formula Parkland


a. Pada 8 jam pertama diberikan setengah dari jumlah total kebutuhan cairan,
yaitu 3600 ml atau 3,6 L
b. Pada 16 jam berikutnya diberikan setengah sisa kebutuhan cairan yaitu 3600
ml atau 3,6 L.

2. Kebutuhan Nutrisi

40
Menurut Asosiasi Dietik Australia Kebutuhan energi per-hari berdasarkan persen luka
bakar adalah :

Luka Bakar (%) Kebutuhan Energi (kkal)

<10 1,2 x AMB


11-20 1,3 x AMB
21-30 1,5 x AMB
31-50 1,8 x AMB
>50 2,0 x AMB

Rumus Hitung AMD berdasarkan Harris Benedict :


 Laki-laki = 66,5 + (13,8 x BB) + (5 x TB) - (6,8 x Usia)
 Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x Usia)
Diketahui berdasarkan skenario bahwa :
a. BB = 50 Kg
b. TB = 150 Cm
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Usia : 24 Tahun
e. Presentasi Luka Bakar = 36 %

Maka, Kebutuhan Nutrisi berdasarkan skenario adalah :


1) AMD = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x Usia)
= 655 + (9,6 x 50) + (1,8 x 150) - (4,7 x 24)
= 655 + 480 + 270 – 112,8
= 1292,2 Kkal

2) Kebutuhan Nutrisi = 1,8 x AMD


= 1,8 x 1292,2 Kkal
= 2325,96 Kkal

41
=2326 Kkal

F. Presentase dan Derajat Luka Bakar

Diketahui:
 Abdomen dan dada (18%)
 Kedua lengan (18%)

Jawab`: 18% + 18% = 36%

G. Kebutuhan Edukasi dan Media Edukasi

42
H. Hasil Penelitian
Judul : Efektiveness of Parkland forumula in the estimation of resuscitation fluid
volume in adult thermal burns.
Penulis : Geley Ete, Gaurav Chaturvedi, Elvino Barreto, Kingsly Paul M.

Cairan resusitasi berbasis kristaloid banyak digunakan untuk luka bakar, yang paling
umum adalah formula parkland. Resusitasi dimulai 8 jam setelah cedera telah terbukti
memiliki komplikasi yang lebih besar dan kebutuhan peningkatan volume resusitasi cairan.
Tujuan resusitasi pasien yang terbakar adalah untuk menyediakan cairan yang cukup
untuk menjaga fungsi organ, sekaligus menghindari komplikasi over-resusitasi.
Dalam studi ini, peneliti menemukan bahwa formula parkland atas estimasi volume
cairan resusitasi yang dibutuhkan untuk pasien. Mayoritas (87%) pasien yang menerima
cairan dalam kisaran 3,14 ml/kg/presentase TBSA bakar yang kurang dari formula parkland
4 ml/kg/presentase luka bakar. Infus cairan ini dinilai berdasarkan keluaran urine per-jam.
Tidak ada bukti kelebihan cairan yang dilaporkan dalam penelitian. Tidak ada bukti hipoksia
yang tertulis dalam penelitian. Hanya 11% pasien yang menerima cairan lebih dari formula
parkland dan presentasi lebih tinggi dari pasien yang terkait dengan cedera inhalasional.

43
Rumus parkland membagi cairan volume resusitasi menjadi dua bagian, setengah
dari volume yang dihitung diberikan dalam 8 jam pertama dari waktu kejadian dan setengah
berikutnya diberikan 16 jam berikutnya.
Sementara dalam penelitian, cairan yang diberikan sesuai outpit urine per-jam, ini
membantu untuk menilai pasien setiap jam dan menanamkan cairan terus-menerus dengan
cara fisiologis.
Sebuah resusitasi yang memadai dapat dinilai oleh penghubung jaringan dan target
akhir seperti output urin. Tingkat keluaran urin dianggap sebagai ukuran tak langsung dari
keluaran jantung. Dalam cairan infus pasien dinilai dengan output urin per jam. Berarti
keluaran urin lebih dari 24 jam adalah (1424 ± 750) mL. Tingkat pengeluaran urin adalah
(0,99 mL 0.49) mL/kg yang berada dalam kisaran yang diinginkan 0,5e1 mL/kg/h. Tidak
ada tanda-tanda under-resusitasi pada pasien.
Hubungan antara volume cairan diperlukan dan waktu sejak luka bakar digambarkan
oleh kurva (gambar 2). Kurva fisiologis ini mewakili pengaruh perubahan jasmani dalam
kemampuan mikrovaskular dan edema serta kebutuhan cairan pada 24 jam pertama cedera
bakar. Kurvanya kontras dengan perubahan kecepatan cairan dalam cairan sesuai dengan
yang ditetapkan Parkland untuk mula. Ini untuk menghindari cairan dalam suatu periode.
Selanjutnya formula Parkland menurunkan cairan yang dimasukkan pada 16 jam berikutnya
hingga setengahnya yang merupakan perubahan drastis dalam cairan infusion dan tidak
bergantung pada parsi jaringan. Sementara cairan yang dimasukkan berdasarkan keluaran
urin mengikuti kurva fisiologis sebagai output urin per-jam dimonitor untuk titrasi laju infus.

44
Dalam shock hipovolemik ada penurunan tekanan kapiler karena arteriolar
vasokonstriksi. Dalam luka bakar mengejutkan tekanan kapiler di pertama setengah jam dan
kemudian kembali ke garis dasar. Jadi, sebuah infus agresif kristaloid dapat memperpanjang
periode tekanan kapiler yang meningkat, menyebabkan ekstravasasi cairan yang terus-
menerus dan berkepanjangan dari edema yang terbakar. selama proses pemulihan luka bakar
Parkland, terdapat cairan agresif yang dimasukkan dalam 8 jam pertama pasca terbakar,
yang jika tidak dipantau dan dititrasi tepat waktu dapat mengakibatkan cairan merayap.
titrasi yang ketat pada infusi cairan berdasarkan target pemulihan bisa membantu
menghindari over-resusitasi.
Studi ini menunjukkan bahwa formula apapun hanya berfungsi sebagai titik panduan.
Kita harus mengevaluasi sirkulasi secara komprehensif dan menyesuaikan resusitasi sesuai
dengan denyut jantung, tekanan darah, pengeluaran urine, tekanan vena sentral (CVP),
pemeriksaan rutin darah, pernapasan, dan tanda-tanda kompartemen ekstremitas.
I. Penatalaksanaan Awal Luka Bakar

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memberikan tindakan kepada penderita, untuk
menghindari infeksi.
2. Memakai alat pelindung diri (APD).
3. Membersihkan luka dari kotoran, membersihkan bagian luka dengan air mengalir
sampai bersih jika memungkinkan.
4. Hentikan perdarahan dengan kekerasan langsung di atas luka menggunakan kasa steril
(perban steril).
5. Jika luka terjadi pada ekstremitas atas atau bawah, tinggikan (elevasi) anggota badan
yang cedera pada pendarahan.
6. Jika darah masih mengalir meresap pada balutan pertama, tambahkan balutan selapis
lagi. Biarkan pembalut yang pertama tetap menempel pada luka, jangan di lepas.
7. Luka tusukan, contoh tertusuk paku yang berkarat atau digigit kucing atau anjing yang
dapat menyebabkan infeksi, berikan suntikan anti-tetanus jika diperlukan.
8. Luka bakar yang luas memerlukan pemberian cairan intravena yang cepat untuk
mengatasi cairan akibat kebocoran kapiler. Untuk mempertahankan tekanan darah dan
mencegah syok, infus pada orang dewasa dapat mencapai 30 liter dalam 24 jam.
Tingginya pemberian cairan ini juga mencegah penurunan perfusi ginjal dan

45
mengurangi risiko gagal ginjal.
Rumus koreksi cairan berdasarkan Formula Park- land (Baxter) pada dewasa
untuk 24 jam pertama:

4cc / KgBB /% TBSA.

Note:
50% dari hasil perkalian tersebut diberi- kan pada delapan jam pertama dan 50% pada
16 jam berikutnya.

Rumus koreksi cairan berdasarkan Formula Park- land (Baxter) pada pediatrik
untuk 24 jam pertama:

3cc / KgBB / % TBSA

Cairan koloid ditambah- kan untuk maintenance pada anak-anak dengan rumus:

 BB 0-10 kg : 4cc / kg / jam.


 BB 10-20 kg : 40cc / jam + 2 cc / kg / jam.
 BB > 20 kg : 60 cc / jam + 1cc / kg / jam

Bahan balutan untuk luka:


 Aquadest.
 Hydrogen Peroxide.
 Natrium Cloride 0.9% 2).
 Verband dengan berbagai ukuran.
 Adhesive tape (bahan untuk mempertahankan balutan)

46
DAFTAR PUSTAKA

Puspasari, Scholastica Fina. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Integumen. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Purwanto, Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Edisi 1, Dewan
Pengurus Pusat. Edisi 1. Jakarta Selatan: PPNI

47
1

Anda mungkin juga menyukai