DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Chintari Mukminat Abubakar
2. Hendra Djamil
3. Lilis Nugrawati
4. Mytha Damayanti Bataha
5. Nurain Tanua
6. Windrawati Ismail
PENDAHULUAN
- Tekanan
Faktor tekanan, terutama sekali bila tekanan tersebut terjadi dalam jangka waktu lama
yang menyebabkan jaringan mengalami iskemik.
- Kelembaban
Kondisi kulit pada pasien yang sering mengalami lembab dengan adanya gesekan dan
pergeseran, memudahkan kulit mengalami kerusakan. Kelembaban ini dapat akibat dari
incontinensia, drain luka, banyak keringat dan lainnya
b. Faktor Intrinsik
- Usia
Usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Hal ini karena pada usia lanjut
terjadi perubahan kualitas kulit diamana adanya penurunan elastisitas, dan kurangnya
sirkulasi pada dermis.
- Temperatur
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan berpengaruh pada temperatut
jaringan. Setiap terjadi peningkatan metabolisme akan menaikkan 1oC dalam temperatur
jaringan. Dengan adanya peningkatan temperatur ini akan beresiko terhadap iskemik
jaringan. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara
peningkatan temperatur tubuh dengan risiko terjadinya luka dekubitus.
- Nutrisi
Sebagian besar dari hasil penelitian mengatakan adanya hubungan yang bermakna pada
klien yang mengalami luka dekubitus dengan malnutrisi. Individu dengan tingkat serum
albumin yang rendah terkait dengan perkembangan terjadinya luka dekubitus. (Morison,
2003)
Adapun faktor lainnya adalah
a. Menurunnya persepsi sensori;
b. Immobilisasi;
c. Keterbatasan aktivitas.
Ketiga faktor ini adalah dampak dari pada lamanya dan intensitas tekanan pada bagian
permukaan tulang yang menonjol.
- Infeksi
- Kulit yang terasa lebih lunak atau keras dibanding kulit di sekitarnya
- Area kulit yang terasa lebih dingin atau hangat saat disentuh daripada area kulit lain
- Selulitis
Selulitis adalah infeksi kulit dan jaringan ikat lunak. Kondisi ini dapat menyebabkan daerah
yang terinfeksi terasa hangat, tampak kemerahan, dan bengkak.Orang dengan saraf yang rusak
seringkali tidak merasakan sakit pada area yang mengalami selulitis. Karena itu, kondisi ini
perlu diwaspadai dengan cermat.
Infeksi dari luka tekan dapat masuk sampai ke dalam sendi dan tulang. Infeksi sendi (septic
arthritis) bisa merusak tulang rawan dan jaringan. Sementara infeksi tulang (osteomielitis)
akan mengurangi fungsi sendi serta anggota badan.
- Kanker
Luka yang tidak sembuh dalam jangka panjang (Marjolin’s ulcer) dapat berkembang
menjadi squamous cell carcinoma, yakni kanker pada sel-sel skuamosa.
- Sepsis
Walau jarang, ulkus pada kulit dapat menyebabkan sepsis. Sepsis adalah kondisi yang terjadi
ketika bakteri atau virus masuk ke aliran darah dan memicu beragam gejala. Kondisi ini bisa
berujung pada kematian bila tidak segera ditangani.
6. Cara Mencegah Ulkus Dekubitus
Pencegahan ulkus dekubitus dapat dilakukan dengan:
- Berhenti merokok
7. Cara Mengobati
Pengobatan ulkus dekubitus yang utama dilakukan dengan mengurangi tekanan pada
kulit mengalami luka, merawat luka tersebut, mengurangi rasa sakit, mencegah infeksi, serta
menjaga nutrisi yang baik.
1) Mengurangi tekanan
Tahap pertama dari pengobatan ulkus adalah mengurangi tekanan dan gesekan yang memicu
ulkus. Langkah-langkahnya meliputi:
- Mengganti perban
Perban dapat mempercepat penyembuhan dan menjaga kelembapan luka. Kondisi ini akan
menghalangi infeksi dan menjaga agar kulit di sekitar luka tetap kering.
3) Mengangkat jaringan yang rusak atau mati
Supaya dapat sembuh dengan baik, luka harus bebas dari jaringan yang rusak, mati, atau
terinfeksi. Mengangkat jaringan (debridement) dapat dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya, membilas luka dengan air atau memotong jaringan yang rusak maupun mati.Namun
harap diingat bahwa membuang jaringan yang rusak dan mati sebaiknya dilakukan oleh
dokter atau petugas emdis profesional.
4) Menggunakan obat untuk mengurangi nyeri
Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) dapat diberikan untuk mengurangi rasa sakit.
Contohnya, seperti ibuprofen dan naproxen.Obat-obatan tersebut juga sangat membantu pada
sebelum atau setelah pasien dibantu untuk berganti posisi maupun perawatan luka. Sementara
obat nyeri topikal (yang dioleskan pada kulit) dapat membantu mengurangi nyeri selama
perawatan luka.
5) Mengonsumsi obat untuk melawan infeksi
Ulkus dekubitus yang tidak merespons dengan baik terhadap penanganan lain, bisa diatasi
dengan pemberian obat antibiotik topikal atau oral (minum). Dokter akan meresepkannya
sesuai dengan kondisi Anda.Gunakanlah antibiotik sesuai dengan anjuran dokter. Jangan
berhenti memakainya tanpa berkonsultasi dengan dokter karena dapat memicu resistansi
antibiotik, yakni kondisi bakteri yang resistan terhadap antibiotik.
6) Menerapkan pola makan yang sehat
Nutrisi yang baik akan membantu dalam menyembuhkan luka. Kondisi kesehatan Anda pun
bisa terbantu dengan langkah ini.
7) Melakukan terapi tekanan negatif
Terapi ini juga disebut vacuum-assisted closure (VAC), dengan menggunakan alat penyedot
untuk membersihkan luka.
8) Menjalani pembedahan
Ulkus dekubitus berukuran besar dan tidak kunjung sembuh mungkin membutuhkan operasi.
Salah satu metode operasinya adalah dengan mengambil bagian dari otot, kulit, atau jaringan
tubuh lain dan mencangkoknya untuk menutupi luka dan menjadi bantalan dari tulang yang
terkena.
BAB III
PEMBAHASAN
a. Identitas
b. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga ia mencari pertolongan.
Keluhan yang diungkapkan klien pada umumnya yaitu adanya asa nyeri.Lokasi luka
biasanya terdapat pada daerah-daerah yang menonjol,misalnya pada daerah belakang
kepala,daerah bokong,tumit,bahu,dan daerah pangkal paha yang mengalami ischema
sehingga terjadi ulkus dekubitus (Bouwhuizen,1986).
e. Riwayat pengobatan
Apakah klien pernah menggunakan obat-obatan. Yang perlu dikaji perawat yaitu :
kapan pengobatan dimulai,dosis dan frekuensi,waktu berakhirnya minum obat.
f. Riwayat diet
Yang dikaji yaitu berat badan, tinggi badan,pertumbuhan badan dan makanan yang
dikonsumsi ehari-hari. Nutrisi yang kurang adekuat menyebabkan kulit mudah terkena
lesi dan poses penyembuhan yang lama.
h. Riwayat kesehatan
Seperti :
Immobilisasi
Inkontinensia
i. Pengkajian psikososial
Kemungkinan hasil pemeriksaan psikososial yang tampak pada klien yaitu : perasaan
depresi, frustasi, ansietas atau kecemasan, keputusasaan.
j. Aktivitas sehari-hari
Pasien yang immobilisasi dalam waktu yang lama maka bukan terjadi ulkus pada
daerah yang menonjol karena berat badan bertumpu pada daerah kecil yang tidak
banyak jaringan dibawah kulit untuk menahan kerusakan kulit.sehingga diperlukan
peningkatan latihan rentang gerak dan mengangkat berat badan. Tetapi jika terjadi
paraplegi maka akan terjadi kekuatan otot tidak ada (pada ekstremitas
bawah),penurunan peristalltik usus (terjadi konstipasi),nafsu makan menurun dan
defisit sensoori pada daerah yang paraplegi.
k. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan sakit dan gelisah/cemas akibat adanya
kerusakan integritas kulit yang dialami.
Tanda-tanda vital : tekanan darah normal, nadi cepat, suhu meningkat dan respirasi
rate meningkat.
2. Mata
3. Hidung
4. Mulut
5. Telinga
6. Leher
Mengetahui posisi trakea, denyut nadi karotis, ada tidaknya pembesaran vena
jugularis dan kelenjar linve.
- Pemeriksaan dada dan toraks
Infeksi bentuk toraks dan ekspansi paru, aukultasi irama pernapasan, vokal
premitus, adanya suara tambahan, bunyi jantung, perkusi toraks untuk
mencari ketidaknormalan pada daerah toraks.
- Urogenital
- Muskuloskeletal
Adanya fraktur pada tulang akan menyebabkan klien bed-rest dalam waktu
lama, sehingga terjadi penurunan kekuatan otot.
- Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran dikaji dengan sistim GCS. Nilainya bisa menurun bila
terjadi nyeri hebat (syok neurogenik) dan panas/demam tinggi, mual muntah,
dan kaku kuduk.
- Warna, dipengaruhi oleh alian darah, oksigenasi, suhu badan dan produksi pigmen.
- Integritas, yang harus diperhatikan yaitu lokasi, bentuk, warna, distribusi, apakah
ada drainase/infeksi.
- Kebersihan kulit
- Palpasi kulit, yang perlu diperhatikan yaitu lesi pada kulit, kelembapan, suhu,
tekstur/elastisitas, turgor kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan integritas
2) Nyeri kronis
3) Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
SDKI
a) Gangguan integritas kulit (D0129)
Definisi: kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis atau jaringan membran mukosa,
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan ligamen).
Gejala dan Tanda Mayor :
Objektif
- Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
Objektif
- Nyeri
- Perdarahan
- Kemerahan
- Hematoma
SLKI
a) Gangguan Integritas kulit
Luaran Utama : Integritas kulit dan jaringan
Luaran tambahan : Penyembuhan luka
Pemulihan pasca bedah
Perfusi perifer
Respon alergi lokal
Status nutrisi
Status sirkulasi
Termoregulasi
Kriteria hasil : Penyatuan kulit Meningkat
Penyatuan tepi luka Meningkat
Jaringan Granulasi Meningkat
SIKI
a) Gangguan Integritas Kulit
Intervensi Utama : Perawatan Integritas Kulit
Perawatan Luka
Intervensi Pendukung : Dukungan perawatan diri
Edukasi perawatan kulit
Edukasi program pengobatan
Tindakan :
Observasi
- Monitor karakteristik luka (misalnya drainase,warna,ukuran,bau)
- Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
- Lepaskan balutan dan plster secara perlahan
- Cukur rambut disekitar daerah luka, jika perlu
- Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nn toxic,sesuai kebutuhan
- Bersihkan jaringan nekrotik
- Berikan salep yang sesuai kekulit atau lesi jika perlu
- Pasang balutan sesuai jenis luka
- Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
- Verikan terapi TENS (stimulasi saraf transkutaneus), jika perlu
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi makanana tinggi kalori dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
- Kolaborsi prosedur debridemen (misalnya, enjimatik,biologis,mekanis, autolitik), jika
perlu
- Kolaborasi pemberian anibotik,jika perlu.
SDKI
b) Nyeri kronis (D0078)
Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga
berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Gejala dan Tanda Mayor :
Subjektif
- Mengeluh nyeri
- Merasa depresi (tertekan)
Objektif
- Tampak meringis
- Gelisah
- Tidak mampu menuntaskan aktifitas
Gejala dan tanda minor
Subjektif
- Merasa takut mengalami cedera berulang
Objektif
- Bersikap protektif (misalnya posisi menghidari nyeri)
- Waspada
- Pola tidur berubah
- Anoreksia
- Fokus menyempit
- Berfokus pada diri sendiri.
SLKI
b) Nyeri kronis
Luaran Utama : Tingkat nyeri
Luaran tambahan : kontrol gejala
Kontrol nyeri
Mobilitas fisik
Pola tidur
Tingkat agitasi
Tingkat anxietas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dekubitus adalah terjadinya kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah
kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada
suatu area secara terus-menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
setempat. Luka dekubitus dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor ekstrensik dan
instrinsik. Faktor ekstrensik terdiri dari tekanan, pergesekan dan pergeseran, dan
kelembaban. Sementara faktor instrinsik yaitu usia, temperatur, dan nutrisi.
Klasifikasi perkembangan dekubitus terdapat 5 derajat, yaitu derajat 1 hipertermia
memucat, derajat 2 hipertermia yang tidak memucat, derajat 3 ulserasi
perkembangan melewati dermis, derajat 4 ulkus meluas kedalam lemak, derajat 5
nekrosis infektif menembus kebawah menuju fasia profunda.
4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang askep luka dekubitus ini dapat
memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik
keperawatan. Juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1995). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinik. Edisi 6.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Aapani, Reny Yuli. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik., Aplikasi NANDA, NIC
dan NOC, Jilid. Penerbit : Buku Mahasiswa Kesehatan. Jakarta.
Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Edisi 4, Vol 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari. Jakarta, EGC.