Anda di halaman 1dari 27

TUGAS IBU DAN ANAK

ASKEP KESEHATAN REPRODUKSI WANITA TENTANG

GANGGUAN MENSTRUASI

Di Susun Oleh :

Rahmat Caesar
Riky Pratama
Sindi Wahyuni
Sri Rahayu
Steven k Lapandio
Winda
Wulan Nurjahnu
I Ketut Helda
Balsirat
Lili Nurfiayani

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI DIV KEPERAWATAN PALU
T/A 2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel
tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas
dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin
faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita,
status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-
kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada
kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang
wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga
40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda
dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk
kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.

Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita
setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan
oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan,
dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal.
Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita
tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indung telur untuk mulai
berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur wanita dan
mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma
pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah
dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung
selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya
akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi menstruasi ?


2. Bagaimana siklus menstruasi ?
3. Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
4. Apakah definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam mentruasi ?
8. Bagaimana Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan gangguan dalam menstruasi.

2. Tujuan khusus

1. Menjelaskan definisi dari menstruasi


2. Menjelaskan siklus menstruasi
3. Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4. Menjelaskan definisi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
5. Menjelaskan patofisiologi dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
6. Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7. Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam – macam gangguan dalam
mentruasi
8. Menjelaskan Web of Caution dari macam – macam gangguan dalam menstruasi
9. Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam menstruasi
D. Manfaat

1. Pembaca dapat memahami definisi, etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan


medis, serta patofisiologi gangguan yang terjadi pada saat menstruasi.
2. Pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat memahami asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pada saat menstruasi.
3. Perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan
gangguan dalam menstruasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan


endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada
saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan – perubahan siklik maupun
lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).

Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim,
berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto
Kadarusman,2000).

Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan


pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Menstruasi yang
terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. menstruasi
biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya
terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 – 7 hari.

B. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki
siklus 25 – 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun
beberapa wanita memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya
masalah kesuburan.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi hari
dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian dihitung sampai
dengan hari terakhir – yaitu 1 hari sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya
dimulai.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar


200.000 hingga 400.000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya
satu atau beberapa sel telur yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14
sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur
tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk
kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan “OVULASI”.

Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan hormon yang
disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran darah sehingga membuat sel-
sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium. Salah satu atau beberapa sel telur kemudian
tumbuh lebih cepat daripada sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian
mulai memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam aliran darah.
Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH membantu sel telur yang dominan
tersebut tumbuh dan kemudian memberi signal kepada rahim agar mempersiapkan diri
untuk menerima sel telur tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir
yang lebih banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah
berhubungan intim.

Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari dalam otak yang
disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini dilepas dalam jumlah banyak dan
memicu terjadinya pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba
falopi. Jika pada saat ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel
telur tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.

Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk berjalan menuju tuba
falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya “menanamkan diri” didalam rahim. Kemudian,
sel telur tersebut akan membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic
Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio didalam rahim.

Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka endometrium akan
meluruh dan terjadilah proses menstruasi.

C. Gangguan dalam menstruasi

1. Definisi

Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang


dapat berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.
2. Macam – macam gangguan menstruasi

a. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)

Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu


sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang
walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.

Penyrbab ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan
dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan
pengurangan produksi progesteron.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang


peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang
lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-
faktor psikologis.

Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam


darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental.
Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6
(piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol
produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya
persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi.

Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah


prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus.
Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme
tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami
sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.

Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid


(GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur
efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia,
nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb.
Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi,
dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.

Terapi yang diberikan berupa :

1) Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10


hari sebelum haid
2) Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
3) Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat
4) Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari
sebelum haid
5) Psikoterapi suportif
b. Disminorea

Disminorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat
wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur. Nyeri sering bersamaan dengan
rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Dikenal adanya
disminore primer dan sekunder.

Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :

1) Nyeri haid primer

Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu,
tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika
dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.

2) Nyeri haid sekunder

Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan
kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
Penyebab pasti disminore primer belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat
berperan terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer umumnya dijumpai pada
wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab tersering disminore sekunder
adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna

3) Pada disminorea primer :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan
hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis
senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam
arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium
akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan
prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya,
yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan
kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke
uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang
rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik
dan kimia.

4) Pada disminorea sekunder :

Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis


serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus
sehingga timbul rasa nyeri

Manifestasi klinis :

Disminore Primer :

a) Usia lebih muda


b) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c) Sering pada nulipara
d) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik
e) Nyeri timbul mendahului haid
f) Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
g) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik
h) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
i) Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
j) Pemeriksaan pelvik normal
k) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

Disminore Sekunder

a) Usia lebih tua


b) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
c) Tidak berhubungan dengan paritas
d) Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
e) Neri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
f) Berhubungan dengan kelainan pelvik
g) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
h) Seringkali memerlikan tindakan operatif
i) Terdapat kelainan pelvik
5) Terapi yang diberikan :
a) Penerangan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang
tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi
mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-
nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin
berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
b) Pemberian obat analgesik
Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di
tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin,
fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin,
ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
c) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara
dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore
primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting
pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian
salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
d) Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk
disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70%
penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya
pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan
pada hari pertama haid.
c. Perdarahan Uterus Abnormal
1) Hipermenore (Menorraghia)

Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu


menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya
banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-
siklus yang teratur.

Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari


dengan kehilangan darah lebih dari 80ml

a) 40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak
ada patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus
disfungsional.

b) Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro versi, first
menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa di
ovarium.
c) Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
d) Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD
akan meningkatkan aliran menstruasi.
e) Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia dapat mengakibatkan
amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka
kecil).
f) Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya kurang.
g) Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah, juga
karena tonus otot kurang.
h) Hypertensi.
i) Decompensatio cordis.
j) Infeksi : endometriosis, salphingitis.
k) Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah balik.
l) Penyakit darah : Hemofili

Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing


hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-
stimulating hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di
ovarium tumbuh dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon
(LH) dan FSH menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan
esterogen yang berfungsi menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah
ovum dilepaskan kadar FSH dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum
akan berkembang menjadi korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi
progesteron. Progesteron menyebabkan poliferasi endometrium untuk
berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi.
Menstruasi berasal dari dari peluruhan endometrium sebagai akibat dari
penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat involusi korpus luteum.

Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi


awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga
terjadi pada beberapa kondisi patologis.

Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi


dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya
tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi
esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

Manifestasi klinis: Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.

Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :

1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
4) Kesemutan pada kaki dan tangan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi

Terapi yang diberikan:

Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :

1) Umur dan riwayat kesehatan


2) Kondisi sebelumnya
3) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik

Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah
yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau
ibuprofen.
3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4) Progesteron (terapi hormon)
5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)
2) Amenore

Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah


tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih. Klasifikasi amenore :
a) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat
menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
b) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche
c) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama
kehamilan, selama menyusui dan setelah menapause.

Disebabkan karena :

a) Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )


b) Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim
atau vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada
selaput yang menutupi vagina terlalu sempit / himen imperforata )
c) Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain )
d) Kelainan bawaan pada sistem kelamin
e) Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer )
dimana sel hanya mengandung 1 kromosom X )
f) Obesitas yang ekstrim
g) Hipoglikemia
h) Disgenesis gonad
i) Hipogonadisme hipogonadotropik
j) Sindroma feminisasi testis
k) Hermafrodit sejati
l) Penyakit menahun
m) Kekurangan gizi
n) Penyakit Cushing
o) Fibrosis kistik
p) Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
q) Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
r) Hipotiroidisme
s) Sindroma adrenogenital
t) Sindroma Prader-willi
Penyebab amenore sekunder :

1. Kehamilan
2. Kecemasan akan kehamilan
3. Penurunan berat badan yang drastis
4. Olah raga yang berlebihan
5. Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
6. Mengkonsumsi hormon tambahan
7. Obesitas
8. Stres emosional
9. Menopause
10. Kelinan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah
besar hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
11. Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid
)
12. Prosedur dilatasi kuratesa
13. Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom
Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan )

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore
primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan
aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina
kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad,
yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini
menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.

Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan
estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.

Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore


primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH
dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-


hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat
bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh adanya
obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena adanya
abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan
polycystic ovary syndrome.

Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.

Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan


ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut
kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.

Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan


pembesaran perut.

Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

a) Sakit kepala
b) Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui )
c) Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
d) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e) Vagina yang kering
f) Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara

Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika


penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang
berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.

Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (


amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan
setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.

D. ANATOMI FISIOLOGI

Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel


dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari
janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat
gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi
merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu
keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita
dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada
usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-
ovarium.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini
menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH.
Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang
disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan
balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang
baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel
de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi.

Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus
luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon
gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan
kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium.
Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi,
maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:

1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium
berada dalam kadar paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua
fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan
sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium :

1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang
berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses
ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada
manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus
menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka
waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus menstruasi normal:

1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada
pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus
sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari
korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan
pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH
hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH
yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah
hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan
terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase
transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya
E. WOC
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
a. Identitas

Nama
Umur
Alamat
Status
No MR
Penanggung jawab

b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat
ini, biasanya klien mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan
nutrisi yan tidak baik.
- Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen, klien mengatakan
tidak bisa beraktifitas,klien biasanya mengatakan badan terasa demam, klien
biasanya mengatakan cemas terhadap penyakit yang diderita sekarang
- Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti klien.
c. Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan wajah : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak oedema,tidak ada
lesi, wajah biasanya oval
b) Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
c) Leher : Biasanya JVP dalam normal
d) Abdomen (Perut)

 Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada
kelainan umbilikus dan adanya pergerakan didindng abdomen
 Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop)
 Palpasi : biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba
 Perkusi : biasanya tympani

e) Thorak (dada)
Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang
belakang
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Biasanya vesikuler
f) Jantung

inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Biasanya Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Biasanya pekak
Auskultasi : Biasanya irama jantung teratur
g) Kesadaran

Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
h) ekstermitas

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanya tidak ada


perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri
spinal.
d. Pengkakjian bio-psiko-sosisal dan spiritual
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Biasanya pasien tidak menengetahui tentang penyakit
- Biasanya pasien kebiasaan minum alkohol, kafein
b) Pola aktivitas dan latihan
- Jarang berolah raga
- Istirahat kurang dari kebutuhan
c) Pola tidur dan istirahat
- Biasanya tidur terganggu karena adanya nyeri
d) Pola reproduksi seksualitas
- Usia remaja dan dewasa
e) Pola mekanisme koping terhadap stres
Stres, cemas karena penyakitnya
II. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdome
III. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

1 Nyeri akut NOC : NIC :


Batasan karakteristik : - Pain level Pain management
- Perubahan selera
- Pain control - Lakukan pengakajian nyeri
makan - Comfort level secara komprehensif
- Perubahan tekanan KH : termasuk lokasi,
darah - Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
- Perubahan frekuensi (tahu penyebeb nyeri, frekuensi, kualitas dan faktor
jantung mampu menggunakan presipitasi.
- Perubahan frekuensi teknik nonfarmakologi
- Observasi reaksi nonverbal
pernapasan untuk mengurangi nyeri, dari ketidaknyamanan
- Diaforesis mencari bantuan) - Gunakan teknik komunikasi
- Perubahan posisi untuk
- Melaporkan bahwa nyeri teraupetik untuk mengetahui
menghidari nyeri berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
- Dilatasi pupil menggunakan manajemen
- Kaji kultur yang
- Sikap tubuh nyeri mempengaruhi respon nyeri
melindungi - Mampu mengenali nyeri
- Evaluasi pengalaman nyeri
- Gangguan tidur (skala intensitas, frekuensi masa lampau
dan tanda nyeri) - Evaluasi bersama pasien dan
- Menyatakan rasa nyaman tim kesehatan lain tentang
setealah nyeri berkurang ketidakefektifan kontrol
nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
- Kaji tipe dan sumber nyeri
- Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri

2 Intoleransi aktifitas NOC NIC


Batasan karakteristik :- Energy conservation Activity Therapy
 -
Respon tekanan darah Activity tolerance - Kolaborasi dengan tenaga
abnormal -
terhadap Self care : ADLs rehabilitasi
aktivitas KH: - Bantu klien untuk
 Tekanan -
frekuensi Berpatisipasi dalam mengidentifikasi aktivitas
jantung abnormal aktivitas fisik yang mampu dilakukan
terhadap aktivitas - Mempu melakukan
- Bantu klien untuk membuat

 Ketidaknyamanan aktivitas sehari-hari jadwal latihan

setelah beraktivitas - Tanda-tanda vital normeal


- Bantu untuk memilih

 -
Menyatakan merasa Energy psikomotor aktivitas yang sesuai dengan

letih - Sirkulasi status baik kemampuan fisik


- Mampu berpindah tanpa
- Sediakan penguatan positif
bantuan bagi yang aktif beraktivitas
 Menyatakan merasa - Monitor respon
lemah fisik,emosi,sosial dan
spiritual

3 Ansietas NOC NIC


Batasan karakteristik: - Anxiety self control Anxiety Reduction
- Penurunan
- Anxiety level - Gunakan pendekatan yang
produktivitas - Coping menyenangkan
- Gerakan yang relevan KH: - Nyatakan dengan jelas
- Gelisah - Klien mampu harapan terhadap pelaku
- Melihat sepintas mengidentifikasi gejala pasien
- Kontak mata yang cemas - Temani pasien untik
buruk - Mengungkapkan teknik memberikan keamanan
- Mengekspresikan untuk mengontrol cemas - Bantu pasien untuk
kekhawatiran - Vital sign dalam batas mengenal situasi yang
- Tampak waspada normal menimbulkan kecemasan
- Tingkat aktivitas
- Instruksikan pasien
menunjukan berkurangnya menggunakan teknik
kecemasan relaksasi
- Berikan obat mengurangi
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai