Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

BRONCHIOLITIS

Kelompok 1 :
Ani Murniati (202212100054)
Delima Sihombing (202212100055)
Gilang Ramadan (202212100060)
Nurmelati (202212100063)
Nursiyami Padlah (202212100064)
Rudiansyah (202212100067)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BOROBUDUR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkiolitis adalah infeksi saluran pernapasan paling serius yang diderita


bayi berusia di bawah 12 bulan, lebih sering disebabkan oleh respiratory syncytial
virus (RSV). Penyakit ini dapat menyebabkan peradangan pada bronkiolus yaitu
saluran udara terkecil, sehingga menimbulkan penyempitan jalan nafas dan
mengganggu pertukaran gas ke dan dari dalam alveoli. Gangguan ini biasa terjadi
terutama selama musim dingin dan menurun di musim panas. Mereka yang berisiko
tinggi terkena penyakit ini adalah bayi yang lahir prematur dan mengidap penyakit
paru-paru atau bayi dengan penyakit jantung bawaan. Bronkiolitis adalah alasan
paling banyak untuk anak dirawat di rumah sakit dalam 6 bulan pertama
kehidupannya. Usia tertinggi untuk anak yang terkena bronkiolitis adalah pada 12
bulan, usia dalam mayoritas di negara Australia , Selandia Baru atau Melanesia dan
Inggris. Namun demikian, orang Eropa dan Amerika Utara sering mendefinisikan
bronkiolitis seperti mengi, dan sering mepublikasikan serta mempertimbangkan
diagnosis sampai dengan usia 3 tahun yang terkadang menjadi permasalahan yang
muncul saat studi-studi kasus internasional.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengetahui


“Bagaimanakah proses Asuhan keperawatan pada Anak dengan gannguan sistem
pernapasan : Bronkiolitis

C. Tujuan penulisan

a. Tujuan umum dari penulisan ini adalah: Agar perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan berdasarkan data
dan keluhan-keluhan yang di dapat dari pasien.

b. Tujuan khusus dari penulisan ini adalah agar penulis dan para pembaca
mengetauhi tentang:
Konsep Dasar Bronkiolitis:

1. Pengertian penyakit bronkiolitis

2. Etiologi penyakit bronkiolitis

3. Patofisiologi penyakit bronkiolitis

4. Pemeriksaan penunjang penyakit bronkiolitis


Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak
1. Pengertian bersihan jalan nafas
2. Gejala tanda mayor
3. Gejala tanda minor
4. Pengkajian data dasar penyakit bronkiolitis
5. Diagnosa keperawatan bronkiolitis
6. Rencana keperawatan bronkiolitis
7. Intervensi penyakit bronkiolitis
8. Implementasi keperawatan bronkiolitis
9. Evaluasi pada penyakit bronkiolitis

D. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan


dengan keperawatan anak terutama dengan gangguan sistem pernapasan :
bronkiolitis.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan Bagi instutisi pendidikan ilmu keperawatan


sebagai bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan
khususnya mahasiswa keperawatan dalam hal penambahan pengetahuan dan
perkembangan tentang penyakit gangguan sistem pernapasan : bronkiolitis pada
anak.

3. Manfaat bagi penulis Untuk mengetahui lebih luas dan lebih dalam tentang tata
cara penanganan penyakit gangguan sistem pernapasan : bronkiolitis pada anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bronkiolitis


1. Pengertian

Bronkiolitis adalah suatu penyakit paru obstruktif pada bayi dan anak yang
paling sering disebabkan oleh infeksi RSV (respiratory syncytial virus) (Bernstein
& P. shelov, 2016). Bronkiolitis sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari
dua tahun paling sering pada usia 6 bulan (Ngastiyah, 2005). Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi yang mempengaruhi saluran udara kecil (bronkiolus) dan
mengganggu fungsi paru-paru penderitanya. Pada saat bronkiolus meradang,
saluran ini membengkak dan menghasilkan lender sehingga menutup jalan napas.
Pada anak-anak, bronkiolitis memiliki beberapa sifat khas, yakni sebagai berikut
(Mendri & Sarwo prayogi, 2017) :
a. Paling sering menyerang bayi dan balita karena hidung dan saluran udara kecil
(bronkiolus) lebih mudah terhambat daripada anak-anak yang lebih tua atau
orang dewasa
b. Biasanya terjadi selama 2 tahun pertama kehidupan, yang paling umum sekitar
3 sampai usia 6 bulan
c. Lebih umum pada laki-laki, bayi premature, anak-anak yang belum ASI, dan
mereka yang hidup dalam kondisi yang penuh sesak (Mendri & Sarwo
prayogi, 2017)
Tabel 1

Penilaian pada anak dengan bronchiolitis menggunakan Bronchiolitis Assessment


Tool (BAT)

Ringan Sedang Parah


Mengi Tidak ada Ekspirasi Inspirasi dan
ekspirasi
Makanan Normal Kurang dari Tidak tertarik.
biasanya sering Terengah-engah/
berhenti makan. batuk. Kurang
Lebih ½ dari dari ½ porsi
porsi normal normal

Oksigen Tidak Mungkin Membutuhkan


membutuhkan membutuhkan oksigen
oksigen oksigen
Menggambarkan Ada atau ringan Intercostal dan Berat dengan
atau hidung melebar
trakeosternal
Perilaku Normal Beberapa sifat Cepat marah atau
cepat marah kelesuan
(Sumber : Gavin, Raewyn. Starship Kesehatan Anak pedoman Klinis. 2010)

2. Etiologi
a. Sebagian besar oleh Syncytial virus (50-90%)
b. Parainfluenza
c. Rhinovirus
d. Adenovirus
e. Influenza
f. Mycoplasma pneumoniae
g. Metapneumovirus
Menurut (Ventre K,2004) dalam (Meates-Dennis, 2005).

3. Patofisiologi
Bronkilitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh virus, parainfluenza dan bakteri. Bronkiolitis akut ditandai
obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh odema, penimbunan lendir serta debris-
debris seluler. Bronkiolitis mempengaruhi sel epitl saluran pernafasan.
Perkembangan sel silia, menonjol keluar masuk ke lumen dan kehilangan silia. RSV
memproduksi perpaduan infeksi membran sel dengan membran sel yang berdekatan
dengan sel epitel, jadi pembentukan sel giant dengan nukleus multiple. Pada tingkat
sel ini hasil perpaduan massa nukleus multiple protoplasma atau “Synictia”
terbentuk.
Pembengkakan mukosa bronkiolus dan luminal sudah terisi dengan mucus dan
exudat. Dinding Bronchi dan bronkiolus diinfiltrat dengan pembengkakan seldan
interstisial peribronkhial pnemotitis biasanya menyebabkan luminal sel epitel
dilepaskan masuk kedalam bronkiolus jika sel mati, luminal sering kali obstruksi.
Terutama pada saat ekspirasi. Derajat yang bervariasi pada obstruksi yang
dihasilkan dengan lintas jalan udara kecil yang berperan penting dalam hiperinflasi,
obstruksi parsial dan area atelektasis tidak sempurna atau setengah-setengah.
Pembesaran jalan udara pada bronchial saat inspirasi yang membuktikan cukup
ruang untuk masuknya udara tapi penyempitan jalan udara ekspirasi mencegah
udara meninggalkan paru-paru. Jadi udara terperangkap pada bagian distalobstruksi
dan menyebabkan overinflasi progresif (empisema).
Bronkiolitis (RSV) dalam secret dapat hidup lebih lama selama berjam-jam
pada sarng tangan, tissu kertas dan pakaian. Selama satu setengah jam pada kulit.
Hal ini menimbulkan bekas infeksi ditularkan dari tangan atau benda, jarak
penyebaran RSV oleh pertikel kecil aerosol (Airbone transmission) yang tidak
didokumentasikn.
Faktor penyebab (virus, bakteri, orang lain
yang terinfeksi)

Infeksi saluran pernafasan atas

Penetrasi patogen pada mukosa saluran


pernafasan

Timbul respon inflamasi akut

Peradangan pada Bronkiolus

Hipertrofi kelenjar mukosa dan bronkiolus Odema pada beonkiolus

Aktivitas silia dan fagositosis Penurunan kapasitas vital paru

Peningkatan sekresi bronciolus Ketidak seimbangan ventilasi

Penumpukan mukus Suplay O2 ↓

Bersihan jalan nafas sesak Pusat termogulasi di hipotalamus


tidak efektif merespon

Pola nafas tidak


Obstruksi total efektif Peningkatan suhu tubuh
bronkiolus

Hipertermi
Hipoksemia

Pusat termogulasi di
PaCO2 ↑ hipotalamus merespon

Gangguan pertukaran gas


4. Manifestasi klinis
a. Sering bersin dan banyak secret atau lender
b. Demam ringan
c. Tidak dapat makan dan gangguan tidur
d. Retraksi atau tarikan pada dinding-dinding dada; suprasternal, intercostal, dan
subcostal pada inspirasi
e. Cuping hidung
f. Nafas cepat
g. Dapat juga sianosis
h. Batuk-batuk
i. Wheezing
j. Iritabel
k. Cemas(Suriadi & Yuliani, 2006)

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : pada toraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan
hipererasi dan diameter anterior-posterior membesar pada foto lateral.
Ditemukan bercak-bercak konsolidasi tersebar disebabkan atelectasis atau radang
(Ngastiyah, 2005).
b. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah tepi dalam batas normal,kimia
darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolic. Usapan
nasofaring menunjukkan flora bakteri normal (Ngastiyah, 2005).
c. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis
buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
d. Analisa gas darah : Hiperkarpnia sebagai tanda air trapping, asidosis
respiratorik.
e. Ditentukan berdasarkan pemeriksaan fidik seperti rhinitis, batuk, wheezing,
retraksi dada dan takipnea.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak Bronchiolitis

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses mengumpulkan informasi atau dasar tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan. Tujuan dari pengkajian adalah
untuk memperoleh informasi tentang kesehatan klien, menentukan masalah
keperawatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat
dalam menentukan langkah-langkah berikutnya (Dermawan, 2012).
a. Biodata Pasien
Biodata pasien setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
dan pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan tahap perkembangan baik pasien
secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah atau
penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien
masalah atau penyakitnya (Muttaqin, 2014).
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu.
Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan
masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga (Muttaqin, 2014).
c. Keluhan utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien
tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien
Bronchiolitis adalah sering bersin dengan lender, demam, serta tidak dapat makan
dan tidur terganggu (Suriadi & Yuliani, 2006).
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang difokuskan menurut (Doenges & Marilynn E,2000)adalah
sebagai berikut :
1) Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, batuk menetap disertai produksi sputum tiap hari minimal
selama 3 bulan, terpajan padapolusi kimia (rokok), debu/asap.
Tanda : Menggunakan otot bantu pernapasan, nafas cuping hidung, bibir dan dasar
kuku sianosis, krekels lembab.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, takhikarida, disritmia, edema, bunyi jantung
redup, warna kulit/ membran mukosa sianosis.
3) Makanan/ Cairan
Gejala : Mual/ muntah, nafsu makan menurun, ketidak mampuan untuk makan
karena disress pernapasan, peningkatan berat badan akibat oedema.
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat.
4) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kelelahan, malaise, aktivitas menurun, ketidakmampuan untuk
tidur,dispnea.
Tanda : Keletihan, gelisah, kelemahan.

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien bronkiolitis diantaranya adalah (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017):
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (SDKI D.000) berhubungan dengan
sekresi yang tertahan, peningkatan produksi mucus dan penyempitan jalan
nafas.
b. Pola nafas tidak efektif (SDKI D.0005) berhubungan dengan sesak, peningkatan
frekuensi pernafasan
c. Hipertermi (SDKI D.0130) berhubungan dengan proses infeksi.
d. Gangguan pertukaran gas (SDKI D.0003) berhubungan dengan edema
bronkiolar dan peningkatan produksi mucus yang kental

6. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh
pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan masalah (Kozier, Erb, & Snyder, 2010). Menurut McCloskey &
Bulecheck (2000), intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil
pada pasien (Kozier et al., 2010).
Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (SDKI D.000) berhubungan dengan
sekresi yang tertahan, peningkatan produksi mucus dan penyempitan jalan
nafas.
1) Tujuan: Bersihan jalan nafas meningkat. (SLKI L.01002)
2) Kriteria hasil:
a) Batuk efektif meningkat.
b) Mengeluarkan secret secara efektif.
c) Produksi sputum menurun, jalan nafas paten
d) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas wheezing menurun
3) Intervensi keperawatan
a) Latihan batuk efektif (SIKI I.01006)
Observasi :
 Identifikasi kemampuan batuk
 Monitor adanya retensi sputum
 Monitor input dan output cairan
Terapeutik :
 Atur posisi semofowler dan fowler
 Pasang perlak dan bengkok
 Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi :
 Jelaskan pada keluarga tujuan dan proedur batuk efektif
 Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung(oksigen, mesin
penghisapan, spinometer, inhaler, dan intermittent positif pressure
breathing (IPPB).
 Informasikan kepada keluarga tentang larangan merokok
 Bila memungkinkan, ajarkan tarik nafas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahn selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Bila memungkinkan, ajarkan batuk kuat langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke 3.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian mukolitik atau expectoran, jika perlu.
b) Managemen jalan nafas (SIKI I01011)
Observasi :
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalamam, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (misal : gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
 Posisikan semifowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisiotherapi dada, juka perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen bila perlu
Edukasi :
 Anjurkan asupan cairan -/+ 700-800 ml/ hari, jika tidak ada kontra
indikasi
 Bila memungkinkan ajarka teknik batuk efektif.

c) Pemantauan respirasi (SIKI I.01014)


Observasi :
 Monitor Frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (Bradipneu, Tckipneu, hiperventilasi, kusmaul,
cheyne-stokes, biot, ataksis)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan expani paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD (analsa gas darah)
 Monitor hasil X-ray Thorax
Terapeutik :
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan.

b. Pola nafas tidak efektif (SDKI D.0005) berhubungan dengan sesak,


peningkatan frekuensi pernafasan
1) Tujuan : Pola nafas membaik (SLKI L.01004)
2) Kriteria hasil :
a) Dispneu menurun
b) Penggunaan otot bantu nafas menurun
c) Pemanjangan fase expansi menurun
d) Frekuensi nafas membaik
e) Kedalaman nafas membaik
3) Intervensi keperawatan :
a) Manajemen jalan nafas (SIKI I.01011)
Observasi :
 Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
 Pertahankan kepatenan jalan nafas
 Posisikan semifowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisiotherapi dada, juka perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
 Berikan oksigen bila perlu
Edukasi :
 Anjurkan asupan cairan -/+ 700-800 ml/ hari, jika tidak ada kontra
indikasi
 Bila memungkinkan ajarka teknik batuk efektif.

b) Pemantauan respirasi (SIKI I.01014)


Observasi :
 Monitor frekuensi, irama, kedalamna, dan upaya nafas
 Monitor pola nafas (seperti bradypneu, takipneu, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor produksi sputum
 Monitor sumbatan jalan nafas
 Palpasi kesimetrisan expansi paru
 Auskultasi bunyi nafas
 Monitor saturasi oksigen
 Montor AGD (Analisa gas darah)
 Monitor hasil X-ray Thorax
Terapeutik :
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

c. Hipertermi (SDKI D.0130) berhubungan dengan proses infeksi


1) Tujuan : termogulasi membaik (SLKI L.14134)
2) Kriteria hasil :
a) Menggigil menurun
b) Suhu tubuh membaik
c) Suhu kulit membaik
3) Intervensi keperawatan :
a) Manajemen hipertermi (SIKI I.15506)
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urin
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

b) Regulasi temperatur (SIKI I.14578)


Observasi :
 Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5 - 37,5 0C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi dan hipertermi
Terapeutik :
 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir (mis:
bahan polyethylene, polyurethane)
 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmerPertahankan
kelembaban incubator 50% atau lebih untuk mengurangi kehilangan
panas karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak dengan
bayi (mis: selimut, kain bedongan, stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di area aliran
pendingin ruangan atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan penghangat ruangan
untuk menaikkan suhu tubuh, jika perlu
 Gunakan Kasur pendingin, water circulating blankets, ice pack, atau
gel pad dan intravascular cooling cathetherization untuk menurunkan
suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien

Edukasi

 Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke


 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara dingin
 Demonstrasikan Teknik perawatan metode kanguru (PMK) untuk
bayi BBL

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu

d. Gangguan pertukaran gas (SDKI D.0003) berhubungan dengan edema


bronkiolar dan peningkatan produksi mucus yang kental
1) Tujuan : pertukaran gas meningkat
2) Kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Takikardia menurun
d) PCO2 membaik
e) PO2 membaik
f) pH arteri membaik
3) Intervensi keperawatan :
a) Pemantauan respirasi (SIKI I.01014)
Observasi :
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasikesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai analisa gas darah
 Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

b) Terapi oksigen (SIKI I.01026)


Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
 Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa gas darah),
jika perlu
 Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan atelektasis
 Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
 Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
 Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
 Berikan oksigen tambahan, jika perlu
 Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
 Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat mobilitas
pasin
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
 Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur

8. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, implementasi adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan (Potter & Perry, 2005). Tindakan yang
dilakukan pada anak bronkiolitis dengan bersihan jalan napas
tidak efektif dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya. Waktu pelaksanaan selama 3 x 24 jam, dimulai dengan
melakukan pengkajian, membuka jalan napas dengan chin lift, memposisikan
pasien (postural drainase), memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian
bronkolidator.

9. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan (Brunner & Suddarth, 2001)
a.Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan menggunakan bronkodilator dan
terapi oksigen sesuai yang diresepkan
1) Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konfusi, atau agitasi
2) Mempunyai nilai-nilai gas darah arteri yang stabil (tetapi tidak harus nilai-nilai
yang normal karena perubahan kronis dalam kemampuan pertukaran gas dari
paru-paru)
b. Mencapai bersihan jalan napas
1) Menghindari bahan-bahan yang merangsang dan suhu ekstrim
2) Meningkatkan masukan cairan hingga 6 sampai 8 gelas sehari
3) Melakukan drainase postural dengan benar
4) Mengetahui tanda-tanda dini infeksi dan waspada terhadap pentingnya
Melaporkan tanda-tanda ini jika terjadi
c. Memperbaiki pola pernapasan
1) Berlatih dan menggunakan pernapasan digfragmatis dan bibir dirapatkan
2) Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital bernapas
d. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam batasan toleransi
1) mengatur aktivitas untuk menghindari keletihan dan disppnea
2) Menggunakan pernapasan terkendali ketika melakukan aktivitas
e. Mencapai toleransi aktivitas, dan melakukan latihan serta melakukan aktivitas
dengan sesak napas lebih sedkit
f. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif serta ikut dalam program
rehabilitasi paru
g. Patuh terhadap program terapeutik
1) Mengikuti regimen pengobatan yang diharuskan
2) Mempertahankan tingkat aktivitas yang dapat diterima

DAFTAR PUSTAKA

Aryandhito, (2010). Kegawat daruratan pediatrik, jakarta: EGC.

Astuti, H. W. & Rahmat A.S. (2010) Asuhan Keperawatan Anak Dengan Sistem Pernafasan,
jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A.A (2010). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, jakarta: EGC.

Isnaeni, S. (2015). Buku Keperawatan Pediatrik, jakarta : EGC

Ngastiah. (2014). Perawatan Anak Sakit, jakarta : EGC.

SDKI, (2017). Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuaan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai