BRONCHIOLITIS
Kelompok 1 :
Ani Murniati (202212100054)
Delima Sihombing (202212100055)
Gilang Ramadan (202212100060)
Nurmelati (202212100063)
Nursiyami Padlah (202212100064)
Rudiansyah (202212100067)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penulisan
a. Tujuan umum dari penulisan ini adalah: Agar perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan berdasarkan data
dan keluhan-keluhan yang di dapat dari pasien.
b. Tujuan khusus dari penulisan ini adalah agar penulis dan para pembaca
mengetauhi tentang:
Konsep Dasar Bronkiolitis:
D. Manfaat
3. Manfaat bagi penulis Untuk mengetahui lebih luas dan lebih dalam tentang tata
cara penanganan penyakit gangguan sistem pernapasan : bronkiolitis pada anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bronkiolitis adalah suatu penyakit paru obstruktif pada bayi dan anak yang
paling sering disebabkan oleh infeksi RSV (respiratory syncytial virus) (Bernstein
& P. shelov, 2016). Bronkiolitis sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari
dua tahun paling sering pada usia 6 bulan (Ngastiyah, 2005). Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi yang mempengaruhi saluran udara kecil (bronkiolus) dan
mengganggu fungsi paru-paru penderitanya. Pada saat bronkiolus meradang,
saluran ini membengkak dan menghasilkan lender sehingga menutup jalan napas.
Pada anak-anak, bronkiolitis memiliki beberapa sifat khas, yakni sebagai berikut
(Mendri & Sarwo prayogi, 2017) :
a. Paling sering menyerang bayi dan balita karena hidung dan saluran udara kecil
(bronkiolus) lebih mudah terhambat daripada anak-anak yang lebih tua atau
orang dewasa
b. Biasanya terjadi selama 2 tahun pertama kehidupan, yang paling umum sekitar
3 sampai usia 6 bulan
c. Lebih umum pada laki-laki, bayi premature, anak-anak yang belum ASI, dan
mereka yang hidup dalam kondisi yang penuh sesak (Mendri & Sarwo
prayogi, 2017)
Tabel 1
2. Etiologi
a. Sebagian besar oleh Syncytial virus (50-90%)
b. Parainfluenza
c. Rhinovirus
d. Adenovirus
e. Influenza
f. Mycoplasma pneumoniae
g. Metapneumovirus
Menurut (Ventre K,2004) dalam (Meates-Dennis, 2005).
3. Patofisiologi
Bronkilitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh virus, parainfluenza dan bakteri. Bronkiolitis akut ditandai
obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh odema, penimbunan lendir serta debris-
debris seluler. Bronkiolitis mempengaruhi sel epitl saluran pernafasan.
Perkembangan sel silia, menonjol keluar masuk ke lumen dan kehilangan silia. RSV
memproduksi perpaduan infeksi membran sel dengan membran sel yang berdekatan
dengan sel epitel, jadi pembentukan sel giant dengan nukleus multiple. Pada tingkat
sel ini hasil perpaduan massa nukleus multiple protoplasma atau “Synictia”
terbentuk.
Pembengkakan mukosa bronkiolus dan luminal sudah terisi dengan mucus dan
exudat. Dinding Bronchi dan bronkiolus diinfiltrat dengan pembengkakan seldan
interstisial peribronkhial pnemotitis biasanya menyebabkan luminal sel epitel
dilepaskan masuk kedalam bronkiolus jika sel mati, luminal sering kali obstruksi.
Terutama pada saat ekspirasi. Derajat yang bervariasi pada obstruksi yang
dihasilkan dengan lintas jalan udara kecil yang berperan penting dalam hiperinflasi,
obstruksi parsial dan area atelektasis tidak sempurna atau setengah-setengah.
Pembesaran jalan udara pada bronchial saat inspirasi yang membuktikan cukup
ruang untuk masuknya udara tapi penyempitan jalan udara ekspirasi mencegah
udara meninggalkan paru-paru. Jadi udara terperangkap pada bagian distalobstruksi
dan menyebabkan overinflasi progresif (empisema).
Bronkiolitis (RSV) dalam secret dapat hidup lebih lama selama berjam-jam
pada sarng tangan, tissu kertas dan pakaian. Selama satu setengah jam pada kulit.
Hal ini menimbulkan bekas infeksi ditularkan dari tangan atau benda, jarak
penyebaran RSV oleh pertikel kecil aerosol (Airbone transmission) yang tidak
didokumentasikn.
Faktor penyebab (virus, bakteri, orang lain
yang terinfeksi)
Hipertermi
Hipoksemia
Pusat termogulasi di
PaCO2 ↑ hipotalamus merespon
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : pada toraks menunjukkan paru-paru dalam keadaan
hipererasi dan diameter anterior-posterior membesar pada foto lateral.
Ditemukan bercak-bercak konsolidasi tersebar disebabkan atelectasis atau radang
(Ngastiyah, 2005).
b. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah tepi dalam batas normal,kimia
darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolic. Usapan
nasofaring menunjukkan flora bakteri normal (Ngastiyah, 2005).
c. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan
polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis
buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.
d. Analisa gas darah : Hiperkarpnia sebagai tanda air trapping, asidosis
respiratorik.
e. Ditentukan berdasarkan pemeriksaan fidik seperti rhinitis, batuk, wheezing,
retraksi dada dan takipnea.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak Bronchiolitis
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah proses mengumpulkan informasi atau dasar tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan
klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan. Tujuan dari pengkajian adalah
untuk memperoleh informasi tentang kesehatan klien, menentukan masalah
keperawatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat
dalam menentukan langkah-langkah berikutnya (Dermawan, 2012).
a. Biodata Pasien
Biodata pasien setidaknya berisi tentang nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan,
dan pendidikan. Umur pasien dapat menunjukkan tahap perkembangan baik pasien
secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah atau
penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien
masalah atau penyakitnya (Muttaqin, 2014).
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi data saat ini dan masalah yang lalu.
Perawat mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan
masa lalu, dan riwayat kesehatan keluarga (Muttaqin, 2014).
c. Keluhan utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan klien
tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien
Bronchiolitis adalah sering bersin dengan lender, demam, serta tidak dapat makan
dan tidur terganggu (Suriadi & Yuliani, 2006).
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang difokuskan menurut (Doenges & Marilynn E,2000)adalah
sebagai berikut :
1) Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, batuk menetap disertai produksi sputum tiap hari minimal
selama 3 bulan, terpajan padapolusi kimia (rokok), debu/asap.
Tanda : Menggunakan otot bantu pernapasan, nafas cuping hidung, bibir dan dasar
kuku sianosis, krekels lembab.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : Peningkatan tekanan darah, takhikarida, disritmia, edema, bunyi jantung
redup, warna kulit/ membran mukosa sianosis.
3) Makanan/ Cairan
Gejala : Mual/ muntah, nafsu makan menurun, ketidak mampuan untuk makan
karena disress pernapasan, peningkatan berat badan akibat oedema.
Tanda : Turgor kulit buruk, berkeringat.
4) Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Kelelahan, malaise, aktivitas menurun, ketidakmampuan untuk
tidur,dispnea.
Tanda : Keletihan, gelisah, kelemahan.
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien bronkiolitis diantaranya adalah (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017):
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (SDKI D.000) berhubungan dengan
sekresi yang tertahan, peningkatan produksi mucus dan penyempitan jalan
nafas.
b. Pola nafas tidak efektif (SDKI D.0005) berhubungan dengan sesak, peningkatan
frekuensi pernafasan
c. Hipertermi (SDKI D.0130) berhubungan dengan proses infeksi.
d. Gangguan pertukaran gas (SDKI D.0003) berhubungan dengan edema
bronkiolar dan peningkatan produksi mucus yang kental
6. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh
pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan masalah (Kozier, Erb, & Snyder, 2010). Menurut McCloskey &
Bulecheck (2000), intervensi keperawatan adalah setiap tindakan berdasarkan
penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil
pada pasien (Kozier et al., 2010).
Intervensi Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (SDKI D.000) berhubungan dengan
sekresi yang tertahan, peningkatan produksi mucus dan penyempitan jalan
nafas.
1) Tujuan: Bersihan jalan nafas meningkat. (SLKI L.01002)
2) Kriteria hasil:
a) Batuk efektif meningkat.
b) Mengeluarkan secret secara efektif.
c) Produksi sputum menurun, jalan nafas paten
d) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara nafas wheezing menurun
3) Intervensi keperawatan
a) Latihan batuk efektif (SIKI I.01006)
Observasi :
Identifikasi kemampuan batuk
Monitor adanya retensi sputum
Monitor input dan output cairan
Terapeutik :
Atur posisi semofowler dan fowler
Pasang perlak dan bengkok
Buang sekret pada tempat sputum
Edukasi :
Jelaskan pada keluarga tujuan dan proedur batuk efektif
Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung(oksigen, mesin
penghisapan, spinometer, inhaler, dan intermittent positif pressure
breathing (IPPB).
Informasikan kepada keluarga tentang larangan merokok
Bila memungkinkan, ajarkan tarik nafas dalam melalui hidung selama
4 detik, ditahn selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan
bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Bila memungkinkan, ajarkan batuk kuat langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke 3.
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian mukolitik atau expectoran, jika perlu.
b) Managemen jalan nafas (SIKI I01011)
Observasi :
Monitor pola nafas (frekuensi, kedalamam, usaha nafas)
Monitor bunyi nafas tambahan (misal : gurgling, mengi, wheezing,
ronchi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik :
Posisikan semifowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisiotherapi dada, juka perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Berikan oksigen bila perlu
Edukasi :
Anjurkan asupan cairan -/+ 700-800 ml/ hari, jika tidak ada kontra
indikasi
Bila memungkinkan ajarka teknik batuk efektif.
Edukasi
Kolaborasi
8. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, implementasi adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan (Potter & Perry, 2005). Tindakan yang
dilakukan pada anak bronkiolitis dengan bersihan jalan napas
tidak efektif dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya. Waktu pelaksanaan selama 3 x 24 jam, dimulai dengan
melakukan pengkajian, membuka jalan napas dengan chin lift, memposisikan
pasien (postural drainase), memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas, dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian
bronkolidator.
9. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan (Brunner & Suddarth, 2001)
a.Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan menggunakan bronkodilator dan
terapi oksigen sesuai yang diresepkan
1) Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konfusi, atau agitasi
2) Mempunyai nilai-nilai gas darah arteri yang stabil (tetapi tidak harus nilai-nilai
yang normal karena perubahan kronis dalam kemampuan pertukaran gas dari
paru-paru)
b. Mencapai bersihan jalan napas
1) Menghindari bahan-bahan yang merangsang dan suhu ekstrim
2) Meningkatkan masukan cairan hingga 6 sampai 8 gelas sehari
3) Melakukan drainase postural dengan benar
4) Mengetahui tanda-tanda dini infeksi dan waspada terhadap pentingnya
Melaporkan tanda-tanda ini jika terjadi
c. Memperbaiki pola pernapasan
1) Berlatih dan menggunakan pernapasan digfragmatis dan bibir dirapatkan
2) Menunjukkan penurunan tanda-tanda vital bernapas
d. Melakukan aktivitas perawatan diri dalam batasan toleransi
1) mengatur aktivitas untuk menghindari keletihan dan disppnea
2) Menggunakan pernapasan terkendali ketika melakukan aktivitas
e. Mencapai toleransi aktivitas, dan melakukan latihan serta melakukan aktivitas
dengan sesak napas lebih sedkit
f. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif serta ikut dalam program
rehabilitasi paru
g. Patuh terhadap program terapeutik
1) Mengikuti regimen pengobatan yang diharuskan
2) Mempertahankan tingkat aktivitas yang dapat diterima
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, H. W. & Rahmat A.S. (2010) Asuhan Keperawatan Anak Dengan Sistem Pernafasan,
jakarta: Trans Info Media.
Hidayat, A.A (2010). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, jakarta: EGC.
SDKI, (2017). Standar Diagnosis Keperwatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuaan Perawat Nasional Indonesia.