Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
NIM. 201701065
2021
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 201701065
Mengetahui,
TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN (1+2+3) Tanda Tangan Preceptor Pendidikan
(0-100)
3
2 Asuhan Keperawatan
Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 0724088502
3 Responsi
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK LAB KLINIK
TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN (1+2) Tanda Tangan Preceptor (2)
(0-100)
2
A. Anatomi Telinga
Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang
terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar
menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang
kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga
keseimbangan tubuh. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel)
dan saluran telinga (meatus auditorius eksternus). Telinga luar merupakan
tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh kulit, daun telinga kaku tetapi juga
lentur. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga (Lee KJ, 1989).
Teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah
ruang kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan
gendang telinga dengan telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah:
a. Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
b. Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
c. Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)
1. Definisi
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan
penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung
pada kemampuan mendengar (Shambaugh, 1990).
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering
kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila
kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan
pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam
telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau
mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda
tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap
enteng oleh setiap orang.
Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan
nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika
hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan
benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang
masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk.
Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang
masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan
menggunakan peralatan dan keahlian khusus.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga
yaitu (Heim SW et al, 2007) :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek
api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor
kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.
3. Manifestasi Klinis
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat
berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya
penurunan pendengaran.
a. Merasa tidak nyaman di telinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan
telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang
mauk kedalam menjadi masuk lagi.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah.
d. Rasa nyeri telinga (Otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
telinga akibat benda asing.
e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
4. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa
factor antara lain pada anak-anak yaitu faktor kesengajaan dari anak tersebut,
faktor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada
orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang
tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk dan lain-lain
(Heim SW et al, 2007).
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis
audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,
sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun,
tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut
sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane
timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran, rasa nyeri telinga/otalgia dan
kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi.
5. WOC (Web of Causation)
Ketidakseimbangan dalam
meneruskan energi sel saraf
koklea ke otak
Risiko Perdarahan
Gangguan Persepsi Sensori
(pendengaran)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan Otoskop, yaitu:
1. Bersihkan serumen
2. Lihat kanalis dan membran
timpani Interpretasi
3. Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
4. Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan
darah dibelakang gendang
5. Kemungkinan gendang mengalami robekan
Interpretasi
Normal : suara terdengar seimbang
Tuli kondusif : suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit
Tuli sensorineural : suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik
Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi
tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2cm)
Interpretasi
Normal : terdengar terus menerus suara garpu tala
Klien dengan tuli kondusif udara : mendengar garpu tala lebih
jelas melalui konduksi tulang
7. Pencegahan
Usaha pencegahan
1. Kebiasaan terlalu sering memakai cottton buds untuk membersihkan telinga
sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping : kulit
telinga kita yang ditumbuhi bulu – bulu halus yang berguna untuk membuat
gerakan menyapu kotoran ditelinga kita akan rusak.
2. Hindarkan memberi mainan berupa biji – bijian pada anak – anak, dapat terjadi
bahaya diatas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan
nafas.
a. Data Umum
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Data Dasar
- Keluhan utama
Pada klien yang terkena corpus alienum telinga keluhan utamanya yaitu nyeri,
ada benda asing ditelinga, dan rasa tidak nyaman.
- Riwayat penyakit sekarang
Kapan terjadinya corpus alienum telinga, penyebab terjadinya corpus, serta
upaya yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasinya.
- Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit lainnya yang ada kaitannya dengan corpus alienum.
c. Pemeriksaan Primer
Air way + C Spine Control
- Bersihkan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernapasan
Breathing
- Frekuensi jalan napas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
Circulation
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
Disability
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS
Exposure
- Tanda – tanda trauma yang ada
d. Pemeriksaan Sekunder
AMPLE : Alergi, Medikasi, Pertinent medical history, Last meal, Event.
Tingkat Kesadaran : Composmentis, stupor, koma, dll.
GCS : tingkat kesadaran kuantitatif
Head to assesment :
1. Pengkajian kepala, leher, wajah
- Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan
jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing
- Periksa mata, telinga, hidung mulut. Adakah tanda – tanda perdaarahan,
benda asing, deformitas, laserasi perlukaan serta adanya keluaran
- Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah, jejas,
hematom, serta krepitasi tulang
- Kaji adanya kaku leher
2. Pengkajian dada
- Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan
- Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
- Palpasi krepitasi tulang dan emfisema subkutan
- Amati penggunaan otot bantu nafas
3. Abdomen dan pelvis
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda – tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk,
laserasi, abrasi, ditensi abdomen, jejas.
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri
- Bising usus
- Distensi abdomen
4. Ekstremitas
- Tanda – tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
e. Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium
- Radiologi
- Terapi
Diagnosa
Nomor Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
NO Keperawatan
Diagnosa (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
1. Keluhan nyeri menurun (5)
Observasi :
2. Meringis menurun (5)
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
3. Gelisah menurun (5)
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5)
2. Identifikasi skala nyeri
5. Frekuensi nadi membaik (5)
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Risiko Perdarahan (D.0012) Tingkat perdarahan (L. 02017) Pencegahan Perdarahan (I. 02067)
1. Keluhan nyeri menurun (5)
Observasi :
2. Meringis menurun (5)
1. Monitor tanda dan gejala perarahan
3. Frekuensi nadi membaik (5)
Terapeutik :
Edukasi :
3 Gangguan Persepsi (D.0085) Persepsi Sensori (L.09083) Minimalisasi Rangsangan (I. 08241)
Sensori Pendengaran
1. Verbalisasi mendengar bisikan (5) Observasi :
2. Respon sesuai stimulus membaik (5) 1. Periksa status mental, status sensori, dan
tingkat kenyamnan (mis. Nyeri, kelelahan)
Terapeutik :
Edukasi :
Kolaborasi :
Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (konsep,
proses, dan praktik). Jakarta: EGC.
Wardani, Mila Sri. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R Dengan Anak Remaja
Dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif Di Rw 02
Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok.
Lee KJ. Otolaryngology and Head Neck Surgery, New York ; Elsevier, 1989 : 20 -
3, 67 - 9.
Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB Saunders Company, 1990:5-
7,210-1.
Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science, Dalam :
Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth- Heinemann
Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.
Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. University of
Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am Fam Physician.
2007, Oct 15; 76(8): 1185-89.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Ratna Hidayati, dkk. 2014. Praktik Labortorium Keperawatan. Jilid 1. Jakarta: PENERBIT
ERLANGGA.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
IRIGASI TELINGA
A. Pengertian
Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan
liang telinga luar dari serumen dan benda benda asing dengan cara memasukkan
cairan dalam telinga.
B. Tujuan
C. Indikasi
D. Kontra Indikasi
a. Post Op
E. Komplikasi
F. Pengkajian
G. Peralatan
Bak instrumen berisi alat – alat steril
1. Cucing berisi cairan dengan suhu 37ºC (cairan NaCl)
2. Semprit telinga
3. Pinset telinga
4. Kapas lidi
5. Spekulum telinga
6. Pengail telinga
7. Sarung tangan
H. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Perlak dan alasnya dipasang dibahu dibawah telinga yang akan dibersihkan
3. Pasang lampu kepala
4. Pakai sarung tangan
5. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang
bengkok dengan posisi dibawah telinga
6. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai kapas lidi yang telah
disterilkan terlebih dahulu
7. Ambilah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari semprit
8. Tariklah daun telinga pasien ke atas, kemudian ke belakang, dan dengan tangan
yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga
(penyemprotan cairan harus perlahan – lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas
liang telinga)
9. Lakukan irigasi selama 5 – 15 menit jika benda asing sudah keluar hentikan
irigasi telinga
10. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas lidi yang telah
disterilkan
11. Lihat atau periksa kembali liang telinga pasien apakah sudah bersih atau belum,
dengan menggunakan spekulum
12. Bersihkan alat – alat
13. Lepas sarung tangan
14. Cuci tangan
I. Evaluasi
J. Dokumentasi