Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN CORPUS ALIENUM TELINGA

Dosen Pembimbing :

Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun oleh :

KINEZ YAUZI ARMENDO

NIM. 201701065

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA KEDIRI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat ini dibuat


dalam rangka untuk memenuhi tugas praktik klinik 2 daring pada tanggal 8 – 13
Februari 2021 oleh Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKES
Karya Husada Kediri:

Nama : Kinez Yauzi Armendo

NIM : 201701065

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan


Corpus Alienum Telinga

Asuhan Keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2021 pada


minggu kelima praktik klinik 2 daring dengan departemen Keperawatan Gawat
Darurat.

Mengetahui,

Pembimbing Praktik Klinik Mahasiswa

Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Kinez Yauzi Armendo


NIDN. 0724088502 NIM. 201701065
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK LAB KLINIK

Nama Mahasiswa : Kinez Yauzi Armendo


NIM : 201701065
Periode Praktik : Keperawatan Gawat Darurat
Tanggal : 8 – 13 Februari 2021
Judul Askep : Asuhan Keperawatan Pasien dengan Corpus Alienum Telinga

TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN (1+2+3) Tanda Tangan Preceptor Pendidikan
(0-100)
3

1 Laporan Pendahuluan (LP)

2 Asuhan Keperawatan
Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIDN. 0724088502
3 Responsi
LEMBAR PENILAIAN PRAKTIK LAB KLINIK

Nama Mahasiswa : Kinez Yauzi Armendo


NIM : 201701065
Periode Praktik : Keperawatan Gawat Darurat
Tanggal : 8 – 13 Februari 2021
Judul : SOP (Standar Operasional Prosedur) Irigasi Telinga

TOTAL NILAI
NILAI
NO ELEMEN (1+2) Tanda Tangan Preceptor (2)
(0-100)
2

1 Penguasaan Konsep Perasat/Skill

Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep


2 Responsi Prosedur/SOP Perasat
NIDN. 0724088502
LAPORAN PENDAHULUAN

CORPUS ALIENUM PADA TELINGA

A. Anatomi Telinga
Telinga merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang
terdiri dari telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam. Telinga luar
menangkap gelombang suara yang dirubah menjadi energi mekanis oleh telinga
tengah. Telinga tengah merubah energi mekanis menjadi gelombang saraf, yang
kemudian dihantarkan ke otak. Telinga dalam juga membantu menjaga
keseimbangan tubuh. Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna atau aurikel)
dan saluran telinga (meatus auditorius eksternus). Telinga luar merupakan
tulang rawan (kartilago) yang dilapisi oleh kulit, daun telinga kaku tetapi juga
lentur. Suara yang ditangkap oleh daun telinga mengalir melalui saluran telinga
ke gendang telinga (Lee KJ, 1989).

Teling tengah terdiri dari gendang telinga (membran timpani) dan sebuah
ruang kecil berisi udara yang memiliki 3 tulang kecil yang menghubungkan
gendang telinga dengan telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah:
a. Maleus (bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga)
b. Inkus (menghugungkan maleus dan stapes)
c. Stapes (melekat pada jendela oval di pintu masuk ke telinga dalam)

Getaran dari gendang telinga diperkuat secara mekanik oleh tulang-


tulang tersebut dan dihantarkan ke jendela oval. Telinga tengah juga
memiliki 2 otot yang kecil-kecil, yaitu Otot tensor timpani (melekat pada
maleus dan menjaga agar gendang telinga tetap menempel), Otot stapedius
(melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antara stapedius dengan
jendela oval). Jika telinga menerima suara yang keras, maka otot stapedius
akan berkontraksi sehingga rangkaian tulang-tulang semakin kaku dan hanya
sedikit suara yang dihantarkan. Respon ini disebut refleks akustik, yang
membantu melindungi telinga dalam yang rapuh dari kerusakan karena suara
(Lee KJ, 1989; Shambaugh, 1990).
Tuba eustakius adalah saluran kecil yang menghubungkan teling tengah
dengan hidung bagian belakang, yang memungkinkan masuknya udara luar ke
dalam telinga tengah. Tuba eustakius membuka ketika kita menelan, sehingga
membantu menjaga tekanan udara yang sama pada kedua sisi gendang telinga,
yang penting untuk fungsi pendengaran yang normal dan kenyamanan.
Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang kompleks, yang terdiri dari
2 bagian utama, yaitu Koklea (organ pendengaran), Kanalis semisirkuler
(organ keseimbangan). Koklea merupakan saluran berrongga yang berbentuk
seperti rumah siput, terdiri dari cairan kental dan organ Corti, yang
mengandung ribuan sel-sel kecil (sel rambut) yang memiliki rambut yang
mengarah ke dalam cairan tersebut. Getaran suara yang dihantarkan dari
tulang pendengaran di telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam
menyebabkan bergetarnya cairan dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda
memberikan respon terhadap frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya
menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang
serat- serat saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak (Lee KJ, 1989).

B. Corpus Alienum Telinga

1. Definisi
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan
kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Indera pendengaran berperan
penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung
pada kemampuan mendengar (Shambaugh, 1990).
Benda asing merupakan benda yang berasal dari luar tubuh atau dari
dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Telinga sering
kemasukan benda asing. Kadang-kadang benda dapat masuk. Bila
kemasukan benda asing di telinga, tentu saja terjadi penurunan
pendengaran. Terkadang benda asing dapat masuk tanpa sengaja ke dalam
telinga orang dewasa yang mencoba membersihankan kanalis eksternus atau
mengurangi gatal atau dengan sengaja anak-anak memasukkan benda
tersebut ke dalam telinganya sendiri.Namun, terkadang sering dianggap
enteng oleh setiap orang.
Pada anak, anak tak melaporkan keluhannya sebelum timbul keluhan
nyeri akibat infeksi di telinga tersebut, lama-lama telinganya berbau. Jika
hal ini terjadi, orang tua patut mencurigainya sebagai akibat kemasukan
benda asing. Jangan menanganinya sendiri karena bisa-bisa benda yang
masuk malah melesak ke dalam karena anatomi liang telinga yang berlekuk.
Di telinga banyak terdapat saraf-saraf dan bisa terjadi luka. Benda yang
masuk biasanya hanya bisa dikeluarkan oleh dokter THT dengan
menggunakan peralatan dan keahlian khusus.
2. Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga
yaitu (Heim SW et al, 2007) :
a. Faktor kesengajaan, biasanya terjadi pada anak-anak balita.
b. Faktor kecerobohan sering terjadi pada orang dewasa sewaktu
menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai korek
api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor
kebetulan terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam
telinga contoh masuknya serangga, kecoa, lalat dan nyamuk.

Berikut beberapa benda asing yang sering masuk ke telinga:


a. Air
Sering kali saat kita heboh mandi, berenang dan keramas, membuat air
masuk ke dalam telinga. Jika telinga dalam keadaan bersih, air bisa keluar
dengan sendirinya. Tetapi jika di dalam telinga kita ada kotoran, air justru
bisa membuat benda lain di sekitarnya menjadi mengembang dan air
sendiri menjadi terperangkap di dalamnya.
b. Cotton Bud
Cotton buds tidak di anjurkan secara medis untuk membersihkan telinga.
Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bahaya lainnya adalah dapat
menusuk selaput gendang bila tidak hati-hati menggunakannya.
c. Benda-benda kecil
Anak-anak kecil sering tidak sengaja memasukkan sesuatu ke dalam
telinganya. Misalnya, manik-manik mainan.
d. Serangga
Bila telinga sampai kemasukan semut, berarti ada yang salah dengan
bagian dalam telinga. Pada prinsipnya, telinga punya mekanisme sendiri
yang dapat menghambat binatang seperti semut untuk tidak masuk ke
dalam.

3. Manifestasi Klinis
Efek dari masuknya benda asing tersebut ke dalam telinga dapat
berkisar di tanpa gejala sampai dengan gejala nyeri berat dan adanya
penurunan pendengaran.
a. Merasa tidak nyaman di telinga
Karena benda asing yang masuk pada telinga, tentu saja membuat telinga
merasa tidak enak, dan banyak orang yang malah membersihkan
telinganya, padahal membersihkan akan mendoraong benda asing yang
mauk kedalam menjadi masuk lagi.
b. Tersumbat
Karena terdapat benda asing yang masuk kedalam liang telinga, tentu saja
membuat telinga terasa tersumbat.
c. Pendengaran terganggu
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak  perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga
tengah.
d. Rasa nyeri telinga (Otalgia)
Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran
sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman
pembentukan abses otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi
telinga akibat benda asing.
e. Pada inspeksi telinga akan terdapat benda asing
4. Patofisiologi
Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa
factor antara lain pada anak-anak yaitu faktor kesengajaan dari anak tersebut,
faktor kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada
orang dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi serta factor kebetulan yang
tidak disengaja seperti kemasukan air, serangga lalat, nyamuk dan lain-lain
(Heim SW et al, 2007).
Masukknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis
audiotorius eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga,
sehingga klien akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun,
tindakan yang klien lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut
sering kali berakibat semakin terdorongnya benda asinr ke bagian tulang
kanalis eksternus sehingga menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane
timpani. Akibat dari laserasi kulit dan lukanya membrane timpanai, akan
menyebabkan gangguan pendengaran, rasa nyeri telinga/otalgia dan
kemungkinan adanya resiko terjadinya infeksi.
5. WOC (Web of Causation)

Faktor Kesengajaan Faktor Kecerobohan

Masuknya benda asing ke dalam


telinga seperti:
1. Air
2. Cotton bud
3. Benda-benda kecil
4. Serangga

CORPUS ALIENUM TELINGA

Telinga Luar Telinga Tengah Telinga Dalam

Ruptur Trauma Terjadi Kerusakan Koklea


Auricula

Luka Tuli Konduksi Koklea tidak dapat


menerima dan mengubah
getaran suara
Nyeri Akut

Ketidakseimbangan dalam
meneruskan energi sel saraf
koklea ke otak

Risiko Perdarahan
Gangguan Persepsi Sensori
(pendengaran)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dengan Otoskop, yaitu:
1. Bersihkan serumen
2. Lihat kanalis dan membran
timpani Interpretasi
3. Warna kemerahan, bau busuk dan bengkak menandakan adanya infeksi
4. Warna kebiruan dan kerucut menandakan adanya tumpukan
darah dibelakang gendang
5. Kemungkinan gendang mengalami robekan

b. Pemeriksaan Ketajaman Tes penyaringan sederhana


1. Lepaskan semua alat bantu dengar
2. Uji satu telinga secara bergiliran dengan cara tutup salah satu telinga
3. Berdirilah dengan jarak 30 cm
4. Tarik nafas dan bisikkan angka secara acak
5. Untuk nada frekuensi tinggi : lakukan dengan suara jam

c. Uji Ketajaman dengan garpu tala


Uji Weber
1. Menguji hantaran tulang (tuli konduksi)
2. Pegang tangkai garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Letakkan tangkai garpu tala pada puncak kepala pasien
4. Tanyakan pada pasien, letak suara dan sisi yang paling keras.

Interpretasi
Normal : suara terdengar seimbang
Tuli kondusif : suara akan lebih jelas pada bagian yang sakit
Tuli sensorineural : suara lateralisasi kebagian telinga yang lebih baik

Uji Rine
1. Membandingkan konduksi udara dan tulang
2. Pegang garpu tala, pukulkan pada telapak tangan
3. Sentuhkan garpu tala pada tulang prosesus mastoid, apabila bunyi
tidak terdengar lagi pindahkan kedepan lubang telinga (2cm)
Interpretasi
Normal : terdengar terus menerus suara garpu tala
Klien dengan tuli kondusif udara : mendengar garpu tala lebih
jelas melalui konduksi tulang

7. Pencegahan
Usaha pencegahan
1. Kebiasaan terlalu sering memakai cottton buds untuk membersihkan telinga
sebaiknya dijauhi karena dapat menimbulkan beberapa efek samping : kulit
telinga kita yang ditumbuhi bulu – bulu halus yang berguna untuk membuat
gerakan menyapu kotoran ditelinga kita akan rusak.
2. Hindarkan memberi mainan berupa biji – bijian pada anak – anak, dapat terjadi
bahaya diatas atau juga dapat tertelan dan yang fatal dapat menyumbat jalan
nafas.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Corpus Alienum Telinga


1. Pengkajian

a. Data Umum
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis, nomor registrasi.

b. Data Dasar
- Keluhan utama
Pada klien yang terkena corpus alienum telinga keluhan utamanya yaitu nyeri,
ada benda asing ditelinga, dan rasa tidak nyaman.
- Riwayat penyakit sekarang
Kapan terjadinya corpus alienum telinga, penyebab terjadinya corpus, serta
upaya yang telah dilakukan oleh keluarga untuk mengatasinya.
- Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit lainnya yang ada kaitannya dengan corpus alienum.
c. Pemeriksaan Primer
Air way + C Spine Control
- Bersihkan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernapasan
Breathing
- Frekuensi jalan napas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
Circulation
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda – tanda perdarahan eksternal dan internal
Disability
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS
Exposure
- Tanda – tanda trauma yang ada

d. Pemeriksaan Sekunder
AMPLE : Alergi, Medikasi, Pertinent medical history, Last meal, Event.
Tingkat Kesadaran : Composmentis, stupor, koma, dll.
GCS : tingkat kesadaran kuantitatif
Head to assesment :
1. Pengkajian kepala, leher, wajah
- Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan
jaringan lunak, adakah perdarahan serta benda asing
- Periksa mata, telinga, hidung mulut. Adakah tanda – tanda perdaarahan,
benda asing, deformitas, laserasi perlukaan serta adanya keluaran
- Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah, jejas,
hematom, serta krepitasi tulang
- Kaji adanya kaku leher
2. Pengkajian dada
- Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan
- Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
- Palpasi krepitasi tulang dan emfisema subkutan
- Amati penggunaan otot bantu nafas
3. Abdomen dan pelvis
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda – tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk,
laserasi, abrasi, ditensi abdomen, jejas.
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri
- Bising usus
- Distensi abdomen
4. Ekstremitas
- Tanda – tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer

e. Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium
- Radiologi
- Terapi

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2017)


a. Nyeri Akut (D.0077)
b. Risiko perdarahan (D.0012)
c. Gangguan Persepsi Sensori Pendengaran (D.0085)
3. Intervensi Keperawatan (SIKI, 2018)
Intervensi Keperawatan adalah segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas
(SIKI.PPNI, 2018).

Diagnosa
Nomor Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
NO Keperawatan
Diagnosa (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
1. Keluhan nyeri menurun (5)
Observasi :
2. Meringis menurun (5)
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
3. Gelisah menurun (5)
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
4. Kesulitan tidur menurun (5)
2. Identifikasi skala nyeri
5. Frekuensi nadi membaik (5)
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik :
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Risiko Perdarahan (D.0012) Tingkat perdarahan (L. 02017) Pencegahan Perdarahan (I. 02067)
1. Keluhan nyeri menurun (5)
Observasi :
2. Meringis menurun (5)
1. Monitor tanda dan gejala perarahan
3. Frekuensi nadi membaik (5)
Terapeutik :

1. Batasi tindakan invasif, jika perlu

Edukasi :

1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan


2. Anjurkan segera melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol


perdarahan, jika perlu.

3 Gangguan Persepsi (D.0085) Persepsi Sensori (L.09083) Minimalisasi Rangsangan (I. 08241)
Sensori Pendengaran
1. Verbalisasi mendengar bisikan (5) Observasi :

2. Respon sesuai stimulus membaik (5) 1. Periksa status mental, status sensori, dan
tingkat kenyamnan (mis. Nyeri, kelelahan)

Terapeutik :

1. Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban


sensori (mis. Bising, terlalu terang)
2. Batasi stimulus lingkungan (mis. Cahaya,
suara, aktivitas)
3. Kombinasikan prosedur atau tindakan dalam
satu waktu sesuai kebutuhan

Edukasi :

1. Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.


Mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan).

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian obat yang


mempengaruhi persepsi stimulus.
1.2 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik, yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
(Gordon, 1994, dalam Potter dan Perry, 2011).
Secara Operasional hal – hal yang perlu diperhatikan perawat dalam melakukan
implementasi keperawatan adalah :
1. Tahap Persiapan
Menggali perasaan, analisis kekuatan dan keterbatasan professional dalam diri
sendiri. Memahami rencana tindakan keperawatan secara baik, menguasai
keterampilan teknik keperwatan. Memahami rasional ilmiah dari tindakan yang akan
dilakukan, Mengetahui sumber daya yang dilakukan, memahami kode etik dan aspek
hukum yang berlaku dalam pelayanan keperawatan, memahami standar praktik
klinik keperawatan untuk mengukur keberhasilan .
2. Tahap Kerja
Mengkomunikasikan atau menginformasikan kepada klien tentang keputusan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan oleh perawat, beri kesempatan kepada
klien untuk mengekspresikan perasaannya terhadap penjelasan yang telah diberikan,
memperhatikan kondisi pasien dianatarnya : privasi, rasa aman, respon klien, kondisi
pasien.
3. Tahap Terminasi
Tinjau kemampuan klien, lakukan pendokumentasian.

1.3 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas pross
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan (Mubarak,
dkk., 2011).
Menurut Suprajitno dalam Wardani (2013), Evaluasi disusun menggunakan
SOAP yaitu :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga
setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan
pengamatan yang obyektif.
A : Analisi perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (konsep,
proses, dan praktik). Jakarta: EGC.

Wardani, Mila Sri. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak R Dengan Anak Remaja
Dengan Masalah Ketidakefektifan Koping: Komunikasi Inefektif Di Rw 02
Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis – Depok.

Lee KJ. Otolaryngology and Head Neck Surgery, New York ; Elsevier, 1989 : 20 -
3, 67 - 9.

Shambaugh GE. Surgery of the Ear, 4h ed, Tokyo ; WB Saunders Company, 1990:5-
7,210-1.

Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science, Dalam :
Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth- Heinemann
Ltd, International Editions : 1/1/1 - /11.

Heim SW, Maughan KL. Foreign Body in the Ear, Nose, and Throat. University of
Virginia School of Medicine, Charlottesville, Virginia. Am Fam Physician.
2007, Oct 15; 76(8): 1185-89.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).  Edisi
1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Ratna Hidayati, dkk. 2014. Praktik Labortorium Keperawatan. Jilid 1. Jakarta: PENERBIT
ERLANGGA.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
IRIGASI TELINGA

A. Pengertian

Irigasi telinga adalah suatu tindakan medis yang bertujuan untuk membersihkan
liang telinga luar dari serumen dan benda benda asing dengan cara memasukkan
cairan dalam telinga.

B. Tujuan

Membersihkan atau mengeluarkan benda asing dari dalam telinga.

C. Indikasi

b. Pasien dengan adanya benda asing dalam telinga

c. Pasien dengan gangguan sumbatan serumen

D. Kontra Indikasi

a. Post Op

b. Bila ada perdarahan telinga

E. Komplikasi

Ruptur pada membran timpani

F. Pengkajian

a. Kaji adanya inflamasi pada telinga

b. Kaji adanya serumen atau benda asing pada telinga

c. Kaji adanya nyeri atau ketidaknyamanan pada telinga

G. Peralatan
Bak instrumen berisi alat – alat steril
1. Cucing berisi cairan dengan suhu 37ºC (cairan NaCl)
2. Semprit telinga
3. Pinset telinga
4. Kapas lidi
5. Spekulum telinga
6. Pengail telinga
7. Sarung tangan

Bak instrumen berisi alat – alat yang tidak steril


1. Bengkok 1 buah
2. Perlak dan alas
3. Lampu kepala
4. Ember kotoran
5. Baki

H. Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Perlak dan alasnya dipasang dibahu dibawah telinga yang akan dibersihkan
3. Pasang lampu kepala
4. Pakai sarung tangan
5. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang
bengkok dengan posisi dibawah telinga
6. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai kapas lidi yang telah
disterilkan terlebih dahulu
7. Ambilah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari semprit
8. Tariklah daun telinga pasien ke atas, kemudian ke belakang, dan dengan tangan
yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga
(penyemprotan cairan harus perlahan – lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas
liang telinga)
9. Lakukan irigasi selama 5 – 15 menit jika benda asing sudah keluar hentikan
irigasi telinga
10. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas lidi yang telah
disterilkan
11. Lihat atau periksa kembali liang telinga pasien apakah sudah bersih atau belum,
dengan menggunakan spekulum
12. Bersihkan alat – alat
13. Lepas sarung tangan
14. Cuci tangan

I. Evaluasi

1. Evaluasi respons pasien selama tindakan

2. Evaluasi adanya nyeri atau ketidaknyamanan

3. Evaluasi benda asing yang keluar

J. Dokumentasi

1. Catat waktu, tanggal, dan tempat tindakan

2. Catat warna dan banyaknya cairan yang keluar

3. Catat tipe dan jumlah cairan

4. Catat keadaan umum pasien


STUDI KASUS

Anda mungkin juga menyukai