Anda di halaman 1dari 22

Refarat

IMPLAN KOKLEA

Presentator : dr. Zihazia Leumita

Pembimbing : Dr. dr. Devira Zahara, M.Ked (ORL-HNS), Sp.T.H.T.K.L. (K)

Moderator : Dr. dr. Lia Restimulia, Sp.T.H.T.K.L

Penguji : 1. dr. M. Pahala Hanafi H.,M.Ked (ORL-HNS), Sp.T.H.T.K.L. (K)

2. Dr. dr. H. R. Yusa Herwanto, M.Ked (ORL-HNS), Sp.T.H.T.K.L. (K)

Hari/Tanggal : Selasa/ 15 Maret 2022

Pukul : 08.00 WIB

Tempat : Secara Daring

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN

TELINGA HIDUNG TENGGOROKBEDAH KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

0
IMPLAN KOKLEA

Zihazia Leumita, Devira Zahara

PENDAHULUAN

Gangguan pendengaran adalah salah satu gangguan sensorik yang paling umum dan
mempengaruhi 28 juta orang di Amerika. Sekitar 1-3 dari 1000 bayi baru lahir mengalami
gangguan pendengaran. Orang tua lebih sering terkena dengan 40-50% orang di atas usia 75
tahun mengalami gangguan pendengaran. Tergantung pada tingkat gangguan pendengaran,
banyak individu yang terkena berhasil dengan alat bantu dengar. Untuk pasien dengan
gangguan pendengaran yang tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar, implan koklea
dapat memberikan kesempatan untuk mendengar.(Lee, 2020)

Fakta lain menyatakan bahwa sebagian besar rakyat Indonesia akan mengalami
gangguan pendengaran dan ketulian jika tidak segera dicegah. Ini berdasar data WHO yang
sangat emngejutkan, bahwa 360 juta (5,3%) penduduk dunia terkena gangguan pendengaran,
setengahnya (180 juta lebih) berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia, yang menduduki
tempat ke 4 setelah Sri Lanka, Myanmar dan India. Data Indonesia menunjukkan prevalensi
ketulian cukup tinggi yaitu 4,6 %, yaitu penyakit telinga 18,5 %, gangguan pendengaran
16,8%, ketulian berat 0,4%, populasi tertinggi di kelompok usia sekolah (7-18 tahun). Selain
itu, menurut WHO bila tidak segera ditangani, pada tahun 2030 diperkirakan sebanyak 630
juta orang telah mengalami gangguan pendengaran total; dan hingga tahun 2050 angka
tersebut dapat meningkat hingga lebih dari 900 juta orang. Beberapa faktor mempengaruhi
peningkatan angka gangguan pendengaran di seluruh dunia adalah meningkatnya populasi
global dan meningkatnya proporsi populasi lanjut usia. (Anggraeni, 2019)

Terapi untuk gangguan pendengaran, tergantung pada derajat gangguan


pendengarannya. Gangguan pendengaran dengan derajat sedang sampai sedang-berat dapat
diatasi dengan alat bantu dengar. Untuk pasien dengan derajat gangguan pendengaran berat
sampai sangat berat, yang tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar, implan koklea dapat
dijadikan sebagai solusi. (Lee, 2020)

Implan koklea (CI) adalah perangkat medis yang menggunakan listrik untuk
merangsang sel ganglion spiral saraf pendengaran untuk memulihkan gangguan pendengaran
sensorineural. Tujuan dari perangkat ini adalah untuk mengubah suara menjadi sinyal listrik
dan mengirimkannya ke saraf pendengaran, yang melewati alat pendengaran yang rusak.

1
Tantangan dalam implan koklea adalah pemilihan pasien yang tepat yang akan mendapat
manfaat dari teknologi ini. Implan koklea adalah teknologi yang lebih baru dalam kedokteran
dan terus berkembang pesat. Perangkat ini dimasukkan melalui pembedahan oleh ahli otologi
yang bekerja sama dengan audiolog untuk membuat perangkat ini efektif untuk pasien.
Perangkat ini bisa dibilang perangkat paling sukses untuk menggantikan kekurangan
sensorik. (White & Peterson, 2019)

ANATOMI TELINGA DALAM

Telinga dalam (labirin) berfungsi sebagai organ pendengaran dan keseimbangan,


terletak di pars petrosa tulang temporal. Labirin terdiri labirin tulang, kanalis semisirkularis,
vestibulum dan koklea. (Bansal, 2013)
Kanalis semisirkularis terbagi 3 buah yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior
dan lateral yang letaknya di atas dan belakang vestibulum. Pada salah satu ujung masing-
masing kanal ini terdapat bagian yang melebar yang disebut dengan ampula yang berisi epitel
sensoris vestibular dan terbuka ke vestibulum. (Dhingra, 2017)
Vestibulum berada antara kanalis semisirkularis dan koklea serta antara telinga tengah
dan fundus meatus akustikus internus. Batas sebelah lateral adalah foramen ovale yang
diliputi basis stapes. Bagian dari vestibulum telinga bagian dalam dibentuk oleh sakulus,
utrikulus dan kanalis semisirkularis. (Dhingra, 2017)
Koklea terletak di bagian petrosa os temporal di depan vestibulum dan berbentuk
rumah siput melingkar 2 1/2 - 2 3/4 kali putaran. Di dalam rongga koklea bagian tulang
dibagi 2 oleh dinding (sekat). Bagian dalam dari sekat ini terdiri dari lamina spiralis ossea,
sedangkan bagian luar sekat terdiri dari anyaman penyambung lamina spiralis membranasea
hingga ruang yang mengandung perilimfe, dibagi atas 2 bagian yaitu skala vestibuli dan skala
timpani, kecuali pada bagian apeks terdapat suatu lubang kecil yang menghubungkan kedua
skala tersebut yang dikenal dengan helikotrema. Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea
yang berakhir pada foramen rotundum. Skala vestibuli dipisahkan dari duktus koklearis oleh
membran Reissner yang tipis. Skala timpani dipisahkan dari duktus koklearis oleh lamina
spiralis ossea dan membran basilaris. Duktus koklea (skala media) berbentuk segitiga,
dihubungkan ke labirin tulang oleh jaringan penyambung periosteal dan mengandung end
organ dari nervus koklearis dan organ Corti. (Dhingra, 2017)
Labirin bagian membran yang terletak dalam labirin bagian tulang terdiri dari kanalis
semisirkularis, utrikulus, sakulus dan koklea. Labirin membran merupakan kantong-kantong
dan duktus-duktus yang berhubungan dan berada di dalam labirin tulang (ruang

2
endolimfatikus). Di dalam labirin membran terdapat endolimfe. Antara perilimfe dan
endolimfe melalui membran Reissner terdapat pertukaran ion. Selain perilimfe dan endolimfe
terdapat pula kortilimfe yang terletak dalam saluran pada sel rambut Corti. Perilimfe dan
kortilimfe mengandung banyak natrium dan endolimfe banyak mengandung kalium.
(Dhingra, 2017)

LABIRIN

Gambar 1.A Labirin Tulang Kiri, 1.B Labirin Membran Kiri, 1.C Potongan Labirin
Tulang (Dhingra, 2017)

Gambar 2. Potongan koklea menunjukkan skala media, skala vestibuli dan skala
timpani (Dhingra, 2017)

3
Gambar 3. Representasi diagram sistem perilimfatik. CSF masuk ke skala timpani
melalui saluran koklea. (Dhingra, 2017)

FISIOLOGI PENDENGARAN

Sinyal suara di lingkungan dikumpulkan oleh pinna, melewati saluran pendengaran


eksternal dan menggetarkan membran timpani. Getaran membran timpani ditransmisikan ke
pelat kaki stapes melalui rantai ossicles digabungkan ke membran timpani. Gerakan Stapes
footplate menyebabkan perubahan tekanan dalam cairan labirin, yang menggerakkan
membran basilar. Ini merangsang sel-sel rambut organ Corti. Rambut sel yang bertindak
sebagai transduser dan mengubah energi mekanik menjadi impuls listrik, yang berjalan di
sepanjang saraf pendengaran. Dengan demikian, mekanisme pendengaran dapat secara garis
besar dibagi menjadi:

1. Konduksi mekanis suara .

2. Transduksi energi mekanik menjadi impuls listrik

3. Konduksi impuls listrik ke otak (Dhingra, 2017)

Gambar 4. Fisiologi Pendengaran (Djaafar et al., 2017)

4
Implan Koklea

Implan koklea adalah sebuah alat kecil yang dapat membantu pasien untuk
mendengar. Implan ini biasanya digunakan pada pasien yang mengalami gangguan
pendengaran sensorineural berat – sangat berat. Implan koklea tidak sama dengan hearing aid
(alat bantu dengar) karena alat ini ditanamkan dengan pembedahan dan bekerja dengan cara
yang berbeda. Implan koklea disebut juga telinga bionic.(Megerian, 2015)

Implan koklea berfungsi untuk menggantikan fungsi rambut getar dalam koklea yang
telah rusak sehingga stimulasi suara dapat diterima kembali oleh saraf pendengaran untuk
selanjutnya diteruskan ke otak untuk diterjemahkan sebagai bunyi. (Megerian, 2015)

Gambar 4. Implan Koklea (Perkins, 2011)


KOMPONEN IMPLAN KOKLEA

Tidak seperti alat bantu dengar / hearing aid, implan koklea tidak memperkuat suara,
akan tetapi bekerja secara langsung merangsang fungsi nervus auditorius didalam koklea
menggunakan medan listrik. (Megerian, 2015)

Bagian implan koklea ada dua : komponen eksternal dan komponen internal.
Komponen eksternal diletakkan di belakang daun telinga dan komponen internal di pasang
dengan jalan operasi, receiver diletakkan diantara tulang tengkorak kepala dan kulit kepala,
sedangkan elektroda dimasukkan ke dalam rongga koklea tempat dimana beradanya rambut
getar yang rusak. (Megerian, 2015)

5
Bagian-bagian implan koklea :

1. Eksternal :

a. Mikrofon. Berfungsi untuk menangkap suara dari luar / lingkungan


b. Prosesor percakapan (speech / sound processor), untuk menyaring suara
terutama suara yang dapat didengar dan mengirimkan sinyal suara elektrik
melalui kabel tipis ke transmitter.
c. Transmitter, sebuah gulungan kawat yang ditahan magnet, terletak
dibelakang telinga luar, yang memancarkan sinyal suara yang telah diproses ke
alat internal dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

2. Internal :

a. Receiver (alat penerima) dan stimulator, yang mengubah sinyal menjadi


impuls elektrik dan mengirimkannya melalui kabel internal ke elektroda-
elektroda.
b. Susunan elektroda-elektroda, adalah sebuah susunan yang terdiri dari 22
elektroda yang membalut koklea, yang mengirimkan impuls ke nervus pada
skala timpani dan langsung ke otak melalui nervus auditorius

Gambar 5. Komponen Implan Koklea (Lee et al, 2020)


Cara Kerja Implan Koklea:

1. Suara ditangkap mikrofon, diperkeras, dan dialihkan menjadi signal elektrik.


2. Diterjemahkan melalui gelombang mekanik ke telinga bagian tengah.
3. Sinyal dikirim ke transducer--perangkat elektrik yang bisa mengubah satu bentuk
energi menjadi bentuk yang lain.

6
4. Memperbesar suara ke telinga bagian dalam. (Megerian, 2015)

Gambar 6. Struktur Implan Koklea. Transkutaneus implan koklea terdiri dari


mikrofon, pemroses suara, stimulator dan elektroda. Transmisi data bisa
dilakukan dua arah. (Kaibao Nie et al, 2018)

Indikasi Implan Koklea:

Indikasi utama untuk melakukan implan koklea adalah gangguan pendengaran


sensorineural berat dan sangat berat bilateral, yang tidak bisa diatasi dengan alat bantu
dengar. Pada orang dewasa, kriteria yakni menggunakan alat bantu dengar lebih dari 3 bulan
antara lain, pada pasien dengan gangguan pendengaran kongenital (tuli prelingual), gangguan
pendengaran didapat (tuli prelingual dan postlingual), implan koklea dilakukan pada anak –
anak berusia 12 bulan ke atas. (Sheet, 2012)

Kandidat untuk implan koklea ditentukan secara medis, oleh FDA, dan oleh kualifikasi
asuransi.

- Indikasi umum
1. Gangguan pendengaran sensorineural (prelingual atau postlingual)
2. Usia lebih dari 6 bulan
3. Koklea dan saraf kranial VIII harus ada dengan anatomi yang relatif memadai
4. Tuli bilateral atau unilateral
5. Neuropati auditori
6. Ada follow up selanjutnya dengan tim ahli otologi
7. Mampu menjalani anestesi umum dan prosedur pembedahan (Manrique et al.,
2015)

7
Kontraindikasi Implan Koklea:

Kontraindikasi implantasi koklea mungkin termasuk tuli karena lesi saraf kranial VIII
atau batang otak. Selain itu, infeksi kronis pada telinga tengah dan rongga mastoid atau
perforasi membran timpani dapat menjadi kontraindikasi. Aplasia koklea seperti yang
ditunjukkan pada CT scan tetap merupakan kontraindikasi absolut. Kondisi medis tertentu
yang menghalangi operasi implan koklea (misalnya, kondisi hematologi, paru, dan jantung
spesifik) juga dapat menjadi kontraindikasi. Kurangnya harapan yang realistis mengenai
manfaat dari implantasi koklea dan/atau kurangnya keinginan yang kuat untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi oral yang ditingkatkan merupakan kontraindikasi
kuat untuk operasi implan. Kriteria dan proses pencalonan implan yang ketat membantu
memilih calon pasien yang akan menghasilkan manfaat terbesar darinya.(White & Peterson,
2019).

Pasien yang lahir tanpa koklea (aplasia koklea) atau saraf kranial VIII tidak akan
menjadi kandidat. Sebaliknya, hipoplasia koklea (suatu bentuk anatomi koklea yang berubah)
bukan merupakan kontraindikasi untuk implantasi koklea; seperti malformasi Mondini
(belokan atau partisi koklea yang tidak lengkap, cacat bawaan). Pasien yang tidak dapat
mentolerir anestesi umum bukanlah kandidat. Implan koklea tidak memperbaiki semua jenis
gangguan pendengaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki evaluasi menyeluruh
oleh ahli otologi dalam hubungannya dengan audiolog untuk memastikan jenis dan tingkat
keparahan gangguan pendengaran dan kemudian memberikan tindakan untuk memperbaiki
gangguan pendengaran. (Sheet, 2012)

Personil

Audiolog adalah orang yang memberikan tes audiometri untuk menentukan jenis dan
tingkat keparahan gangguan pendengaran. Mereka juga bekerja sama dengan pasien setelah
pemasangan implan koklea untuk memberikan terapi, yang memungkinkan pasien menerima
manfaat maksimal dari perangkat tersebut. Mereka juga dapat menyesuaikan perangkat
dengan kebutuhan pasien. Ahli otologi adalah dokter medis yang memberikan diagnosis
gangguan pendengaran sensorineural dan menentukan pasien mana yang memenuhi kriteria
untuk implan koklea. Ahli THT juga melakukan operasi implantasi koklea. (Alkhamra, 2015)

Tindak lanjut yang dijadwalkan secara teratur diperlukan untuk hasil yang sukses
setelah implantasi koklea. Pasien implan koklea dewasa harus dievaluasi dan diprogram
perangkat eksternalnya setiap tahun. Pasien anak memerlukan evaluasi setidaknya dua kali

8
setahun. Banyak anak terlihat lebih sering dari dua kali setahun jika ada pertanyaan tentang
bagaimana keterampilan mendengarkan mereka berkembang dan untuk memastikan bahwa
perangkat mereka diprogram dengan tepat. (Alkhamra, 2015)

Persiapan

Persiapan untuk implantasi koklea dimulai dengan diagnosis yang tepat dari gangguan
pendengaran sensorineural. Catatan khusus untuk menyingkirkan penyebab sekunder
gangguan pendengaran termasuk perforasi membran timpani, efusi/ infeksi telinga tengah,
atau atresia kanal. Ini harus dikoreksi sebelum penempatan implan koklea karena dapat
mempengaruhi temuan audiologis yang menentukan apakah pasien merupakan kandidat
untuk alat bantu dengar. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan audiogram dasar dengan
timpanometri. Pada anak-anak yang tidak dapat merespon suara dengan tepat, respon batang
otak auditori (ABR) akan diperlukan. ABR adalah tes yang mentransmisikan suara melalui
telinga dan menentukan apakah suara itu mencapai saraf koklea dan struktur sekunder alat
pendengaran dengan mengukur potensi listrik yang terjadi karena dirangsang. Ini adalah tes
yang berguna untuk pasien anak-anak dan untuk menyingkirkan gangguan pendengaran pada
pasien yang mungkin berpura-pura. Setelah ada konfirmasi bahwa ada gangguan
pendengaran sensorineural bilateral dan memenuhi kriteria untuk implantasi koklea,
pencitraan adalah langkah berikutnya. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang solid dapat
mengungkapkan temuan yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut, rujukan untuk
menyingkirkan kelainan yang ada bersamaan. Pada pasien anak yang dianggap memiliki
gangguan pendengaran sensorineural yang berat, evaluasi oleh ahli genetika harus menjadi
pertimbangan. (Rehm & Morton, 1999)

Biasanya CT dan MRI tulang temporal tanpa kontras dari saluran pendengaran
internal dengan dan tanpa kontras diperoleh, namun satu atau yang lain akan cukup. Gambar-
gambar ini menentukan keberadaan saraf koklea; juga, memberikan detail anatomi penting
mengenai anatomi bedah jika memasukkan implan koklea.(White & Peterson, 2019) Sebelum
memasang implan koklea, uji coba amplifikasi pendengaran harus dilakukan. Pada bayi baru
lahir, umumnya dianjurkan untuk memiliki alat bantu dengar pada usia 6 bulan dengan
percobaan 6 bulan sebelum melakukan implan koklea. Pada orang dewasa, periodenya lebih
pendek (1 hingga 3 bulan), dan manfaat alat bantu dengar dapat dianalisis dengan
pemeriksaan audiometri berulang. Jika pasien tidak respon terhadap alat bantu dengar maka
merupakan kandidat untuk pemasangan implant koklea, maka diskusi tentang risiko dan

9
manfaat, serta alternatif untuk operasi harus dilakukan. Setelah informed consent yang tepat
diperoleh, pasien dapat menjadwalkan operasi. CDC merekomendasikan vaksinasi terhadap
Streptococcus pneumoniae termasuk PCV13 dan PPSV23 (untuk mereka yang berusia di atas
dua tahun). PCV 13 aman untuk anak di bawah usia dua tahun; ini telah terbukti mengurangi
risiko meningitis yang terkait dengan implan koklea.(Sheet, 2012)

Tahapan Implan Koklea:

1. Proses seleksi dan evaluasi kandidat.


Nilai dari anamnesis terhadap pasien untuk menggali faktor resiko, jika pasien
adalah anak-anak maka lakukan alloanamensis kepada orang tua pasien. Kemudian
lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan telinga luar dengan otoskop. (Egilmez &
Kalcioglu, 2015)
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan gangguan pendengaran seperti BERA,
OAE, Timpanometri, Audiometri. Dilanjutkan dengan Auditory-Verbal Therapy
(AVT) dengan memakai ABD untuk melatih kandidat berbicara dengan fokus
pendengaran selama + 2 bulan. Setelah ABD diyakini tidak memberi manfaat, maka
direncanakan untuk dilakukan operasi. Jika pada (Manrique et al., 2015)
Jenis- jeni pemeriksaan audiologi:
• Tympanometri, menilai fungsi telinga bagian tengah.
• Free field test untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan
respon terhadap rangsang bunyi sambil bermain dievaluasi
pendengarannya.
• Play audiometri, yaitu pemeriksaan fungsi pendengaran yang
dilakukan sambil bermain.
• OAE (OtoAcoustic Emosion), menilai fungsi rumah siput secara
obyektif dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Sangat
bermanfaat untuk screening.
• ABR (Auditory Brain Respon) syaraf, yaitu pemeriksaan yang menilai
fungsi pendengaran secara obyektif sepanjang jarak pendengaran.
• ASSR (Auditory Steady State Respone), yaitu pemeriksaan yang
hampir sama dengan ABR namun hasilnya dapat menunjukkan
beberapa frekuensi pendengaran sekaligus (frekuensi spesifik).
(Megerian, 2015)

10
2. Tindakan operasi dilakukan setelah pemeriksaan laboratorium, CT Scan dan atau
MRI, konsultasi dokter Spesialis Anak, dokter Spesialis Anestesi dan psikologi. (Lee,
2020)
Sebelum dilakukan operasi dilakukan tes laboratorium standar pre- operasi
yakni hematologi lengkap, elektrolit dan masa pembekuan darah. Jika pasien dicurigai
mempunyai gejala autoimun maka dilakukan pemeriksaan imunologi untuk evaluasi
pasien. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan tiroid dan fungsi ginjal jika ada
indikasi. (Megerian, 2015)

CT Scan bermanfaat untuk melihat gambaran tulang temporal dan keadaan


dari koklea serta saraf pendengaran. CT scan dengan resolusi tinggi juga dapat
mengintepreatasi adaanya kelainan pada tulang dan adanya infeksi seperti keadaan
otitis media kronis. MRI bermanfaat untuk melihat keadaan koklea secara lebih detail
lagi, selain itu MRI juga dapat mendeteksi pengerasan dari koklea. (Megerian, 2015)

Operasi pemasangan Cochlear Implant harus dilaksanakan di rumah sakit.


Operasi dilaksanakan dengan pembiusan total dengan tahap-tahap berikut (Sanna et
al., 2018)
1. Setelah dilakukan sayatan retroaurikular dan flap sudah dielevasi, mastoidektomi
canal wall up dibor. Karena tujuan mastoidektomi dalam kasus implantasi koklea
hanya untuk memberikan akses ke reses facial, ukuran rongga mastoidektomi harus
sekecil mungkin. Setelah mastoidektomi selesai, monitor facial nerve (FN)
dihidupkan. (Sanna et al., 2018)

2. Identifikasi landmark untuk segmen mastoid dari FN dimulai. Pengeboran antara KSS
lateral dan digastric ridge dimulai. Untuk menghindari cedera pada saraf, pengeboran
harus dilakukan sejajar dengan arah saraf dan harus dengan irigasi suction yang cukup

11
untuk mengurangi cedera panas dan memungkinkan visualisasi maksimal. Saat
pengeboran lebih dekat ke saraf, bor diamond harus digunakan. (Sanna et al., 2018)

3. Setelah FN diidentifikasi, ukuran bor yang digunakan lebih kecil dan timpanotomi
posterior dimulai. Seperti dalam operasi kolesteatoma, tingkat pengeboran awalnya
terbatas oleh empat landmark: medial FN, anulus lateral, short process dari inkus
superior, dan akhirnya chorda tympani inferior. (Sanna et al., 2018)

4. Setelah pengeboran selesai, akses ke round window (RW) dinilai. Jika tepi bawah RW
bisa divisualisasikan melalui timpanotomi posterior, pendekatan sudah cukup. Jika
tidak, chorda tympani dikorbankan dan timpanotomi posterior diperpanjang ke
inferior sampai seluruh niche RW dapat dilihat. (Sanna et al., 2018)

12
5. Menggunakan pena berwarna yang tahan air, dilengkapi dengan implan digunakan
untuk menandai tingkat pengeboran yang diperlukan untuk buat pad / bed untuk
kompleks receiver-stimulator dari implan koklea. Letak bed terletak posterior dan
sedikit lebih tinggi dari rongga mastoid yang dibuat. Bor besar digunakan pada
awalnya; ketika kedalaman cukup oleh implan, bor diamond digunakan untuk
menghaluskan keluar dari tepi. (Sanna et al., 2018)

13
6. Dua terowongan dibor di tulang di sisi bed, dan jahitan silk tebal dilewatkan ke kedua
terowongan untuk membentuk salib di atas bed. (Sanna et al., 2018)

7. Perhatian sekarang pada RW. Superior overhang dari RW niche dibor. Untuk tujuan
ini, bor diamond kecil dengan panjang yang memadai digunakan. (Sanna et al., 2018)

14
8. Membran RW diidentifikasi, dan pengeboran dilanjutkan secara anterolateral untuk
membuat lubang di skala tympani yang memadai untuk penyisipan elektroda implan.
Sepotong jaringan fibrosa digunakan untuk mengobliterasi bukaan yang dibuat.
(Sanna et al., 2018)

9. Kompleks implan receiver-stimulator dipasang ke dalam bed dan diperbaiki di tempat


dengan mengencangkan jahitan. (Sanna et al., 2018)

10. Setelah kompleks diperbaiki, ahli bedah sekarang dapat menggunakan kedua tangan
untuk memasukkan elektroda array. Jaringan fibrosa diangkat dari RW, array
dipegang dengan lembut dengan forseps lurus yang tidak bergigi (ini mencegah
kerusakan pada array yang mahal dengan gigi forsep). Untuk memungkinkan
pemposisian elektroda yang optimal, arah stilet harus selalu tetap mengarah ke
bawah—yaitu, ke kanan ahli bedah saat mengoperasi telinga kanan, dan sebaliknya.
(Sanna et al., 2018)

15
11. Dalam operasi, setelah penyisipan array, audiolog diberikan waktu untuk memeriksa
impedansi elektroda dan memeriksa apakah pemosisiannya benar. Setelah posisi
sudah sesuai, kawat terdepan ditarik. Harus secara hati-hati untuk menghindari
penarikan yang tidak disengaja dari: kawat, karena kesulitan memasukkannya
kembali, yang dapat menyebabkan kerusakan pada elektroda. (Sanna et al., 2018)
12. Setelah penarikan kawat, potongan jaringan fibrosa digunakan untuk menutup RW.
Segel tersebut diperkuat dengan penambahan lem tisu jika dirasa perlu. Langkah ini
membantu memperkuat fiksasi array, mengurangi risiko kebocoran CSF dan
meningitis dan mengurangi kejadian vertigo pasca operasi. Bagian lain dari jaringan
fibrosa digunakan untuk memisahkan array dan saraf wajah, untuk mengurangi
kemungkinan stimulasi FN oleh impuls listrik. Kecukupan insulasi dapat diperiksa
dengan meminta audiolog untuk menerapkan beberapa stimulasi ke implan saat
monitor FN menyala. (Sanna et al., 2018)

16
Perangkat pembedahan ditanamkan di bawah anestesi umum, dan operasi
biasanya berdurasi dari 1 ½ sampai 5 jam. Pertama area kecil dari kulit kepala tepat di
belakang telinga dicukur dan dibersihkan. Kemudian insisi kecil dibuat di kulit tepat di
belakang telinga dan ahli bedah akan mengebor tulang mastoid dan telinga dalam di
mana array elektroda dimasukkan ke koklea. Biasanya pasien pulang hari yang sama atau
sehari setelah operasi, meskipun beberapa penerima implan koklea tinggal di rumah sakit
selama 1 hingga 2 hari. (White & Peterson, 2019)

Seperti halnya dengan setiap prosedur medis, operasi melibatkan sejumlah resiko,
dalam kasus ini, termasuk resiko infeksi kulit, onset tinnitus, kerusakan pada sistem
vestibular, dan kerusakan pada saraf wajah yang dapat menyebabkan kelemahan otot,
gangguan sensasi wajah, atau, dalam kasus-kasus terburuk, terjadi kelumpuhan pada otot
wajah. Ada juga resiko kegagalan komponen implan, biasanya di mana luka sayatan
tidak benar-benar sembuh. Hal ini terjadi pada 2% kasus dan komponen harus
dikeluarkan. Operasi juga dapat merusak pendengaran residu pasien mungkin telah
tertanam di telinga; sebagai akibatnya, beberapa dokter menyarankan implantasi telinga
tunggal, menyelamatkan telinga lain dalam kasus perawatan biologis akan tersedia di
masa mendatang. (Friedland et al., 2003)

3. Proses rehabilitasi dilakukan dengan menyalakan elektroda / switch on ( pada minggu


ke 2 - 3 pasca operasi) dan pemetaan / mapping, selanjutnya diteruskan dengan AVT
untuk latihan bicara yang berfokus pada kemampuan mendengar. (Sanna et al., 2018)

17
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN IMPLAN KOKLEA
kekurangan

Beberapa efek implantasi yang ireversibel misalnya komponen dari implan dapat
merusak system saraf yang ada di dalam koklea dan akhirnya menyebabkan kehilangan
pendengaran secara total pada kandidat. Sementara baru-baru ini diusahakan perbaikan
teknologi, dan teknik penanaman untuk meminimalkan kerusakan seperti itu namun resiko
dan tingkat kerusakan masih bervariasi. (Megerian, 2015)

Selain itu, saat perangkat penerima dapat membantu untuk dapat mendengar dan
mengerti suara di lingkungan mereka, namun hal itu tidak sebagus kualitas suara yang
diproses oleh koklea alami. Akibatnya, mereka tuli sejak lahir ketika menerima implan
sebagai saat dewasa hanya dapat membedakan perbedaan antara suara sederhana, seperti
telepon, dering bel pintu, sementara mereka yang menerima implant pada usia yang lebih dini
dapat mengerti dengan jelas dan dapat berbicara. Tingkat keberhasilan tergantung pada
berbagai faktor, yang paling penting adalah usia penerima. Namun faktor lain seperti
teknologi yang digunakan dan kondisi penerima koklea juga mempengaruhi

Nekrosis yang terjadi pada lipatan kulit sekitar koklea implant dapat diatasi dengan
terapi hyperbaric. Hyperbaric oksigen telah terbukti menjadi terapi tambahan yang berguna
dalam pengelolaan implan koklea flap yang mengalami nekrosis.

Pada tahun 2003, CDC dan FDA mengumumkan bahwa anak-anak dengan implan
koklea mempunyai resiko meningitis bakteri (Reefhuis 2003). Walaupun risiko ini sangat
kecil, masih 30 kali lebih tinggi daripada anak-anak dalam populasi umum. CDC dan
organisasi kesehatan nasional lainnya (seperti Inggris) sekarang menjalankan program
vaksinasi terhadap meningitis pneumokokus pada anak-anak yang menjadi kandidat implan
koklea.

Banyak pengguna, audiologists, dan ahli bedah juga melaporkan bahwa bila ada
infeksi telinga yang menyebabkan cairan di telinga tengah, hal itu dapat mempengaruhi
koklea implan, sehingga untuk sementara berkurang pendengaran.

Kelebihan: (Egilmez & Kalcioglu, 2015)

1. Keberadaannya tidak tampak dari luar


2. Membuat kanal telinga terbuka.
3. Mengurangi distorsi pengeras suara.

18
KOMPLIKASI

- Pendarahan, termasuk pendarahan yang mengancam jiwa


- Stroke
- Infeksi
- Peningkatan risiko meningitis
- Rasa sakit
- Kerusakan kulit di atas area magnet
- Kegagalan perangkat termasuk bagian yang rusak dari perangkat yang gagal atau
penempatan yang tidak tepat di koklea
- Kerusakan dasar tengkorak
- Trauma pada otak
- Kebocoran cairan serebrospinal
- Paralisis/paresis saraf wajah
- Hilangnya rasa di sisi ipsilateral lidah
- Kematian
- Pusing/vertigo
- Tuli total (White & Peterson, 2019)

KESIMPULAN
• Implan Koklea merupakan terobosan besar di bidang kedokteran. Penelitian tentang
Implan Koklea telah dilakukan sejak awal tahun 1950 dan diakui oleh FDA (Food and
Drug Administration) pada pertengahan 1980-an.
• Implan Koklea merupakan alat prostetik dengan komponen internal yang dipasang
lewat pembedahan dan komponen eksternal yang memerlukan penyesuaian dan
pemograman.
• Untuk menentukan apakah seseorang dapat menjadi kandidat Koklea, memerlukan
pemeriksaan dan berbagai tes oleh dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan-
kepala leher.
• Walau bagaimanapun implan koklea masih terdapat kerugian dan kelebihannya
tersendiri berbanding alat bantu dengar yang biasa. Aspek-aspek seperti individu yang
siap dengan konsekuensi dari efek samping pemasangan implan dan keluarga yang
cukup mendukung sangat menentukan keberhasilan fungsi dari implan itu sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Alkhamra, R. A. (2015). Cochlear implants in children implanted in Jordan: A parental


overview. In International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology (Vol. 79, Issue 7,
pp. 1049–1054). https://doi.org/10.1016/j.ijporl.2015.04.025

Anggraeni, R. (2019). Hari Pendengaran Sedunia (World Hearing Day) 3 Maret 2019 Rumah
Sakit Dokter Hasan Sadikin Bandung. In Rshs. https://web.rshs.or.id/hari-pendengaran-
sedunia-world-hearing-day-3-maret-2019/

Bansal, M. (2013). Diseases of Ear, Nose and Throat. In Diseases of Ear, Nose and Throat.
https://doi.org/10.5005/jp/books/11788

Dhingra, P. L. (2017). Cholesteatoma and Chronic Otitis Media. In Diseases of Ear, Nose
and Throat & Head and Neck Surgery (7 Th). Elsevier.

Djaafar, Z. A., Helmi, & Restuti, D. R. (2017). Kelainan Telinga Tengah. In Balai Penerbit
FK UI (Ed.), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala &
Leher.

Egilmez, O. K., & Kalcioglu, M. T. (2015). Cochlear implant: indications, contraindications


and complications. Scripta Scientifica Medica, 47(4), 9.
https://doi.org/10.14748/ssm.v47i4.1428

Friedland, D. R., Venick, H. S., & Niparko, J. K. (2003). Choice of ear for cochlear
implantation: The effect of history and residual hearing on predicted postoperative
performance. In Otology and Neurotology (Vol. 24, Issue 4, pp. 582–589).
https://doi.org/10.1097/00129492-200307000-00009

Kaibao Nie, P., Ward Drennan, P., & Jay Rubinstein, MD, P. (n.d.). Cochlear Implant
Coding strategies and device programming.

Kenneth H Lee, MD, PhD; Chief Editor: Arlen D Meyers, MD, M. (2020). Indications for
Cochlear Implants_ Overview, Preoperative Considerations, Etiologies of Severe to
Profound Hearing Loss. In Http://Emedicine.Medscape.Com/.
http://emedicine.medscape.com/article/857164-overview#showall

Manrique, M., Zubicaray, J., Ruiz de Erenchun, I., Huarte, A., & Manrique-Huarte, R.
(2015). Guidelines for cochlear implant indication in Navarre. In Anales del Sistema
Sanitario de Navarra (Vol. 38, Issue 2, pp. 289–296). https://doi.org/10.4321/s1137-

20
66272015000200013

Megerian, C. A. (2015). Cochlear Implant Surgery: Background, History of the Procedure,


Problem. http://emedicine.medscape.com/article/857242-overview

Perkins, J. (2011). Cochlear implant _ RIT.

Rehm, H. L., & Morton, C. C. (1999). A new age in the genetics of deafness. In Genetics in
Medicine (Vol. 1, Issue 6, pp. 295–302). https://doi.org/10.1097/00125817-199909000-
00009

Sanna, M., Russo, A., Taibah, A., Piras, G., & Tang, W. (2018). The Temporal Bone :
Anatomical Dissection and Surgical Approaches.

Sheet, N. F. (2012). NIDCD Fact Sheet Cochlear Implants. Rev Laryngol Otol Rhinol (Bord),
111(5), 417–418. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2087601

White, H. J., & Peterson, D. C. (2019). Anatomy, Head and Neck, Ear Organ of Corti. In
StatPearls. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30855919

21

Anda mungkin juga menyukai