1
PENDAHULUAN
• Dapat disertai juga dengan adanya gatal pada hidung dan mata
• Faktor penyebab utama adanya kontak dengan alergen hirup
2
DEFINISI
3
ALERGEN DAN SUMBER ALERGEN
Alergen antigen yang menginduksi
dan bereaksi dgn antibodi IgE
Alergen hirup (Aeroallergens)
Mites : house dust mites
Dermatophagoides pteronyssinus (Dpt)
Alergen binatang: anjing, kucing, kuda, kecoa
Spora jamur, serbuk sari bunga
Polutan: asap rokok, gas buang knalpot.
4
PERAN MEDIATOR DALAM MANIFESTASI
GEJALA rhinitis ALERGI
Bersin-bersin (Sneezing)
Histamin paska paparan alergen.
terlepasnya histamin pada proses degranulasi mastosit.
Gejala bersin jarang terjadi pada RAFL
Beringus ( Rhinore)
Histamin yg dilepas mastosit penyebab utama rinore
↑permeabilitas pembuluh darah ekstravasasi cairan
Mediator yang juga berperan ECP, PAF, LTC4, substance P, dan
VIP.
7
PERAN MEDIATOR DALAM MANIFESTASI GEJALA rhinitis ALERGI
8
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik alergi.
9
ANAMNESIS
10
• Gejala rhinitis alergi : bersin >5x tiap serangan,
rinore, nasal blockage, gatal pada hidung,
tenggorokan, palatum, telinga atau mata, mata
berair, post nasal drip, batuk kronik, dll.
• Faktor pemicu rhinitis alergi
• Frekuensi serangan, beratnya penyakit, lama
sakit, intermitten atau persisten
• Komorbid organ lain sebelumnya atau
bersamaan rhinitis alergi
• Riwayat atopi di keluarga
• Riwayat pengobatan
KLASIFIKASI RHINITIS ALERGI
MENURUT ARIA-WHO 2020
INTERMITTEN PERSISTEN
Gejala Gejala
• < 4 hari per minggu • > 4 hari per minggu
• atau < 4 minggu • dan > 4 minggu
SEDANG-BERAT
RINGAN SATU ATAU LEBIH GEJALA
• • Tidur terganggu
Tidur normal
• • Aktifitas sehari-hari saat olahraga
Aktifitas sehari-hari saat olahraga
dan saat santai normal dan saat santai terganggu
• • Saat bekerja dan sekolah terganggu
Saat bekerja dan sekolah normal
• • Ada keluhan yang mengganggu
Tidak ada keluhan yang
mengganggu
(
12 6
PEMERIKSAAN FISIK
13
PEMERIKSAAN HIDUNG
RINOSKOPI ANTERIOR
1. Ukuran konka oedem
2. Warna mukosa biru pucat (livid)
3. Warna ingus jernih, encer
14
PEMERIKSAAN HIDUNG
Nasal endoscopy
Rigid Hopkins rods atau flexible fibre optic endoscope.
Dilakukan dalam anestesi topical intra nasal.
15
Normal Rhinitis alergi
PEMERIKSAAN MAKSILOFASIAL
– Allergic salute
– Nasal crease / Linea nasalis
– Allergic shiners/ Dennies line
16
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSTIK ALERGI
17
TES KULIT EPIDERMAL
1. Tes Kulit Tusuk (Skin Prick Test / SPT )
2. Tes Kulit Gores (Skin Sratch Test)
tdk direkomendasikan false positif
18
SPT/ Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Keuntungan:
• Lebih aman
• Beberapa alergen dapat di test secara bersamaan
• Hasil dapat segera dibaca dengan cepat
Kerugian:
• Kurang berespon pada orang dengan sensitifitas terhadap
antigen yang lemah
20
Tes kulit tusuk (skin prick test)
Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen
yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum
khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan
luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam
waktu 15 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu
akan timbul bentol merah gatal.
Menginduksi bintul (wheal) dan eritem (flare)
21
TES KULIT INTRADERMAL
1. TES KULIT PENGENCERAN TUNGGAL (SINGLE DILUTION)
22
TES KULIT INTRADERMAL
2. SKIN END POINT TITRATION ( SET )
Tes kulit pengenceran berganda 1935, French K Hansell
Tehnik untuk menentukan endpoint reaksi terhadap
suatu alergen inhalan & dosis inisial yg aman utk
Imunotherapi
“Endpoint “
Kondisi dimana mulai terjadinya respon alergi yang timbul
akibat penyuntikan alergen.
23
PEMERIKSAAN RAST (Radio Allergo Sorbent Test) IgE Spesifik.
24
Radio Alergo Sorbent Test (RAST)
Keuntungan:
• Dpt digunakan pd kelainan kulit luas, anak-anak yg tdk
kooperatif
• Dpt digunakan pd penderita RA yg tdk dpt lepas dr obat
antihistamin
• Bahaya anafilaksis tdk ada
• Pemeriksaan lbh menyenangkan
25
MANAJEMEN PENATALAKSANAAN
RHINITIS ALERGI
26
Allergen
avoidance
indicated when
possible
Immunotherapy
Pharmacotherapy effectiveness
safety
effectiveness
Costs specialist prescription
may alter the natural
easy administration course of the disease
Patient
education
always indicated
27
18
Tatalaksana menurut ARIA 2020
Klasifikasi Pengobatan Rhinitis Alergi
(ARIA 2020)
Specific Treatment Step Down
Specific Treatment Step Up
ANTIHISTAMIN
Menghambat kerja reseptor H1 dan bekerja sebagai reverse agonist.
Digolongkan menjadi:
1. Generasi pertama ( classic ): Dexchlorpheniramine,
Chlorpheniramine Maleat, Tripolidin.
2. Generasi kedua ( non – classic ):
– Cetirizine
– Loratadine
– Feksofenadine
– Levocetirizine
– Desloratadine
– Rupatadine
– Bepostatin besilat
33
DEKONGESTAN
• Termasuk adrenergik (topikal/sistemik) Vasokontriktor
• Mengatasi sumbatan hidung sementara
• Lebih efektif digunakan bersama antihistamin
• Pemakaian obat topikal jangka lama rhinitis
medikamentosa
34
ANTIKOLINERGIK
35
ANTI LEUKOTRIEN
• Antileukotrien gejala hidung tersumbat
• Mediator leukotrien menginduksi gejala hidung tersumbat.
• Obat antileuklotrien dapat dikombinasikan dengan
antihistamin.
• Termasuk golongan ini : Zafirlucast, Montelucast
36
KROMOLIN SODIUM
• Mekanisme kerja kromolin belum jelas.
• Invivo disodium kromoglikat << jumlah akumulasi sel-sel
eosinofil pada bopsi mukosa penderita rhinitis alergi seasonal
serta dapat menekan fungsi sel-sel pro-Inflamatory.
• Pemakaiannya harus berulang tiap 6 jam karena lama obat
pendek hingga pemberian obat ini kurang praktis
37
GLUKOKORTIKOID TOPIKAL
39
Terapi Imuno Alergen Spesifik (TIAS)
• Starting dose :
Dosis yg aman diberikan pada pertama kali, biasanya dalam
jumlah yg kecil atau sangat kecil tergantung senstivitas
pasien (berdasarkan Skin prick test)
• Optimal dose :
Dosis tertinggi yang harus diberikan sbg dosis maintenance
Sama untuk setiap pasien, tidak tergantung usia
• Tolerable dose :
Dosis tertinggi yang harus diberikan sbg maintenance, yg
dapat ditoleransi aman bagi pasien
Dosis ini berbeda untuk setiap pasien, tergantung usia
40
Terapi Imuno Alergen Spesifik (TIAS)
• Dosis alergen yang diberikan meningkat bertahap dengan
interval waktu penyuntikan diperpanjang bertahap (Bousquet
et al, 1998):
– Seminggu sekali (10 -13 kali)
– Dua minggu sekali 5-6 kali
– Tiga minggu sekali 3 kali
– Sebulan sekali 2-3 kali
– Dua bulan sekali dst sampai 6 bulan sekali : masing-masing
2 kali
41
Terapi Imuno Alergen Spesifik (TIAS)
42
IMUNOTERAPI BERDASARKAN SET
Initial Dose
- Penyuntikan 0,05 ml larutan endpoint
- Selanjutnya dinaikkan 0,05 ml
- Ahli berpengalaman naik 0,10 ml
- Interval penyuntikan 1 - 2 kali / minggu
43
• Suntikan ini mengurangi jumlah antibodi Ig E di dalam darah
dan merangsang tubuh untuk membentuk suatu antibodi
pertahanan yang disebut IgG.
45