Anda di halaman 1dari 43

RHINITIS ALERGI, VASOMOTOR, DAN MEDIKAMENTOSA

KEPANITERAAN THT
PERIODE 6 MEI – 15 JUNI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
KRISTEN INDONESIA
Rhinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersenitisasi dengan alergen yang
sama serta dilepaskanya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulang

Buku Ajar Ilmu THT- KL FKUI Edisi 6

Rhintis adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinorea, rasa
gatal yang tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai
oleh Ig E

WHO ARIA 2001


JENIS ALERGEN PENYEBAB
KLASIFIKASI

Hanya dikenal di negara 4


Musiman (seasonal) musim alergenya dapat
tepungsari/ spora jamur

Klasifikasi Rhinitis Alergi

Terjadi sepanjang tahun baik


Sepanjang tahun ( perennial)
intermitten/ terus menerus
ARIA 2007
GAMBARAN KLINIS
DIAGNOSIS RESPON
TERHADAP
PENGOBATAN,
LINGKUNGAN,
PEKERJAAN

FAKTOR
GEJALA ANAMNESA GENETIK

POLA
GEJALA
INSPEKSI

Allergic shiner Allergic sallute Allergic crease

Buku ajar ilmu kesehatan THT-KL FK UI , edisi 6


PEMERIKSAAN PENUNJANG

IN VITRO IN VIVO

Hitung eosinofil, Ig E total,


RAST, ELISA, pemeriksaan Skin prick test / Skin test
sitologi
In Vitro
1. Hitung eosinofil total
– N : 1-3 %
– Hitung eosinofil total dengan kamar hitung lebih
akurat.
– Eosinofilia sedang (15%-40%) : penyakit alergi, infeksi
parasit, pajanan obat, keganasan, dan defisiensi
imun,
– eosinofilia berat (50%-90%) : migrasi larva
2. Hitung eosinofil dalam sekret
– Lebih sensitif dari eosinofil darah tepi
– Esinofilia nasal pada anak : > 4% dalam apusan
sekret hidung, pada remaja dan dewasa bila >10%.
3. Kadar IgE total
– Kadar IgE total didapatkan normal pada 50%
pasien alergi, dan sebaliknya meningkat pada
penyakit non-alergi (infeksi virus/jamur,
imunodefisiensi, keganasan)
In Vivo

1. UJI KULIT
1. Skin prick test
- Hentikan penggunaan obat seperti antihistamin dan
kortikosteroid
- Bagian volar lengan bawah
- Jarak 2-3 cm
- Lakukan tusukan : kontrol (-) : larutan glyserin
kontrol (+) : larutan histamin
- Setetes ekstrak alergen diletakkan pada permukaan kulit.
- Tusukkan Jarum kedalam kulit lapisan atas.
- Intrepretasi hasil
IMUNOTERAPI

ELIMINASI
ALERGEN PENATALAKSANAAN KONKOTOMI
PENYEBAB

MEDIKAMENTOSA
1. Eliminasi Alergen (Non-farmakoterapi)

Tujuan :
mencegah kontak antara alergen
dengan IgE spesifik pada permukaan
sel mast

• Pastikan alergen dengan skin test


• Memperbaiki ventilasi dan
kelembaban udara
• Menjaga kebersihan rumah

Contoh alergen
2. Farmakoterapi

1. Antihistamin : lini pertama (gold)


– antagonis histamiin reseptor H1 yang bekerja secara
inhibisi kompetitif pada reseptor Hl
– Pemberian dapat kombinasi atau tanpa dengan
Dekongestan
– Obat :
• Antihistamin generasi I : ( difenhidramin, klorfeniramin,
promestasin dan siproheptadin)
• Antihistamin generasi II : (loratadin, astemisol dan
azelastin)
2. Farmakoterapi

2. DEKONGESTAN

golongan simpatomimetik beraksi pada reseptoradrenergik pada mukosa hidung


untuk menyebabkanvasokonstriksi, menciutkan mukosa yang membengkak,dan
memperbaiki pernafasan
Penggunaan agen topikal yang lama (lebih dari 3-5 hari) dapat menyebabkan rinitis
medikamentosa, di manahidung kembali tersumbat akibat vasodilatasi perifer

CONTOH :

Contoh : Fenilefrin, Fenilpropanilamin, Pseudoefedrin


2. Farmakoterapi

3. Kortikosteroid

• menekan produksi sitokin dan mencegah sintesis


IgE oleh sel B
• Kortikosteroid intranasal/ topikal
– lini pertama rinitis alergi sedang-berat
– Obat :Budesonide, beklometason, flunisolide,
flutikason, Kortikosteroid sistemik : rinitis alergi berat
• Kortikosteroid sistemik
– Rinitis alergi berat
2. Farmakoterapi

4. Sodium Kromoglikat (semprotan hidung)


– Menghambat influks ca2+  menghambat
pelepasan mediator alergi

5. ipratropium bromida (semprotan hidung)


– menghambat reseptor kolinergik pada permukaan
sel efektor  mengurangi hipersekresi mukus
(rinore)
3. Imunoterapi

Syarat : farmakoterapi tidak memberi respon

Imunoterapi : menginjeksikan alergen yang memicu reaksi alergi


pada pasien dengan dosis yang semakin meningkat sampai
tertoleransi

Tujuan:
• Mengurangi produksi Ig
• Mengurangi pelepasan mediator alergi
• mengurangi sensitivitas mukosa hidung
Tindakan Oprasi

• Indikasi tindakan bedah terhadap pasien rinitis alergi yaitu:


1. Hipertrofi konka inferior yang resisten terhadap pengobatan
2. Variasi anatomi tulang hidung dengan gangguan fungsi atau
estetik
3. Sinusitis kronik sekunder akibat rinitis alergi
4. Bentuk berbeda dari poliposis unilateral hidung (polip koana,
polipsoliter, sinusitis jamur alergi) atau polip hidung bilateral
yang resistenterhadap pengobatan
5. Penyakit sinus jamur
Tindakan Oprasi

• Tindakan konkotomi (pemotongan pengecilan konka


inferior) perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi
berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara
kauterisasi memakai AgNO3 25 % atau troklor asetat.
Komplikasi Rhinitis Alergi

• Sinusitis
• Otitis media
• Polip hidung
• Disfungsi tuba
RINITIS VASOMOTOR
DEFINISI
• Rinitis vasomotor adalah suatu inflamasi
mukosa hidung yang bukan merupakan proses
alergi, bukan proses infeksi, dimana pembuluh
darah yang terdapat di hidung menjadi
membengkak sehingga menyebabkan hidung
tersumbat dan kelenjar mukus menjadi
hipersekresi
OBAT

PSIKIS ETIOLOGI FISIK

ENDOKRIN
PATOFISIOLOGI
Disfungsi
sistem saraf
otonom

-Saraf parasimpatik
meningkat
- Saraf simpatik menurun

Transudasi
cairan, edema
dan kongesti
GEJALA DAN TANDA
• Pasien mengeluh hidungnya tersumbat terus-
menerus dan berair.
• Pada pemeriksaan tampak edema / hipertrofi
konka dengan sekret hidung yang berlebihan.
ANAMNESA

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN LAB

PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

DIAGNOSIS
RHINITIS VASOMOTOR
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

Faktor yang mempengaruhi keseimbangan vasomotor

Pemeriksaan Fisik

Rinoskopi Anterior :
- Edema Konka
- Konka bewarna merah gelap/tua tetapi dapat pula pucat
- Permukaan konka bisa licin atau berbenjol
- Sekret serous atau mukus

Laboratorium

Ig E normal, skin test (-), eosinofil normal


RHINITIS ALERGI VS RHINITIS
VASOMOTOR
Karakteristik Rhinitis Alergi Rhinitis Vasomotor

Mulai serangan Belasan tahun Dekade ke 3 – 4


Riwayat terpapar allergen ( +) Riwayat terpapar allergen ( - )

Etiologi Reaksi Ag - Ab terhadap Reaksi neurovaskuler terhadap


rangsangan spesifik beberapa rangsangan mekanis
atau
kimia, juga faktor psikologis
Gatal & bersin Menonjol Tidak menonjol
Gatal dimata Sering dijumpai Tidak dijumpai
Test kulit Positif Negatif
Sekret hidung Peningkatan eosinofil Eosinofil tidak meningkat
Eosinofil darah Meningkat Normal
Ig E darah Meningkat Tidak meningkat
Neurektomi Tidak membantu Membantu
n. vidianus
PENATALAKSANAAN
• Hindari faktor pencetus
HINDARI
PENYEBAB
kemungkinan terjadinya
rhinitis vasomotor.

• Dekongestan
• Anti histamin
FARMAKOTERAPI
• Kortikosteroid
• antikolinergik

• Kauterisasi konka
• Turbinektomi dengan laser
TERAPI OPERATIF
• Bedah beku konka inferior .
• Reseksi konka parsial atau total

• Pemotongan pada N. Vidianus bila


Neurektomi Vidian
cara lain tidak berhasil
RINITIS MEDIKAMENTOSA
DEFINISI

• Rhinitis medikamentosa adalah suatu


kelainan hidung berupa gangguan
respon normal vasomotor sebagai
akibat pemakaian vasokonstriktor
topical (obat tetes hidung atau obat
semprot hidung) dalam waktu lama dan
berlebihan, sehingga menyebabkan
sumbatan hidung yang menetap. Dapat
dikatakan hal ini disebabkan oleh
pemakaian obat yang berlebihan (drug
abuse)
ETIOLOGI

• Penggunaan obat vasokonstriktor topikal dari


golongan simpatomimetik akan menyebabkan
siklus nasal terganggu
• Penggunaan obat-obatan yang dapat
menyebabkan edema mukosa seperti asam
salisilat, kontrasepsi oral, hydantoin, estrogen,
fenotiazin, dan guanetidin. Sedangkan obat-
obatan yang menyebabkan kekeringan pada
mukosa hidung adalah atropin, beladona,
kortikosteroid dan derivat katekolamin
• Pemakaian obat sistemis yang bersifat sebagai
antagonis adreno-reseptor alfa seperti anti
hipertensi dan psikosedatif
Tanda dan gejala
• Keluhan utama pasien adalah hidung tersumbat
secara terus menerus dan berair.
• Pada pemeriksaan fisik rhinitis medikamentosa tidak
jauh bedanya dengan infeksi atau rhinitis alergi.
Mukosa hidung kelihatan kemerahan ( beefy-red )
dengan area bercak pendarahan dan sekret yang
minimal atau edem.
• Tampak edem / hipertrofi konka dengan secret
hidung yang berlebihan, apabia diberi tampon
adrenalin, edema konka tidak berkurang
Diagnosa
Anamnesis
• Riwayat pemakaian vasokontriktor
topikal seperti obat tetes hidung atau
obat semprot hidung dalam waktu lama
dan berlebihan.
• Obstruksi hidung yang berterusan (
kronik ) tanpa pengeluaran sekret atau
bersin.
Pemeriksaan fisik
• Rhinoskopi anterior : konka edema
(hipertrofi), sekret hidung yang
berlebihan
• Tes adrenalin : negatif (edema konka
tidak berkurang)
Penatalaksanaan
• Jika disebabkan pemakaian dekongestan
topikal maka hentikan pemakaian
• Untuk mengatasi sumbatan hidung
berulang (rebound congestion) berikan
kortikosteroid secara tappering off dengan
penurunan dosis sebanyak 5mg/hari
• Obat dekongestan oral (biasanya
mengandung pseudoefedrin)
• Operatif bila tidak ada perbaikan selama 3
minggu : cauterisasi konka inferior,
conchotomi concha inferior

Anda mungkin juga menyukai