Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Periapendikular Infiltrat adalah suatu keadaan menutupnya apendiks


dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler. Periapendisistis infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai
adanya pembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari
proses peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat. Massa apendiks
lebih sering dijumpai pada pasien berumur lima tahun atau lebih karena daya
tahan tubuh telah berkembang dengan baik dan omentum telah cukup panjang
dan tebal untuk membungkus proses radang. Dalam bentuk tanda dan gejala
fisik, apendisitis adalah suatu penyakit prototipe yang berlanjut melalui
peradangan, obstruksi dan iskemia dalam jangka waktu yang bervariasi.1
Evaluasi yang baik dari apendisitis akut dapat mengurangi intervensi
untuk operasi awal, dengan harapan dapat mengurangi risiko operasi yang tidak
diperlukan Appendisitis infiltrat didahului oleh keluhan appendisitis akut yang
kemudian disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik apendisitis akut
biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang
disertai dengan muntah. Dalam 22 jam nyeri beralih kekuadran kanan, yang
akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah. Pada
permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang menetap,
namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin
progresif.2
Setiap tahun rata-rata 300.000 orang menjalani apendektomi di Amerika
Serikat, dengan perkiraan lifetime incidenceberkisar dari 7-14% berdasarkan
jenis kelamin, harapan hidup dan ketepatan konfirmasi diagnosis. Perforasi
lebih sering pada bayi dan pasien lanjut usia, yaitu dengan periode angka
kematian paling tinggi. Insidens pada perempuan dan laki-laki umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada laki-laki lebih tinggi.2

1
Sedangkan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa selama periode Oktober 2014 – September 2017 terdapat
650 pasien. Jumlah pasien terbanyak ialah apendisitis akut yaitu 412 pasien
(63%) sedangkan apendisitis kronik sebanyak 38 pasien (6%). Dari 650 pasien,
yang mengalami komplikasi sebanyak 200 pasien yang terdiri dari 193 pasien
(30%) dengan komplikasi apendisitis perforasi dan 7 pasien (1%) dengan
periapendikuler infiltrat. Kelompok umur tersering yang menderita apendisitis
ialah 20-29 tahun. Jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan.3
Appendisitis dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 20-30 tahun.
Penelielitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnynya
penyayakit apendisitis. tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya
konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis.4

2
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Tempat & Tanggal Lahir/Usia : Palu, 14 mei 1985 / 35 Tahun
Alamat : Jl, Kalora
Hari/Tanggal Masuk : Rabu/29 Juli 2020
Suku Bangsa : Kaili
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Jumlah Hari Rawat : 5 hari
Ruangan Perawatan : Kenari
Diagnosis : Periappendicular infiltrat

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
tadi pagi nyeri bersifat hilang timbul, nyeri dirasakan semakin memberat sejak 3
hari yang lalu dan nyeri dirasakan memberat saat berjalan sehingga saat berjalan
seperti pincang, gambaran nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri menjalar sampai ke
belakang, menurut pasien nyeri pertama kali dirasakan pada perut kanan bawah
sejak 1 tahun yang lalu dan lama kelamaan semakin memberat. Pasien
merasakan keluhan lain yaitu demam, yang dirasakan sejak tadi pagi, sakit

3
kepala (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), sesak (-). BAB dan BAK
terakhir,pasien mengeluhkan belum BAK dan BAB sejak tadi pagi.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya: Tidak ada di temukan


4. Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada di temukan
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sakit Sedang Status Mental: Compos Mentis
Status Gizi : Baik

2. Pengukuran Tanda Vital


T. Darah : 120/80 mmHg VAS: 6-7
Denyut Nadi : 86 kali/menit, kuat angkat
Suhu : 37,2 0C
Respirasi : 20 kali/menit

3. Kepala
Bentuk : Normocephal
Deformitas :-
Mata : Konjungtiva: Anemis (-/-) Sklera: Ikterik (-/-)
Pupil: Isokor (2/2 mm) Cekung: (-/-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-/-); pernapasan cuping hidung (-/-)
Mulut : Sianosis (-); Bibir kering (-); Lidah kotor (-);
Tenggorokan : Tonsil: Normal (T1/T1) Pharynx: Normal, hiperemis
(-/-)

4. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-); Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Kaku kuduk (-); Lain-lain (-).

5. Thorax

4
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-) pada dada kiri
Perkusi : Redup lapangan paru atas (-/-), sonor lapangan paru bawah
Auskultasi : Bronchovesikular (-/-), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-),vesikuler
(+/+) Bunyi jantung I/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

6. Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, massa (-), distensi (-), sikatriks (-), asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+),
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio inguinal dextra, inguinal sinistra, umbilicus,
defans muscular (+) organomegali (-)

7. Anggota Gerak : Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)


Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)

8. Status Lokalis:
a. Regio Abdomen
Inspeksi: Tampak datar (+), distensi Abdomen (-)
Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: nyeri tekan (+) regio Mc. Burney, Rovsing sign (+), blumberg sign (+),
defans muscular (+), obturator sign (-), Psoas sign (-)
Perkusi : timpani (+)

5
D. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi (14 Agustus 2020)
Hematologi Hasil Rujukan Satuan
WBC 16,1 4.8-10.8 10’3 / uL
RBC 4,60 4.7-6.1 10’6 / uL
HGB 14,8 14-18 g / dL
HCT 42,2 42-52 %
PLT 139 150-450 10’3 / uL
MCV 89,2 80-96 Fl
MCH 33,1 27-31 Pg
MCHC 37,1 32-36 g/dL

GDS 115 80-199 mg/dl

Foto USG
Kesan : Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

6
Tanggal 14 Agustus 2020
E. Resume
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
tadi pagi nyeri bersifat hilang timbul, nyeri dirasakan semakin memberat sejak 3
hari yang lalu dan nyeri dirasakan memberat saat berjalan sehingga saat berjalan
seperti pincang, gambaran nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri menjalar sampai ke
belakang, menurut pasien nyeri pertama kali dirasakan pada perut kanan bawah
sejak 1 tahun yang lalu dan lama kelamaan semakin memberat. Pasien
merasakan keluhan lain yaitu demam, yang dirasakan sejak tadi pagi, sakit
kepala (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), sesak (-). BAB dan BAK
terakhir,pasien mengeluhkan belum BAK dan BAB sejak tadi pagi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan (120/80 kali/menit), Respirasi (86x/Menit),Suhu
(37,2 0C).Pada inspeksi status lokalis abdomen pada palpasi nyeri tekan (+) regio Mc.
Burney, Rovsing sign (+), blumberg sign (+), defans muscular (+)
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium hematologi diperoleh hasil normal pada
hematologi,pemeriksaan Ultrasonografi didapatkan Appendicitis dengan appendicolith
dan cairan bebas cavum peritonium

7
F. Diagnosis
Periapendicular infiltrat

G. Diagnosis Banding
Kolik Abdomen

H. Terapi
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV

FOLLOW UP

Hari/Tanggal: sabtu,15 Agustus 2020


(Perawatan hari – 1)
S Nyeri perut kanan bawah (+), sesak (-), Mual (-) BAB (+) cair dan BAK dengan
keteterisasi (+) 1500cc/9 jam
O 1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 84 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,5 ˚C
5. Tekanan Darah : 100/60 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
7. VAS : 7-8

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1

8
8. Pemeriksaan penunjang : USG
Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

A Periapendicitis Infiltrat
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV

Hari/Tanggal:minggu, 16 Agustus 2020


(Perawatan hari – 2)
S Nyeri perut kanan bawah (+), sesak (-), Mual (-) BAB (+) cair dan BAK dengan
keteterisasi (+) 1700cc/6jam
O 1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 79 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,8 ˚C
5. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
7. VAS :5

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1

Pemeriksaan penunjang : USG


Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

9
A Periapendicitis infiltrate
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV

Hari/Tanggal: Senin,17 Agustus 2020


(Perawatan hari – 3)
S Nyeri perut kanan bawah (+), sesak (-), Mual (-) BAB (+) cair dan BAK dengan
keteterisasi (+) 1500cc/6jam
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 82 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,5 ˚C
5. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O 7. VAS :5

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1

8. Pemeriksaan penunjang : USG


Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

A Periapendicitis Infiltrat

10
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV

Hari/Tanggal: Selasa,18 Agustus 2020


(Perawatan hari – 4)

S Nyeri perut kanan bawah (+), sesak (-), Mual (-) BAB (+) cair dan BAK dengan
keteterisasi (+) 600 cc/12jam urin berwarna kuning pekat, produksi drain
abdomen 100cc
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 88 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,8 ˚C
5. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O 7. VAS :5

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1

8. Pemeriksaan penunjang : USG


Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

A Periapendicular Infiltrat

11
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV

Hari/Tanggal: Rabu 19 agustus 2020


(Perawatan hari – 5)
S Nyeri perut kanan bawah (+), sesak (-), Mual (-) BAB (+) cair dan BAK dengan
keteterisasi (+) 1100 cc/12jam
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 80 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,7 ˚C
5. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O 7. VAS :3

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1

8. Pemeriksaan penunjang : USG


Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

A Periapendicular Infiltrat
P IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV

12
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
Diet Cair

Hari/Tanggal: Kamis 20 agustus 2020

S (Perawatan hari – 6)
Nyeri perut post OP (+), sesak (-), Mual (-) , flatus (+) BAB (+) BAK (+)
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 83 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,7 ˚C
5. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O 7. VAS :5

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1

9. Pemeriksaan penunjang : USG


Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium

A Periapendicular Infiltrat
P Post OP

IVFD Ringer Lactate 20 tpm


Injeksi Ranitidin 50 mg amp/8 jam IV

13
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
Injeksi As. Tranexamat/8 jam IV
Puasa

Hari/Tanggal: Jumat 21 agustus 2020


(Perawatan hari – 6)
S Nyeri perut post OP (+) nyeri berkurang, sesak (-), Mual (-) , flatus (+)
BAB (+) BAK (+)
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 81 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,7 ˚C
5. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O
7. VAS :3

WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2
MCH: 33,1; MCHC: 37,1

8. Pemeriksaan penunjang : USG


Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium
A Periapendicular Infiltrat
Cefadroxil 500mg 2 x 1
P Meloxicam 7,5 mg 3 x 1
Antasida Syr 3 x 1

14
BAB III
DISKUSI KASUS

Periappendikular Infiltrat adalah merupakan suatu keadaan menutupnya


apendiks dengan omentum, usus halus, atau adeneksa sehingga terbentuk massa
periapendikuler. Periapendikular infiltrat adalah suatu peradangan yang disertai
adanyapembesaran pada apendiks periformis yang merupakan asaserbasi dari proses
peradangan akut, yang belum tertangani secara adekuat. Apendisitis infiltrat adalah
proses radang apendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum dan usus-
usus dan peritoneum disekitarnya sehingga membentuk massa appendical mass.
umumnya massa apendiks terbentuk pada hari ke-4 sejak peradangan mulai apabila
tidak terjadi peritonitis umum. Massa apendiks lebih sering dijumpai pada pasien
berumur lima tahun atau lebih karena daya tahan tubuh telah berkembang dengan baik
dan omentum telah cukup panjang dan tebal untuk membungkus proses radang.1 Pada
kasus ini pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah
nyeri bersifat hilang timbul, nyeri dirasakan semakin memberat sejak 3 hari yang
lalu dan menurut pasien nyeri pertama kali dirasakan pada perut kanan bawah
sejak 1 tahun yang lalu dan lama kelamaan semakin memberat. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama apendisitis. Penyebab lainnya adalah hipertrofi jaringan
limfoid, sisa barium dari pemeriksaan roentgen, diet rendah serat, dan cacing usus
termasuk ascaris. Trauma tumpul atau trauma karena colonoscopy dapat mencetuskan
inflamasi pada apendiks. Post operasi apendisitis juga dapat menjadi penyebab akibat

15
adanya trauma atau stasis fekal. /rekuensi obstruksi meningkat dengan memberatnya
proses inflamasi.2
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. semuanya akan
mempermudah terjadinya apendisits akut. Periapendikular infiltrat didahului
oleh keluhan appendisitis akut yang ke disertai adanya massa
periapendikular.2,3
Manifestasi klinis periappenducular infiltrat di dahului oleh appendicitis
akut yang kemudian disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik
apendisitis akut kemudian disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik
biasanya dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan dan anoreksia. Dalam 2-12 jam nyeri beralih
kekuadran kanan, yang akan memperberat bila berjalan atau batuk.
Nyeri menetap dan terus menerus, tapi tidak berat dan diikuti dengan
kejang ringan didaerah epigastrium, kadang diikuti dengan muntah,
kemudian beberapa saat nyeri pindah ke abdomen kanan bawa menjadi
terlokalisir. Yang menyebabkan ketidaknyamanan waktu bergerak, dan
batuk. Penderita kadang juga mengalami konstipasi. Penderita
appendicitis acute biasanya ditemukan dit terbaring di tempat tidur serta
memberkan penampilan kesakitan.4,5
Gerakan penderita untuk menelentangkan diri merupakan tanda ada
atau tanda rangsang peritoneum (somatic pain). Pemeriksaan pada
abdomen kanan bawah, menghasilkan nyeri terutama bila p disuruh
batuk. Pada palpasi dengan satu jari di regio kanan bawah ini, akan
defans musculer ringan.6 Sehingga pada pasien didapatkan keluhan
nyeri perut kanan bawah sejak tadi pagi nyeri bersifat hilang timbul, nyeri
dirasakan semakin memberat sejak 3 hari yang lalu dan nyeri dirasakan

16
memberat saat berjalan sehingga saat berjalan seperti pincang, gambaran
nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri menjalar sampai ke belakang, menurut
pasien nyeri pertama kali dirasakan pada perut kanan bawah sejak 1
tahun yang lalu dan lama kelamaan semakin memberat. Pasien merasakan
keluhan lain yaitu demam, yang dirasakan sejak tadi pagi, BAB dan BAK
terakhir,pasien mengeluhkan belum BAK dan BAB sejak tadi pagi. Pada
inspeksi status lokalis abdomen pada palpasi nyeri tekan (+) regio Mc.
Burney, Rovsing sign (+), blumberg sign (+), defans muscular (+)
Pada pemeriksan penunjang gambaran radiologi perbedaan Appendisitis
Akut dan dan periappendicular infiltrate diketahui bahwa periapendicular
infiltrat merupakan salah satu komplikasi dari appendisitis akut, dimana pada
periappendicular infiltrate terbentuk abses atau massa pada appendisitis. Abses
apendisitis atau appendicular infiltrate dapat timbul baik di rongga peritoneum
atau ruang retroperitoneal. Ultrasonografi adalah investigasi pertama
yang disarankan untuk mengevaluasi dugaan patologi usus buntu.
Temuan abses usus buntu atau periapendicular infiltrat meliputi:

Pengumpulan cairan (hypoechoic) di daerah appendicular yang mungkin


terbatas dan bulat atau tidak jelas dan penampilannya tidak teratur. Lampiran
dapat divisualisasikan dalam massa. Pada ct-scan terdapat pengumpulan cairan
terlihat di daerah appendicular dengan atau tanpa udara di dalamnya. Sering
kali usus buntu dapat di visualisasikan.5,6

17
gambar 2. foto polos abdomen pasien periappendikular infiltrat atau abses sulit
untuk dinilai letaknya dikarenakan tidak ada gambaran yang spesifik

18
gambar 3. Apendisitis akut dengan abses periappendiks kecil

Gambar 4. Gambaran kumpulan cairan pada periappendicular infiltrate

Gambar 5. CT Scan, menunjukkan area apendiks dan abses yang


meradang.Gambar CT kontras aksial yang disempurnakan aksial ini
menunjukkan gangguan fokus pada dinding apendiks. Abses mengelilingi
apendiks. Appendicolith terlihat dan gas terbentuk di dalam

19
Pada pasien dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi yang didapatkan pada pasien
yaitu Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium
Penatalaksanaan dapat dilakukan Appendiktomi Cito akut, abses & perforasi Elektif
kronik, Antibiotika spektrum luas pemberian Metronidazol dilakukan Monitor :
Infiltrat, tanda-tanda peritonitis (perforasi), suhu tiap 6 jam, LED, bila baik lakukan
mobilisasi dan pulang. Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat
adalah apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan
apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi
Insidensi apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%. apendisitis akut
tanpa komplikasi tidak banyak masalah.7,8,9,10 Pada pasien di berikan terapi dengan
pemberian IVFD Ringer Lactate 20 tpm, Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV,
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV, Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12
jam, Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV . kemudian di lakukan appendektomi
dan Post OP di berikan Cefadroxil 500mg 2 x 1, Meloxicam 7,5 mg 3 x 1, Antasida
Syr 3 x 1.

DAFTAR PUSTAKA

1. D’sosouzuza, Nigigelel. Kareren Nugegentnt. 2014.4. Appendicitis. BMJ Publishing


Group: Clinical Evidence 2014;12:408.
2. Ishikawa, Hiroshi. 2003.Diagnosis and Treatment of Acute Appendicitis.
Deprtment of Surgery, Sasebo Municipal Hospital. JMAJ: Vol. 46, No. 5
3. Christstian, Dewi Prima.a.etetc. 2017.Validitas Rasio Neutrofil Limfosit Pada
Apendisitis Komplikata di di RSUP Sanglah Denpasar.FK Universitsitasas
Udayana: Dokter Spesialis Bedah. Jurnal bedah Nasional
4. Hodge BD, Khorasani-Zadeh A. Anatomi, Abdomen dan Pelvis,
Lampiran. [Diperbarui 2019 1 Februari]. Dalam: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019 Jan-. Tersedia
dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459205/

20
5. Park, Noh Hyuch.etc. 2011.Ultrasonography of of Normal and Abnormal
Appendix in in Children. World Jurnal of Radiology 2011 April 28; 3(4): 85-
91.
6. Marghany, dr Bassem. Dr Ayush Goes e al. Appendicular Abscess. 16 juli 2019.
https://radiopaedia.org/artcles/appendicular-abscess
7. Jones MW, Deppen JG. Appendicitis. [Updated 2019 May 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493193/
8. Bhangu, Aneel. Soreide,Kjetil.etc. 2015.Acute appendicitis: Modern
Understanding of Phatogenesis, Diagnosis, and Management. Emergency
surgery 1. Vol 386.
9. Gomeses, Cararlolos Augusustoto. SaSartrtelelli li Masassisimo.o.etetc. c. 202015.5.
Acute appendicitis: proposal of a new comprehensive grading system based on
clinical, imaging and laparoscopic findings. World journal emergency surgery 10:60.
10. Kim, Jeong-Ki et al. “Management of appendicitis presenting with abscess or
mass.” Journal of the Korean Society of Coloproctology vol. 26,6 (2010): 413-9.
doi:10.3393/jksc.2010.26.6.413

21

Anda mungkin juga menyukai