PENDAHULUAN
1
Sedangkan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa selama periode Oktober 2014 – September 2017 terdapat
650 pasien. Jumlah pasien terbanyak ialah apendisitis akut yaitu 412 pasien
(63%) sedangkan apendisitis kronik sebanyak 38 pasien (6%). Dari 650 pasien,
yang mengalami komplikasi sebanyak 200 pasien yang terdiri dari 193 pasien
(30%) dengan komplikasi apendisitis perforasi dan 7 pasien (1%) dengan
periapendikuler infiltrat. Kelompok umur tersering yang menderita apendisitis
ialah 20-29 tahun. Jumlah pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan.3
Appendisitis dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan. Namun lebih sering menyerang laki-laki berusia 20-30 tahun.
Penelielitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi
makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnynya
penyayakit apendisitis. tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya
konstipasi. Kemudian konstipasi akan menyebabkan meningkatnya tekanan
intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akan
mempermudah timbulnya apendisitis.4
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Tempat & Tanggal Lahir/Usia : Palu, 14 mei 1985 / 35 Tahun
Alamat : Jl, Kalora
Hari/Tanggal Masuk : Rabu/29 Juli 2020
Suku Bangsa : Kaili
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : Sekolah Menengah Atas (SMA)
Jumlah Hari Rawat : 5 hari
Ruangan Perawatan : Kenari
Diagnosis : Periappendicular infiltrat
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah
3
kepala (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), sesak (-). BAB dan BAK
terakhir,pasien mengeluhkan belum BAK dan BAB sejak tadi pagi.
3. Kepala
Bentuk : Normocephal
Deformitas :-
Mata : Konjungtiva: Anemis (-/-) Sklera: Ikterik (-/-)
Pupil: Isokor (2/2 mm) Cekung: (-/-)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-/-); pernapasan cuping hidung (-/-)
Mulut : Sianosis (-); Bibir kering (-); Lidah kotor (-);
Tenggorokan : Tonsil: Normal (T1/T1) Pharynx: Normal, hiperemis
(-/-)
4. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-); Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Kaku kuduk (-); Lain-lain (-).
5. Thorax
4
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral
Palpasi : Vokal fremitus kanan=kiri, nyeri tekan (-) pada dada kiri
Perkusi : Redup lapangan paru atas (-/-), sonor lapangan paru bawah
Auskultasi : Bronchovesikular (-/-), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-),vesikuler
(+/+) Bunyi jantung I/II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, massa (-), distensi (-), sikatriks (-), asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Timpani (+),
Palpasi : Nyeri tekan (+) regio inguinal dextra, inguinal sinistra, umbilicus,
defans muscular (+) organomegali (-)
8. Status Lokalis:
a. Regio Abdomen
Inspeksi: Tampak datar (+), distensi Abdomen (-)
Auskultasi: peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: nyeri tekan (+) regio Mc. Burney, Rovsing sign (+), blumberg sign (+),
defans muscular (+), obturator sign (-), Psoas sign (-)
Perkusi : timpani (+)
5
D. Pemeriksaan Penunjang
Hematologi (14 Agustus 2020)
Hematologi Hasil Rujukan Satuan
WBC 16,1 4.8-10.8 10’3 / uL
RBC 4,60 4.7-6.1 10’6 / uL
HGB 14,8 14-18 g / dL
HCT 42,2 42-52 %
PLT 139 150-450 10’3 / uL
MCV 89,2 80-96 Fl
MCH 33,1 27-31 Pg
MCHC 37,1 32-36 g/dL
Foto USG
Kesan : Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium
6
Tanggal 14 Agustus 2020
E. Resume
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak
tadi pagi nyeri bersifat hilang timbul, nyeri dirasakan semakin memberat sejak 3
hari yang lalu dan nyeri dirasakan memberat saat berjalan sehingga saat berjalan
seperti pincang, gambaran nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri menjalar sampai ke
belakang, menurut pasien nyeri pertama kali dirasakan pada perut kanan bawah
sejak 1 tahun yang lalu dan lama kelamaan semakin memberat. Pasien
merasakan keluhan lain yaitu demam, yang dirasakan sejak tadi pagi, sakit
kepala (-), mual (-), muntah (-), batuk (-), sesak (-). BAB dan BAK
terakhir,pasien mengeluhkan belum BAK dan BAB sejak tadi pagi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan (120/80 kali/menit), Respirasi (86x/Menit),Suhu
(37,2 0C).Pada inspeksi status lokalis abdomen pada palpasi nyeri tekan (+) regio Mc.
Burney, Rovsing sign (+), blumberg sign (+), defans muscular (+)
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium hematologi diperoleh hasil normal pada
hematologi,pemeriksaan Ultrasonografi didapatkan Appendicitis dengan appendicolith
dan cairan bebas cavum peritonium
7
F. Diagnosis
Periapendicular infiltrat
G. Diagnosis Banding
Kolik Abdomen
H. Terapi
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
FOLLOW UP
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1
8
8. Pemeriksaan penunjang : USG
Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium
A Periapendicitis Infiltrat
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1
9
A Periapendicitis infiltrate
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1
A Periapendicitis Infiltrat
10
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
S Nyeri perut kanan bawah (+), sesak (-), Mual (-) BAB (+) cair dan BAK dengan
keteterisasi (+) 600 cc/12jam urin berwarna kuning pekat, produksi drain
abdomen 100cc
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 88 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,8 ˚C
5. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O 7. VAS :5
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1
A Periapendicular Infiltrat
11
IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
P Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1
A Periapendicular Infiltrat
P IVFD Ringer Lactate 20 tpm
Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV
12
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
Diet Cair
S (Perawatan hari – 6)
Nyeri perut post OP (+), sesak (-), Mual (-) , flatus (+) BAB (+) BAK (+)
1. Keadaan Umum: Sakit sedang
2. Denyut Nadi : 83 x/menit
3. Kesadaran : Compos Mentis
4. Suhu tubuh : 36,7 ˚C
5. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
6. Respirasi : 20 ×/menit
O 7. VAS :5
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2 MCH:
33,1; MCHC: 37,1
A Periapendicular Infiltrat
P Post OP
13
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV
Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12 jam
Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV
Injeksi As. Tranexamat/8 jam IV
Puasa
WBC: 16,1 ; RBC:4,60 ; HGB: 14,8; HCT: 42,2; PLT: 139; MCV: 89,2
MCH: 33,1; MCHC: 37,1
14
BAB III
DISKUSI KASUS
15
adanya trauma atau stasis fekal. /rekuensi obstruksi meningkat dengan memberatnya
proses inflamasi.2
Penyebab lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. Histolytica. Penelitian epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan meningkatkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. semuanya akan
mempermudah terjadinya apendisits akut. Periapendikular infiltrat didahului
oleh keluhan appendisitis akut yang ke disertai adanya massa
periapendikular.2,3
Manifestasi klinis periappenducular infiltrat di dahului oleh appendicitis
akut yang kemudian disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik
apendisitis akut kemudian disertai adanya massa periapendikular. Gejala klasik
biasanya dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan dan anoreksia. Dalam 2-12 jam nyeri beralih
kekuadran kanan, yang akan memperberat bila berjalan atau batuk.
Nyeri menetap dan terus menerus, tapi tidak berat dan diikuti dengan
kejang ringan didaerah epigastrium, kadang diikuti dengan muntah,
kemudian beberapa saat nyeri pindah ke abdomen kanan bawa menjadi
terlokalisir. Yang menyebabkan ketidaknyamanan waktu bergerak, dan
batuk. Penderita kadang juga mengalami konstipasi. Penderita
appendicitis acute biasanya ditemukan dit terbaring di tempat tidur serta
memberkan penampilan kesakitan.4,5
Gerakan penderita untuk menelentangkan diri merupakan tanda ada
atau tanda rangsang peritoneum (somatic pain). Pemeriksaan pada
abdomen kanan bawah, menghasilkan nyeri terutama bila p disuruh
batuk. Pada palpasi dengan satu jari di regio kanan bawah ini, akan
defans musculer ringan.6 Sehingga pada pasien didapatkan keluhan
nyeri perut kanan bawah sejak tadi pagi nyeri bersifat hilang timbul, nyeri
dirasakan semakin memberat sejak 3 hari yang lalu dan nyeri dirasakan
16
memberat saat berjalan sehingga saat berjalan seperti pincang, gambaran
nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri menjalar sampai ke belakang, menurut
pasien nyeri pertama kali dirasakan pada perut kanan bawah sejak 1
tahun yang lalu dan lama kelamaan semakin memberat. Pasien merasakan
keluhan lain yaitu demam, yang dirasakan sejak tadi pagi, BAB dan BAK
terakhir,pasien mengeluhkan belum BAK dan BAB sejak tadi pagi. Pada
inspeksi status lokalis abdomen pada palpasi nyeri tekan (+) regio Mc.
Burney, Rovsing sign (+), blumberg sign (+), defans muscular (+)
Pada pemeriksan penunjang gambaran radiologi perbedaan Appendisitis
Akut dan dan periappendicular infiltrate diketahui bahwa periapendicular
infiltrat merupakan salah satu komplikasi dari appendisitis akut, dimana pada
periappendicular infiltrate terbentuk abses atau massa pada appendisitis. Abses
apendisitis atau appendicular infiltrate dapat timbul baik di rongga peritoneum
atau ruang retroperitoneal. Ultrasonografi adalah investigasi pertama
yang disarankan untuk mengevaluasi dugaan patologi usus buntu.
Temuan abses usus buntu atau periapendicular infiltrat meliputi:
17
gambar 2. foto polos abdomen pasien periappendikular infiltrat atau abses sulit
untuk dinilai letaknya dikarenakan tidak ada gambaran yang spesifik
18
gambar 3. Apendisitis akut dengan abses periappendiks kecil
19
Pada pasien dilakukan pemeriksaan Ultrasonografi yang didapatkan pada pasien
yaitu Appendicitis dengan appendicolith dan cairan bebas cavum peritonium
Penatalaksanaan dapat dilakukan Appendiktomi Cito akut, abses & perforasi Elektif
kronik, Antibiotika spektrum luas pemberian Metronidazol dilakukan Monitor :
Infiltrat, tanda-tanda peritonitis (perforasi), suhu tiap 6 jam, LED, bila baik lakukan
mobilisasi dan pulang. Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat
adalah apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan
apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi
Insidensi apendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%. apendisitis akut
tanpa komplikasi tidak banyak masalah.7,8,9,10 Pada pasien di berikan terapi dengan
pemberian IVFD Ringer Lactate 20 tpm, Injeksi Ranitidin 50 mg amp/12 jam IV,
Injeksi Ketorolac 30 mg amp/8 jam IV, Injeksi Ceftriaxone 1 gr vial/12 jam IV/12
jam, Drips Metronidazole 500mg /8 Jam IV . kemudian di lakukan appendektomi
dan Post OP di berikan Cefadroxil 500mg 2 x 1, Meloxicam 7,5 mg 3 x 1, Antasida
Syr 3 x 1.
DAFTAR PUSTAKA
20
5. Park, Noh Hyuch.etc. 2011.Ultrasonography of of Normal and Abnormal
Appendix in in Children. World Jurnal of Radiology 2011 April 28; 3(4): 85-
91.
6. Marghany, dr Bassem. Dr Ayush Goes e al. Appendicular Abscess. 16 juli 2019.
https://radiopaedia.org/artcles/appendicular-abscess
7. Jones MW, Deppen JG. Appendicitis. [Updated 2019 May 22]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493193/
8. Bhangu, Aneel. Soreide,Kjetil.etc. 2015.Acute appendicitis: Modern
Understanding of Phatogenesis, Diagnosis, and Management. Emergency
surgery 1. Vol 386.
9. Gomeses, Cararlolos Augusustoto. SaSartrtelelli li Masassisimo.o.etetc. c. 202015.5.
Acute appendicitis: proposal of a new comprehensive grading system based on
clinical, imaging and laparoscopic findings. World journal emergency surgery 10:60.
10. Kim, Jeong-Ki et al. “Management of appendicitis presenting with abscess or
mass.” Journal of the Korean Society of Coloproctology vol. 26,6 (2010): 413-9.
doi:10.3393/jksc.2010.26.6.413
21