Anda di halaman 1dari 38

TONSILOFARINGITIS KRONIS

Disusun oleh:
1. Pande Made Doddy Haryadi (1302006008)
2. Tjokorda Istri Agung Sintya Dewi (1302005238)
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor predisposisi
Berdasarkan epidemiologi
Tonsilifaringitis kronis penyakit THT di 7 provinsi di
timbulnya faringitis dan
merupakan suatu infeksi tonsilitis kronik ialah
Indonesia pada tahun 1994-
pada tonsil dan faring rangsangan menahun dari
1996, prevalensi tonsillitis
berlangsung lama dan rokok, beberapa jenis
kronis 4,6% tertinggi setelah
makanan, higene mulut yang
berulang. nasofaringitis akut (3,8%).
buruk, dan kelelahan fisik.

Infeksi pada faring, yang


dilayani oleh jaringan limfoid
dari cincin Waldeyer ini dapat
Etiologi tonsilofaringitis menyebar ke bagian lain dari
Anak-anak yang rentan adalahStreptokokus beta- cincin, seperti, nasofaring,
terkena infeksi faringitis hemolitikus grup A, uvula, soft palatum, tonsil, dan
adalah anak-anak dengan usia adenovirus, Haemophilus kelenjar getah bening pada
5 sampai 15 tahun dan umur influenzae, Haemophilus leher, sehingga dapat
15-25 tahun pada dewasa parainfluenzae, Epstein-
menyebabkan faringitis,
muda tonsilitis, tonsilofaringitis, atau
Barr virus dan enterovirus. nasopharyngitis. Penyakit yang
terjadi bias akut, sub-akut,
kronik, maupun rekuren.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Tonsilofaringitis adalah
adanya peningkatan
eksudat atau ulserasi dan
kemerahan di faring atau
tonsil atau keduanya atau
DEFINISI membran yang melindungi
tonsil. Tonsilofaringitis
kronis merupakan tonsillitis
kronis dan faringitis kronis
yang ditemukan bersama-
sama.
Anatomi Faring

- Kantong Terbagi atas


fibromuskul 3 bagian
er  yaitu
Mulai dari nasofaring,
dasar orofaring
tengkorak dan
terus - Atas  laringofaring
rongga hidung (hipofaring)
menyambun
(melalui
g ke esofagus
koana)
setinggi
vertebra - Depan 
rongga mulut
servikal ke-6
(melalui ismus
orofaring)
- Bawah 
esophagus
• Histologi :

 Nasofaring  epitel silindris berlapis dengan sel goblet


 Orofaring dan laringofaring  epitel pipih berlapis tidak
bersilia

• Otot-otot faring terdiri atas lapisan melingkar (sirkular) dan


memanjang
(longitudinal)

• Dipersarafi nervus vagus dan glosofaring.


Anatomi Tonsil

Massa yang terdiri 3 macam tonsil  tonsil


faringal, tonsil palatina
dari jaringan limfoid dan tonsil lingual Histologi : epitel
dan ditunjang oleh ( membentuk lingkaran skuamosa yang juga
jaringan ikat dengan yang disebut cincin
Waldeyer )
meliputi kriptus
kriptus.

•Vaskularisasi

- arteri palatina minor,


- arteri palatina
asendens,
- cabang tonsil arteri
maksila eksterna,
- arteri faring
asendens,
- arteri lingualis
dorsalis
• Fisiologi Faring dan Tonsil

Fase preoral
Volunter
Fase oral

Fase faringeal
Involunter
Fase esofagus

• Tonsil  menstimulasi sistem imun  memproduksi antibodi untuk membantu melawan


infeksi
• Fungsi utama dari cincin Waldeyer adalah sebagai sistem kekebalan tubuh
Kondisi Lingkungan
(paparan pathogen,
beberapa jenis
makanan, higenitas
mulut, musim, lokasi
geografis

FAKTOR RESIKO Infeksi


Variabel Individu
(umur, resistensi
tubuh, imunitas

Pengobatan
tonsilofaringitis
yang tidak
adekuat
• Etiologi

1. Bakteri Aerobik  Streptococcus beta-hemotilikus grup A


2. Bakteri Anaerobik  Actinomyces, Fusobacterium, dan bakteri basil gram negatif
(pigmented Prevotella, Porphyromonas spp., dan Bacteroides spp.).
3. Mycoplasma, Virus dan Klamidia  adenovirus, virus coxsackie, virus
parainfluenza, enterovirus, herpes simpleks, virus Epstein-Barr, virus rubella,
sitomegalovirus dan Chlamydia pneumonia.
• Patofisiologi
Bakteri/ virus masuk melalui saluran napas atas  infeksi pada hidung atau faring kemudian
menyebar ke tonsil. terjadinya proses inflamasi  tonsil membesar, udara keluar masuk
terhambat

Infeksi  kemerahan dan edema pada faring serta eksudat putih keabuan pada tonsil  muncul
keluhan sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi, bau mulut.

Proses radang berulang pada tonsil  epitel mukosa & jaringan limpoid terkikis,  proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan
sehingga kripte melebar, diisi detritus

Faring juga mengalami perubahan yang disebabkan proses radang yang berulang  terjadi
perubahan mukosa dinding faring akan tampak tidak rata dan bergranular.
• Manifestasi Klinis

• Pada pemeriksaan faring bisa terdapat mukosa tidak rata, bergranular , sampai atrofi
dimana membran tipis, keputihan, berkerut.

• Pemeriksaan tonsil dapat ditemukan :


Pembesaran tonsil  hipertrofi dan perlengketan tonsil ke jaringan sekitar, disertai
dengan kripte yang melebar dan ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju

Tonsil yang mengecil disebabkan oleh tonsil yang mengeriput, kadang-kadang


seperti terpendam di dalam tonsillar bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang
melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
Derajat pembesaran tonsil terbagi menjadi :

T0: Tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat


T1: < 25 % volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T2: 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T3: 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
T4: >75% volume tonsil dibandingkan dengan volume nasofaring
• Diagnosis

Pemeriksaan
Anamnesa Pemeriksaan Fisik
Penunjang
• Sesuatu yang • Pemeriksaan THT • Dilakukan kultur
mengganjal di untuk melihat dan uji resistensi
tenggorokan, tanda kuman dari
• Terasa kering dan tonsilofaringitis sediaan hapusan
pernapasan kronis terutama tonsil (swab)
berbau, pemeriksaan
• Sakit tenggorokan tenggorok
dan nyeri
menelan yang
berulang
• Komplikasi

• Komplikasi dekat : Peritonsilitis, abses peritonsilar, krista tonsil, tonsilolith,


sinusitis, rinitis kronik, otitis media.

•Komplikasi jauh : demam rematik, glumerulonefritis, episkleritis, konjungtivitis


berulang.
• Terapi

• Lincomycin, clindamycin dan amoxicillin-clavunalate (inhibitor beta laktamase) 


aktif melawan Group C Beta Hemolytic Streptococcus, dan dapat menghilangkan
infeksi dengan baik.

• Kombinasi rifampin ditambah penicilin atau erythromysin ditambah dengan


metronidazole  pilihan lain untuk kasus kronis

•Rujukan untuk dilakukan pembedahan tonsilektomi


BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
• Nama : KDK
• Umur : 5 tahun
• Jenis Kelamin : Laki – laki
• Pekerjaan : Pelajar
• Agama : Hindu
• Suku Bangsa : Indonesia
• Status Pernikahan : Belum menikah
• Pendidikan : TK
• Alamat : Banjar Takmung Lawan, Kab.
Klungkung
• No. RM : 189139
• Tanggal Pemeriksaan : 2 Juni 2017, pukul 08.30 WITA
Anamnesis
• Keluhan Utama : Demam
• Riwayat Penyakit Sekarang :

Selasa Rabu Kamis Jumat


(30/5) (31/5) (1/6) (2/6)
1. Demam 37.8oC 1. Demam Menetap 1. Demam Menetap 1. Demam Menetap
2. Berobat ke Bidan 2. Berobat ke 2. Berobat ke 2. Disertai
3. 3 Macam Obat Puskesmas Puskesmas a. Nyeri menelan
a. Parasetamol 3. Melanjutkan 3. Melanjutkan b. Rasa tidak enak
b. Obat warna hijau Pengobatan Pengobatan di tenggorokan
c. Obat tablet putih
Anamnesis
• Riwayat Pengobatan
1. Obat Parasetamol untuk penurun panas
2. Obat tablet berwana hijau untuk sakit maag,
3. Obat tablet berwarna putih
• Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mempunyai penyakit amandel membesar sejak 2 tahun yang lalu
• Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Anamnesis
• Riwayat Sosial
Pasien pelajar (TK)
Kebiasaan makan makanan ringan dan es
Kebiasaan makan mie instant
Kebiasaan tidak rutin melakukan cuci tangan
Pemeriksaan Fisik
• Status Present
1. Keadaan umum : Nyeri sedang
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 104 x/menit
5. Respirasi : 25 x/menit
6. Temperatur : 38°C
7. Berat badan : 20 kg
8. Tinggi badan : 115 cm
Pemeriksaan Fisik
• Status General
1. Kepala : Normocephali
2. Muka : Simetris, parese nervus fasialis -/
3. Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
4. Leher : Kaku kuduk (-)
Pembesaran kelenjar limfe +/+
Pembesaran kelenjar parotis -/-
Kelenjar tiroid (-)
5. Thorak : Cor : S1S2 tunggal, reguler, murmur (–)
Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
6. Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat +/+
7. Abdomen : Distensi (-), BU (+) N, hepar/lien tidak teraba
Pemeriksaan Fisik - THT
Telinga Kanan Kiri
Daun telinga Normal Normal
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tarik Aurikuler Tidak ada Tidak ada
Liang Telinga Lapang Lapang
Discharge Tidak ada Tidak ada
Membran Timpani Intak Intak

Tumor Tidak ada Tidak ada


Mastoid Normal Normal
Tes Berbisik Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Kanan Kiri
Pemeriksaan Fisik - THT
Hidung Kanan Kiri
Hidung Luar Normal Normal
Kavum Nasi Lapang Lapang
Septum Tidak ada deviasi
Discharge Tidak ada Tidak ada
Mukosa Merah muda Merah muda
Tumor Tidak ada Tidak ada
Konka Dekongesti Dekongesti
Sinus Tidak dievaluasi
Koana Tidak dievaluasi

Anterior
Pemeriksaan Fisik - THT
Tenggorok

Mukosa faring Hiperemi (+)

Tonsil T3/T3 hiperemis, kripte melebar dan terdapat detritus, abses peritonsilar (-/-)

Dinding belakang faring Granulasi (+), post nasal drip (-)

Dispneu Tidak ada

Sianosis Tidak ada

Suara Normal

Stridor Tidak ada

Jaringan
Granulasi
Tonsil Tonsil
Kanan Kiri
Resume
• Pasien datang dalam keadaan sadar ke poli THT RSUD Klungkung pada tanggal 2 Juni
diantar oleh kedua orangtuanya.
• Heteroanamnesis dengan ayah pasien didapatkan bahwa anaknya mengalami
demam sejak 4 hari yang lalu. Pada saat itu suhu tubuh pasien adalah 37.8oC. Pasien
sempat dibawa berobat ke bidan dan diberikan 3 macam obat diantaranya
parasetamol untuk penurun panas, obat berwarna hijau yang dikatakan untuk maag,
dan obat berwarna putih (lupa).
• Keluhan demam menetap pada 3 hari yang lalu, sehingga pasien dibawa ke
puskesmas dan melanjutkan pengobatan yang diberikan bidan sampai 1 hari yang
lalu kemudian dirujuk ke RSUD Klungkung pada hari ini. Keluhan demam menetap
disertai nyeri saat menelan.
Resume
• Ayah pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit amandel yang
membesar sejak 2 tahun yang lalu.
• Pasien adalah seorang pelajar yang masih berada pada tingkat pendidikan TK. Pasien
mengatakan sering jajan makanan ringan di sekitar sekolah dan sering makan
makanan dingin seperti es. Pasien juga sangat senang mengkonsumsi mie instan.
Pasien juga mengaku tidak rutin untuk cuci tangan sebelum
Resume
• untuk pemeriksaan khusus THT pada telinga dan hidung
masih batas normal, kemudian pada pemeriksaan
tenggorakan didapatkan pada tonsil didapatkan hiperemis
serta pembesaran tonsil berukuran T3/T3, kondisi mukosa
hiperemis, kripte melebar dan terdapat detritus dan pada
faring ditemukan kondisi mukosa hiperemis dan tampak
jaringan granulasi.

Diagnosis Kerja
• Tonsilofatingitis Kronis
Penatalaksanaan
• Medikamentosa
1. Amoxicillin 500mg tablet3 kali ¾ tablet
2. Parasetamol 500mg tablet 3 kali ½ tablet
• KIE
1. Menjelaskan penyakit dan penatalaksanaannya.
2. Menjelaskan indikasi dan prosedur pengangkatan tonsil (amandel).
3. Istirahat cukup.
4. Menjaga kebersihan mulut.
5. Hindari makanan dengan kebersihan yang keras, kurang, terlalu panas dan dingin,dan makanan yang
mengiritasi.
6. Minum air yang cukup
7. Nutrisi tinggi kalori tinggi protein untuk mempercepat penyembuhan.
8. Kontrol ke poli THT setelah 5 hari pengobatan untuk melihat perkembangan penyakit.
Prognosis
• Ad Vitam : Bonam
• Ad Functionam : Bonam
• Ad Sanationam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Nama : KDK
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki

Tanda dan Gejala Teori Tonsilofaringitis Kronis


1. Demam 38oC 1. Perasaan yang mengganjal
2. Nyeri menelan di tenggorokan
3. Rasa tidak enak 2. Terasa Kering
ditenggorokan 3. Nafas Berbau
4. Sakit Menelan

Pemeriksaan Fisik Teori Tonsilofaringitis Kronis


1. Telinga Hidung : DBN 1. Tenggorokan
2. Tenggorokan a. Mukosa dinding posterior
a. Pembesaran Tonsil T3/T3 faring hiperemi
b. Mukosa dinding posterior b. Pembesaran Tonsil
faring hiperemi c. Kripte melebar
c. Kripta melebar d. Detritus
d. Detritus
Nama : KDK
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Laki – laki

Terapi Teori Tonsilofaringitis Kronis


1. Amoxicillin 500mg tablet 3 Alternatif
kali ¾ tablet 1. Single AB : Lincomycin,
2. Parasetamol 500mg tablet Clindamycin, Amoxcillin-
3 kali ½ tablet Clavulanate
2. Kombinasi : Clindamisin +
Amoxcillin-Clavulanate

Simtomatis
BAB V
SIMPULAN
Simpulan
• Tonsilofaringitis kronis merupakan suatu infeksi pada tonsil dan faring yang terjadi berulang,
berlangsung lama, serta memiliki manifestasi klinis adanya eritema, eksudat, ulserasi dan membrane.
Diagnosisnya ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis, seperti yang
ditemukan di kasus ini, ada keluhan demam sejak tiga hari yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
merasakan sedikit nyeri saat menelan serta batuk. Keluhan sakit tenggorokan mulai dirasakan saat
pasien berusia 3 tahun dan sering hilang timbul hingga saat ini.
Simpulan
• Pemeriksaan fisik pasien ditemukan tanda-tanda vital dan status general dalam batas normal.
Pemeriksaan status lokalis THT didapat, telinga dan hidung dalam batas normal, sedangkan pada
pemeriksaan tenggorokan ditemukan adanya pembesaran tonsil berukuran T3/T3 tampak hiperemi,
disertai detritus, dan kripta melebar. Dinding faring tampak hiperemi dan terdapat granulasi minimal.
• Prinsip terapi tonsilofaringitis kronis adalah medikamentosa simtomatik, istirahat yang cukup,
minum yang cukup, dan kumur dengan air hangat. Pada kasus, pasien diberikan Amoxicillin 500mg
tablet3 kali ¾ tablet Parasetamol 500mg tablet 3 kali ½ tablet. Saran yang diberikan kepada pasien
diantaranya menjaga asupan minum dan makan yang cukup, menghindari pencetus radang
tenggorokan, istirahat yang cukup, serta mempertimbangkan rencana tonsilektomi atau
adenotonsilektomi pada pasien ini.

Anda mungkin juga menyukai