Anda di halaman 1dari 13

PRESENTASI KASUS

FARINGITIS KRONIK EKSASERBASI AKUT


Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian
Kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Dokter Pembimbing :
Dr Pramono, Sp.THT-KL
Disusun Oleh :
Wila Fajariyantika
20110310129
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN THT
RSUD TEMANGGUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. Wahid

Umur

: 24 tahun

II.

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Lingkar Jurang 1 RT 1 RW1

Agama

: Islam

ANAMNESIS
(Autoanamnesis, Tgl : 15 Februari 2016)
-

Keluhan Utama : Batuk sejak 2 minggu


Riwayat Perjalanan Penyakit : pasien merasakan batuk sejak 2 minggu yang
lalu. Awalnya muncul perasaan tidak enak pada daerah tenggorok yang akhirnya
menjadi batuk. Batuk dirasakan tanpa lendir atau batuk kering. Pasien
mengeluhkan suara serak sejak 2 minggu yang lalu. Suara serak dirasakan setelah
pasien merasakan batuk. Pasien juga mengeluhkan demam sejak 3 hari yang lalu.
Pasien merasakan kepala terasa berat saat bangun pagi setelah panas muncul.
Kepala terasa berat dirasakan awalnya di belakang kepala seperti terikat dan
makin lama makin memberat. Makan dan minum pasien baik, sakit menelan

III.

(+),pilek (-), mual (+), muntah (-) dan pembengkakan pada leher (-).
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa

sebelumnya, riwayat alergi (-), riwayat obat-obatan (-)


Riwayat Penyakit Keluarga : dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami

gejala yang sama dengan pasien.


- Riwayat kebiasaan : merokok (-), meminum alkohol (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

: Pasien tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos Mentis (E4V5M6)

Tanda Vital

:TD

: 120/80 mmHg

: 98x/mnt

:38oC

RR

: 27x/mnt

Kepala

: Bentuk normal, rambut tidak mudah dicabut, warna : hitam putih

Kulit

: Sianosis (-), Ikterik(-)

Mata

: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan konjungtiva


(-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung dan tidak
langsung (+/+)

Telinga

: Deformitas daun telinga (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), discharge (-/-)

Hidung

: Deviasi septum (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)

Mulut

: Sianosis (-), bibir kering (-), tonsil T1/T1, hiperemis (-), uvula edema
(+) hiperemis (+), faringitis hiperemis (+), edema (+)

Leher

: Pembesaran KGB (+) diderah sub mandibula dengan konsistensi agak


keras , diameter 5 cm dan terfiksasi , trakea letak tengah.

Thoraks
Bentuk

: Nomal, pelebaran vena (-), jejas/massa (-)

Paru-Paru Depan

Inspeksi

: Simetris saat statis dan dinamis D=S, sela iga melebar (+)

Palpasi

: Vocal Fremitus D=S, Nyeri tekan (-)

Perkusi

: Sonor (+/+)

Auskultasi

: Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Paru-paru Belakang

Inspeksi

: Simetris saat statis dan dinamis D=S, kelainan tulang belakang (-).

Palpasi

: Vocal Fremitus D=S

Perkusi

: Sonor +/+
Nyeri ketok CVA (-/-)

Auskultasi

: Vesikular (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus cordis teraba pada ICS 7 midklavikula sinistra

Perkusi

: Batas atas : ICS 3 parasternal sinistra

Batas Kanan : ICS 5 parasternum dekstra


Batas Kiri : ICS 3-ICS 7 midklavikula sinistra
Auskultasi

: S1-S2 reguler, tunggal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi

: perut agak cembung, pelebaran vena

Auskultasi

: Bising Usus Normal (12x/ menit)

Palpasi

: nyeri tekan epigastrik(-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,


Ballotement (-/-)

Perkusi

:Timpani pada seluruh lapangan abdomen

Ekstremitas :

Tidak ada deformitas, akral hangat

Diagnosis Kerja : Chronic Pharyngitis ( Eksaserbasi Akut).


Pengobatan : Cefadroxil 2X1
Metilprednisolon 4mg 3X1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap tahunnya 40 juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena
faringitis. Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus
pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral
faringitis merupakan penyebab utama seseorang absen bekerja atau sekolah.
National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan 2 0 0 k u n j u n g a n k e
dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena vir al
faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi m a u p u n

noninfeksi. Faringitis

dapat

menular

melalui

droplet infection d a r i o r a n g y a n g menderita faringitis.


Faktor risiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya
tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin. Virus dan bakteri melakukan invasi ke
faring dan menimbulkan reaksi inflamasi lokal. Infeksi bakteri grup A Streptococcus
hemolitikus banyak menyerang anak usia sekolah dan orang dewasa. Penularan infeksi
melalui sekret hidung dan ludah.

Faring merupakan sebuah bangunan berbentuk pipa yang menghubungkan bagian


belakang hidung dan rongga mulut dengan pintu masuk laring dan introitus-esofagus. Faring
dibagi menjadi tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan hipofaring. Faringitis kronis
adalah kondisi inflamasi dalam waktu yang lama pada mukosa faring dan jaringan sekitarnya.

Faringitis kronis terbagi menjadi faringitis kronis hiperplastik (granular) dan faringitis kronis
atropi atau kataralis.
Etiologi
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang faringitis akut
atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, sering
konsumsi minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Faringitis
kronis akibat gangguan pencernaan pada lambung juga mungkin terjadi namun merupakan
penyebab yang jarang ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian
suara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi akibat uap yang merangsang
mukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.
Patogenesis
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsungmenginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman
menginfiltrasi lapisane p i t e l ,

kemudian

bila

epitel

terkikis

maka

j a r i n g a n l i m f o i d s u p e r f i s i a l b e r e a k s i , t e r j a d i pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi,
kemudian edema dan sekresi yang meningkat.
Eksudat mula-mula serosa tapi menjadimenebal dan kemudian cendrung menjadi
kering dan dapat melekat pada dinding faring. Denganh i p e r e m i , p e m b u l u h d a r a h
d i n d i n g f a r i n g m e n j a d i l e b a r. B e n t u k s u m b a t a n y a n g b e r w a r n a kuning,
putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa
folikellimfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak
lebih ke lateral, menjadim e r a d a n g

dan

membengkak.

Virus-virus

s e p e r t i Rhinovirus dan Corona virusdapatmenyebabkan iritasi sekunder pada mukosa


faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu
invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan
kerusakan jaringan yang hebat karenafragmen M protein dari Group A streptococcus
memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan
demam

rheumatic

menyebabkan

akut

dan

kerusakan

katub

glomerulonefritis

karena

akibatterbentuknya kompleks antigen-antibodi.


Klasifikasi Faringitis
1. Faringitis akut
a. Faringitis viral

jantung.
fungsi

Selain

itu

glomerulus

juga

dapat

terganggu

Disebabkan oleh rinovirus yang dapat menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari
kemudian akan menimbulkan faringitis. Gejalanya berupa demam disertai rinorea, mual,
nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis.
b.Faringitis bakterial
Infeksi grup A Streptokokus B hemolitikus merupakan penyebab faringitis akut pada orang
dewasa (15%) dan pada anak (30%). Pasien mengalami nyeri kepala, muntah, kadang-kadang
demam dengan suhu yang tinggi. Pada pemeriksaan tampak tonsil memebesar, faring dan
tonsil hiperemis. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal, dan nyeri tekan.
Terdapat dua bentuk faringitis kronis yaitu :
1. Faringitis kronis hiperplastik
2. Faringitis kronis atrofi
a. Faringitis kronis hiperplastik
Faktor predisposisi :
- Rinitis kronis dan sinusitis
-Inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alkohol
- Inhalasi uap yang merangsang
-Infeksi
-Daerah berdebu
-Kebiasaan bernafas melalui mulut
Manifestasi klinis :
-Rasa gatal, kering dan berlendir yang sukar dikeluarkan dari tenggorokan
-Batuk serta perasaan mengganjal di tenggorokan
Pemeriksaan fisik :
-Penebalan mukosa di dinding posterior faring
-Hipertrofi kelenjar limfe di bawah mukosa
-Mukosa dinding faring posterior tidak rata (granuler)
-Lateral band menebal
Penatalaksanaan :
-Dicari dan diobati penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal
-Local dapat dilakukan kaustik dengan zat kimia (nitras argenti, albothyl) atau dengan listrik
(elektrokauter)
-Sebagai simptomatik diberikan obat kumur atau isap, obat batuk (antitusif atauekspektoran).
b. Faringitis kronis atrofi

Adalah faringitis yang timbul akibat rangsangan dan infeksi pada laring karena terjadi rhinitis
atrofi, sehingga udara pernafasan tidak diatur suhu dan kelembabannya sehingga
menimbulkan rangsangan infeksi pada faring.
Manifestasi klinis :
-Tenggorokan terasa kering dan tebal
-Mulut berbau
Pemeriksaan fisik :
Pada mukosa faring terdapat lendir yang melekat, dan bila lendir itu diangkat akantampak
mukosa dibawahnya kering.
Penatalaksanaan :
Terapi sama dengan rhinitis atrofi, ditambah obat kumur, obat simtomatik dan menjaga hygiene
mulut.
Gejala Klinis
Gejala umum yang sering ditemukan ialah:
-

Gatal dan kering pada tenggorokkan

Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C

Rasa lesu dan nyeri disendi

Tidak nafsu makan (anoreksia)

Rasa nyeri ditelinga (otalgia)

Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak

Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran seperti


kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.

Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak

Diagnosis :
Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat
dan dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus,
telinga, hidung danleher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat,
tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening di leher.
Pemeriksaan Penunjang
Adapun

pemeriksaan

penunjang

yang

dapat

membantu

dalam

p e n e g a k k a n d i a g n o s a antara lain yaitu :


- pemeriksaan darah lengkap
-GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcusgroup A

-Throat culture
Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas.
Penatalaksanaan
Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan
berkumur dengan air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus
metisoprinol (isoprenosine)diberikan pada infeksi herpes simpleks dengan dosis
60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali pemberian/hari pada orang dewasa dan pada anak
<5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-6 kali pemberian/hari.
Pada

faringitis

streptococcus
Benzatin

akibat

bakteri

terutama

group

Ad i b e r i k a n

antibiotik

50.000

U/kgBB/IM

dosis

bila

diduga

yaitu

tunggal

penyebabnya

Penicillin

atau

amoksisilin

50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa


3 x 5 0 0 m g selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan
kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi
inflamasi. Steroid y a n g d a p a t d i b e r i k a n b e r u p a d e k s a m e t a s o n 8 - 1 6 m g / I M
s e k a l i d a n p a d a a n a k - a n a k 0 , 0 8 - 0 , 3 mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan
faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan dianjurkan pasien
untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau antiseptik.
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan
melakukan kaustik f a r i n g d e n g a n m e m a k a i z a t k i m i a l a r u t a n n i t r a s a r g e n t i
a t a u d e n g a n l i s t r i k ( electro cauter ). Pengobatan simptomatis diberikan obat
kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif atau ekspetoran.
Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi
hanyaditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut.
Prognosis
Umumn ya

prognosis

pasien

dengan

faringitis

adalah

baik.

Pasien

d e n g a n f a r i n g i t i s biasanya sembuh dalam waktu 1-2 minggu.


Komplikasi
Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,
mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi
komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik
akut. Hal ini terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.

BAB III
PEMBAHASAN
Faringitis kronis bisa disebabkan karena induksi yang berulang-ulang faringitis akut
atau karena iritasi faring akibat merokok berlebihan dan penyalahgunaan alkohol, sering
konsumsi minuman ataupun makanan yang panas, dan batuk kronis karena alergi. Faringitis
kronis akibat gangguan pencernaan pada lambung juga mungkin terjadi namun merupakan
penyebab yang jarang ditemukan. Penyebab lain yang tidak termasuk iritan adalah pemakaian
suara berlebihan misalnya pada orator, sinusitis, rhinitis, inhalasi akibat uap yang merangsang
mukosa faring, debu, serta kebiasaan bernafas melalui mulut karena hidung tersumbat.
Pada pasien penyebab terjadinya faringitis kronik adalah memakan makanan yang
dingin dan pedis. Riwayat minum alkohol (-) dan meroko (-).
Gejala umum yang sering ditemukan pada faringitis ialah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Gatal dan kering pada tenggorokkan,


Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 c,
Rasa lesu dan nyeri disendi,
Tidak nafsu makan (anoreksia),
Rasa nyeri ditelinga (otalgia),
Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak,
jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak

Pada pasien ditemukan sesuai dengan gejala pada teori diatas yaitu: batuk, demam,
kepala terasa berat, suara serak, nyeri sendi dan bengkak pada leher .
Pada pemeriksaan ditemukan penebalan mukosa di dinding posterior faring, hipertrofi
kelenjar limfe di bawah mukosa, mukosa dinding faring posterior tidak rata (granuler), lateral
band menebal. Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya faring yang hiperemis,
bergranular, edema serta uvula yang hiperemis dan edema yang sesuai dengan pemeriksaan
faringitis kronik.
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu dalam penegakkan
d i a g n o s a antara lain yaitu :
- pemeriksaan darah lengkap
-GABHS rapid antigen detection test bila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcusgroup A
-Throat culture
Namun pada umumnya peran diagnostik pada laboratorium dan radiologi terbatas. Namun
pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Pada

faringitis

streptococcus
Benzatin

akibat

bakteri

terutama

group

Ad i b e r i k a n

antibiotik

50.000

U/kgBB/IM

dosis

bila

diduga

yaitu

tunggal

penyebabnya

Penicillin

atau

amoksisilin

50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa


3 x 5 0 0 m g selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan
kortikosteroid karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi
inflamasi. Steroid y a n g d a p a t d i b e r i k a n b e r u p a d e k s a m e t a s o n 8 - 1 6 m g / I M
s e k a l i d a n p a d a a n a k - a n a k 0 , 0 8 - 0 , 3 mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan
faringitis akibat bakteri dapat diberikan analgetik, antipiretik dan dianjurkan pasien
untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air hangat atau antiseptik.
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan
melakukan kaustik f a r i n g d e n g a n m e m a k a i z a t k i m i a l a r u t a n n i t r a s a r g e n t i
a t a u d e n g a n l i s t r i k ( electro cauter ). Pengobatan simptomatis diberikan obat
kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif atau ekspetoran.
Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitis kronik atrofi
pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi
hanyaditambahkan dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut.

BAB IV

KESIMPULAN
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus
(40-60%), bakteri (5-40%), alergi, trauma dan toksin. Faringitis kronis adalah kondisi
inflamasi dalam waktu yang lama pada mukosa faring dan jaringan sekitarnya. Faringitis
kronis terbagi menjadi faringitis kronis hiperplastik (granular) dan faringitis kronis atropi
atau kataralis. Yang terpenting pada faringitis kronik, proses pencegahanlah yang harus
dilakukan yaitu dengan menghindari makanan yang pedis dan berminyak dan juga makanan
atau minuman yang dingin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ifan. Faringitis Kronik. Diakses Dari

http://ifan050285.wordpress.com/2010/02/12/faringitis-

kronik/ ( diunduh tanggal 20-12-2012 jam 18.00 WITA)


2. Sudibio. Faringitis. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/47800396/faringitis (diunduh
tanggal 20-12-2012 jam 18.00 WITA).
3. Saraswati D. Faringitis Gerd. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/49624473/faringitis-gerd (
diunduh tanggal 20-12-2012 jam 18.00 WITA)
4. Soepardi E, Iskandar N, Jenny Bashiruddin, Ratna Restuti. Faringitis. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.ed 6.2007: 217-219.
5. Prof.Dr.Iskandar N, editors. Faringitis. Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok Hidung Telinga.ed
12.2010: 176-185.

Anda mungkin juga menyukai