1
Diagnosis OTITIS MEDIA SUPURATIVE KRONIK BENIGNA
MALIGNA
Pengertian *) Infeksi telinga tengah (kronik) lebih dari 3 (tiga) bulan
berulang atau terus menerus
Anamnesis *) Pengurangan pendengaran, keluar cairan dari telinga
Pemeriksaan Fisik *) Radang pada telinga, penurunan pendengaran, keluar cairan
dari telinga
Kriteria Diagnosis *) 1. Keluhan
a. Pengurangan pendengaran
b. Peradangan telinga tengah berulang dan berjalan
lama tidak sembuh
c. Otore yang terus menerus lebih dari 6 minggu atau
sering kambuh, kadang-kadang disertai keluhan
gangguan pendengaran
2. Pemeriksaan
Radang pada telinga tengah
Diagnosis Banding *) 1. Otitis Eksterna
2. Tumor Telinga
Pem Penunjang *) Bila perlu:
1. Lab darah + urine rutin
2. Foto rontgen mastoid
3. Bakteriologi secret
4. Pemeriksaan audiometri
(Halaman 1-2)
ICD 10 J31.0
Diagnosis RINITIS KRONIK INFEKSIOSA
Pengertian *) Radang hidung berulang oleh karena infeksi hidung secara
berulang atau terus menerus 2 minggu
Anamnesis *) Meler, hidung tersumbat, nyeri pipi, dahi, demam, nyeri
kepala
Pemeriksaan Fisik *) Mukosa hidung dan konkha edema, permukaan tidak licin,
hiperemis (ringan), basah berlendir. Kadang-kadang disertai
polip dengan secret yang kental.
Hipertropi konkha atau atropi konkha
Kriteria Diagnosis *) 1. Keluhan
a. 4 Gejala utama: meler (kental berwarna), sumbat
hidung dan kadang-kadang rasa panas/perih dan
gatal hidung
b. Gejala tambahan: nyeri pipi, dahi, demam dan
sefalgia
c. Gejala tersebut berdifat menahun dan hilang timbul
2. Pemeriksaan
a. Mukosa hidung dan konkha eema, permukaan tidak
licin, hiperemis (ringan), basah berlendir. Kadang-
kadang disertai polip dengan secret yang kental.
b. Hipertropi konkha atau atropi konkha
Diagnosis Banding *) 1. Rinitis vasomotorika
2. Rinitis alergika
3. Rinitis medikamentosa
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
1. IgE total serum (umumnya >100)
2. Biakan mikroorganisme secret hidung dan uji
sensitivitasnya
Pem Penunjang *) Darah lengkap, radiologi
Konsultasi Spesialis THT
Perawatan RS Umumnya tidak perlu dirawat kecuali bila ada tindakan
operatif
Terapi *) 1. Konservatif: dekongestan, mukalitik, antibiotika
2. Operatif: bila perlu
Tempat Pelayanan Rumah sakit tipe-A, B
Penyulit 1. Karena penyakit: sinusitis paranasalis, otitis media, polip
hidung, hiplanosmia, meningitis, tonsilofaringitis
khronika, komplikasi sistemik lainnya
2. Karena tindakan bedah: epistaksis, anosmia, sinekia
Informed Consent Untuk terapi bedah: tertulis. Terapi konservatif: tidak tertulis
Tenaga Standar Spesialis THT
Lama Perawatan Untuk pasien RA tanpa komplikasi: tidak perlu dirawat.
Untuk pasien tindakan bedah: bila perlu dirawat maksimal
2x24 jam
Masa Pemulihan Pasien terapi bedah: bila perlu istirahat di rumah maksimal 3
hari sebelum aktifitas kembali. Pasien rawat jalan, bila perlu
1-2 hari
Hasil Umumnya dapat sembuh total, kadang-kadang sembuh parsial
Patologi ---
Otopsi ---
(Halaman 5)
ICD 10 J31.2
Diagnosis FARINGITIS KRONIKA
Pengertian *) Peradangan faring yang menahun (berulang) >3x (lebih dari 3
kali per tahun) ditandai dengan adanya mukosa faring yang
granuler dan permukaan tidak rata
Anamnesis *) Nyeri tenggorokan, demam, batuk, nyeri kepala
Pemeriksaan Fisik *) Faring hiperemis, mukosa hidung hiperemis
Kriteria Diagnosis *) 1. Keluhan
a. Nyeri tenggorokan
b. Disertai lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala
2. Pemeriksaan
a. Mukosa hidung hiperemis
b. Umumnya granola membesar atau granuler
Diagnosis Banding *) 1. Radang spesifik: TBC, jamur
2. Radang non spesifik
3. Keganasan
Pem Penunjang *) Laboratorium, darah, urine rutin
Konsultasi Spesialis THT
Perawatan RS Rawat jalan
Terapi *) 1. Konservatif: medikamentosa, simptomatik, antibiotika
2. Tindakan: kauterisasi (kimiawi atau elektris)
Tempat Pelayanan Rumah sakit
Penyulit 1. Lokal: foetor ex ore, otitis media
2. Ke tempat jauh: endokarditis bakterialis,
glomerulonephritis
Informed Consent Tidak perlu
Tenaga Standar Spesialis THT
Lama Perawatan ---
Masa Pemulihan ---
Hasil Sembuh total, parsial, menetap
Patologi Bila ada kecurigaan keganasan
Otopsi Tidak perlu
Edukasi *) Menghindari makanan pedas, berminyak
Prognosis *) Bonam
Tindak Lanjut Evaluasi terapi
Kepustakaan *) Witarak, B.J., Wolley, A.L., 2005. Pharyngitis and
Adenotonsillar Disease. In: Cummings, S.W., Flint, P.W.,
Harker, L.A., Haughey, B.H., Richardson M.A., Robbins L.T.,
et al. Cummings Otolaryngology-Head &Neck Surgery.
Volume 4. 4th Edition. Elsevier Mosby Inc.; 4135-4138
(Halaman 7)
ICD 10 J01
Diagnosis SINUSITIS
Pengertian *) Sinusitis adalah radang pada mukosa sinus paranasal.
Peradangan ini meliputi sinus maksila (sinusitis maksila),
sinus etmoid (sinusitis etmoid), sinus frontal (sinusitis frontal)
dan sinus sphenoid (sinusitis sphenoid). Peradangan yang
mengenai mukosa beberapa sinus paranasal disebut
multisinusitis. Peradangan yang mengenai mukosa semua
sinus paranasal disebut pansinusitis.
Anamnesis *) Demam, rasa lesu, pada hidung dapat terasa adanya ingus
yang kental & berbau mengalir ke nasofaring. Nyeri alih
(referred pain), hidung terasa tersumbat, sakit kepala, nyeri
sekitar pipi, dahi atau belakang hidung. Gejala pada sinus
paranasal berupa rasa nyeri dan nyeri alih (referred pain)
Pemeriksaan Fisik *) Sinusitis akut:
Terjadi pembengkakan pada wajah, nyeri sekitar pipi terutama
untuk sinusitis maksilaris, nyeri, bengkak di sekitar bagian
bawah keloopak mata, nyeri di gigi. Nyeri alih (referred pain)
dapat terasa di dahi dan depan telinga, sinusitis etmoid berupa
rasa nyeri pada pangkal hidung, kantus medius, kadang-
kadang pada bola mata atau di belakang bola mata. Akan
terasa makin sakit bila pasien menggerakkan bola matanya.
Nyeri alih dapat terasa pada pelipis (parietal). Gejala sinusitis
frontal berupa rasa nyeri yang terlokalisir pada dahi atau
seluruh kepala. Gejala sinusitis sphenoid berupa rasa nyeri
pada verteks, oksipital, belakang bola mata atau daerah
mastoid.