Anda di halaman 1dari 8

ICD 10 H66.

1
Diagnosis OTITIS MEDIA SUPURATIVE KRONIK BENIGNA
MALIGNA
Pengertian *) Infeksi telinga tengah (kronik) lebih dari 3 (tiga) bulan
berulang atau terus menerus
Anamnesis *) Pengurangan pendengaran, keluar cairan dari telinga
Pemeriksaan Fisik *) Radang pada telinga, penurunan pendengaran, keluar cairan
dari telinga
Kriteria Diagnosis *) 1. Keluhan
a. Pengurangan pendengaran
b. Peradangan telinga tengah berulang dan berjalan
lama tidak sembuh
c. Otore yang terus menerus lebih dari 6 minggu atau
sering kambuh, kadang-kadang disertai keluhan
gangguan pendengaran
2. Pemeriksaan
Radang pada telinga tengah
Diagnosis Banding *) 1. Otitis Eksterna
2. Tumor Telinga
Pem Penunjang *) Bila perlu:
1. Lab darah + urine rutin
2. Foto rontgen mastoid
3. Bakteriologi secret
4. Pemeriksaan audiometri

Darah Rutin + Mastoid


Apabila
1. Ada tanda-tanda infeksi/komplikasi intrakranial
2. Ada tanda-tanda OMSK Maligna
a. SMF Neurologi
b. SMF Bedah Syaraf
3. Bilamana terdapat kecurigaan ke arah penyulit
intrakranial
Konsultasi Rawat inap, bila terjadi
1. Komplikasi abses mastoid, infeksi intrakranial
2. Ada gangguan kesadaran (penurunan kesadaran)
3. Ada defisit neurologis
Perawatan RS Bila perlu
Terapi *) Konservatif/medikamentosa selama 2 minggu
1. Antibiotika
2. Kortikosteroid
3. IVFD: RD/NaCl
4. Sol H2O2 3% atau asam asetat 1% atau 2%
Rawat Jalan
1. Amoxicillin 3x500 tab/hari
2. Metilprednisolon 3x1
3. Tetes telinga
Tempat Pelayanan Rumah sakit tipe-C
Penyulit 1. Mastoiditis
2. Abses retroarikular
3. Paresis/paralisis N.VII
4. Labirinitis/petrositis
5. Komplikasi intrakranial
6. Sepsis
Informed Consent Bila perlu tindakan
Tenaga Standar Spesialis THT
Lama Perawatan 1-2 minggu
Masa Pemulihan 2-4 minggu
Hasil ---
Patologi Bila perlu
Otopsi -
Edukasi *) Tidak membersihkan telinga dengan benda tajam terlalu
dalam
Prognosis *) Dubia
Tindak Lanjut Evaluasi terapi
Kepustakaan *) Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher
Edisi Ke-enam. Jakarta: FKUI

(Halaman 1-2)
ICD 10 J31.0
Diagnosis RINITIS KRONIK INFEKSIOSA
Pengertian *) Radang hidung berulang oleh karena infeksi hidung secara
berulang atau terus menerus 2 minggu
Anamnesis *) Meler, hidung tersumbat, nyeri pipi, dahi, demam, nyeri
kepala
Pemeriksaan Fisik *) Mukosa hidung dan konkha edema, permukaan tidak licin,
hiperemis (ringan), basah berlendir. Kadang-kadang disertai
polip dengan secret yang kental.
Hipertropi konkha atau atropi konkha
Kriteria Diagnosis *) 1. Keluhan
a. 4 Gejala utama: meler (kental berwarna), sumbat
hidung dan kadang-kadang rasa panas/perih dan
gatal hidung
b. Gejala tambahan: nyeri pipi, dahi, demam dan
sefalgia
c. Gejala tersebut berdifat menahun dan hilang timbul
2. Pemeriksaan
a. Mukosa hidung dan konkha eema, permukaan tidak
licin, hiperemis (ringan), basah berlendir. Kadang-
kadang disertai polip dengan secret yang kental.
b. Hipertropi konkha atau atropi konkha
Diagnosis Banding *) 1. Rinitis vasomotorika
2. Rinitis alergika
3. Rinitis medikamentosa

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
1. IgE total serum (umumnya >100)
2. Biakan mikroorganisme secret hidung dan uji
sensitivitasnya
Pem Penunjang *) Darah lengkap, radiologi
Konsultasi Spesialis THT
Perawatan RS Umumnya tidak perlu dirawat kecuali bila ada tindakan
operatif
Terapi *) 1. Konservatif: dekongestan, mukalitik, antibiotika
2. Operatif: bila perlu
Tempat Pelayanan Rumah sakit tipe-A, B
Penyulit 1. Karena penyakit: sinusitis paranasalis, otitis media, polip
hidung, hiplanosmia, meningitis, tonsilofaringitis
khronika, komplikasi sistemik lainnya
2. Karena tindakan bedah: epistaksis, anosmia, sinekia
Informed Consent Untuk terapi bedah: tertulis. Terapi konservatif: tidak tertulis
Tenaga Standar Spesialis THT
Lama Perawatan Untuk pasien RA tanpa komplikasi: tidak perlu dirawat.
Untuk pasien tindakan bedah: bila perlu dirawat maksimal
2x24 jam
Masa Pemulihan Pasien terapi bedah: bila perlu istirahat di rumah maksimal 3
hari sebelum aktifitas kembali. Pasien rawat jalan, bila perlu
1-2 hari
Hasil Umumnya dapat sembuh total, kadang-kadang sembuh parsial
Patologi ---
Otopsi ---
(Halaman 5)
ICD 10 J31.2
Diagnosis FARINGITIS KRONIKA
Pengertian *) Peradangan faring yang menahun (berulang) >3x (lebih dari 3
kali per tahun) ditandai dengan adanya mukosa faring yang
granuler dan permukaan tidak rata
Anamnesis *) Nyeri tenggorokan, demam, batuk, nyeri kepala
Pemeriksaan Fisik *) Faring hiperemis, mukosa hidung hiperemis
Kriteria Diagnosis *) 1. Keluhan
a. Nyeri tenggorokan
b. Disertai lesu, nafsu makan menurun, sakit kepala
2. Pemeriksaan
a. Mukosa hidung hiperemis
b. Umumnya granola membesar atau granuler
Diagnosis Banding *) 1. Radang spesifik: TBC, jamur
2. Radang non spesifik
3. Keganasan
Pem Penunjang *) Laboratorium, darah, urine rutin
Konsultasi Spesialis THT
Perawatan RS Rawat jalan
Terapi *) 1. Konservatif: medikamentosa, simptomatik, antibiotika
2. Tindakan: kauterisasi (kimiawi atau elektris)
Tempat Pelayanan Rumah sakit
Penyulit 1. Lokal: foetor ex ore, otitis media
2. Ke tempat jauh: endokarditis bakterialis,
glomerulonephritis
Informed Consent Tidak perlu
Tenaga Standar Spesialis THT
Lama Perawatan ---
Masa Pemulihan ---
Hasil Sembuh total, parsial, menetap
Patologi Bila ada kecurigaan keganasan
Otopsi Tidak perlu
Edukasi *) Menghindari makanan pedas, berminyak
Prognosis *) Bonam
Tindak Lanjut Evaluasi terapi
Kepustakaan *) Witarak, B.J., Wolley, A.L., 2005. Pharyngitis and
Adenotonsillar Disease. In: Cummings, S.W., Flint, P.W.,
Harker, L.A., Haughey, B.H., Richardson M.A., Robbins L.T.,
et al. Cummings Otolaryngology-Head &Neck Surgery.
Volume 4. 4th Edition. Elsevier Mosby Inc.; 4135-4138

(Halaman 7)
ICD 10 J01
Diagnosis SINUSITIS
Pengertian *) Sinusitis adalah radang pada mukosa sinus paranasal.
Peradangan ini meliputi sinus maksila (sinusitis maksila),
sinus etmoid (sinusitis etmoid), sinus frontal (sinusitis frontal)
dan sinus sphenoid (sinusitis sphenoid). Peradangan yang
mengenai mukosa beberapa sinus paranasal disebut
multisinusitis. Peradangan yang mengenai mukosa semua
sinus paranasal disebut pansinusitis.
Anamnesis *) Demam, rasa lesu, pada hidung dapat terasa adanya ingus
yang kental & berbau mengalir ke nasofaring. Nyeri alih
(referred pain), hidung terasa tersumbat, sakit kepala, nyeri
sekitar pipi, dahi atau belakang hidung. Gejala pada sinus
paranasal berupa rasa nyeri dan nyeri alih (referred pain)
Pemeriksaan Fisik *) Sinusitis akut:
Terjadi pembengkakan pada wajah, nyeri sekitar pipi terutama
untuk sinusitis maksilaris, nyeri, bengkak di sekitar bagian
bawah keloopak mata, nyeri di gigi. Nyeri alih (referred pain)
dapat terasa di dahi dan depan telinga, sinusitis etmoid berupa
rasa nyeri pada pangkal hidung, kantus medius, kadang-
kadang pada bola mata atau di belakang bola mata. Akan
terasa makin sakit bila pasien menggerakkan bola matanya.
Nyeri alih dapat terasa pada pelipis (parietal). Gejala sinusitis
frontal berupa rasa nyeri yang terlokalisir pada dahi atau
seluruh kepala. Gejala sinusitis sphenoid berupa rasa nyeri
pada verteks, oksipital, belakang bola mata atau daerah
mastoid.

Secara subjektif, sinusitis kronis memberikan gejala:


1. Hidung. Terasa ada sekret di dalam hidung
2. Nasofaring. Terasa ada sekret pasca nasal (post nasal
drip). Sekret ini memicu terjadinya batuk kronis
3. Faring. Rasa gatal dan tidak nyaman di tenggorok
4. Telinga. Gangguan pendengaran karena sumbatan tuba
Eustachius
5. Kepala. Nyeri kepala/sakit kepala yang biasanya terasa
pada pagi hari dan berkurang atau menghilang setelah
siang hari. Mungkin karena malam hari terjadi
penimbunan ingus dalam sinus paranasal dan rongga
hidung serta terjadi stasis vena
6. Mata. Terjadi infeksi mata melalui penjalaran duktus
nasolakrimalis
7. Saluran napas. Terjadi batuk dan kadang0kadang terjadi
komplikasi pada paru seperti bronkitis, bronkiektasis, dan
asma bronkial
8. Saluran cerna. Terjadi gastroenteritis akibat tertelannya
mukopus. Sering terjadi pada anal-anak
Kriteria Diagnosis *) Demam, rasa lesu, pada hidung dapat terasa adanya ingus
yang kental & berbau mengalir ke nasofaring. Nyeri alih
(referred pain), hisung terasa tersumbat, sakit kepala, nyeri
sekitar pipi, dahi atau belakang hidung. Gejala pada sinus
paranasal berupa rasa nyeri dan nyeri alih (referred pain).
Pembengkakan pada wajah, nyeri sekitar pipi terutama untuk
sinusitis maksilaris, nyeri di, bengkak sekitar bagian bawah
kelopak mata, nyeri di gigi. Nyeri alih (referred pain) dapat
terasa di dahi dan depan telinga, sinusitis etmoid berupa rasa
nyeri pada pangkal hidung, kantus medius, kadang-kadang
pada bola mata atau di belakang bola mata
Diagnosis Banding *) ---
Pem Penunjang *) Darah lengkap, rontgen
Konsultasi Spesialis THT
Perawatan RS 3-5 hari
Terapi *) Tujuan utama penatalaksanaan sinusitis adalah:
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah perubahan menjadi kronik
Sinusitis akut dapat diterapi dengan pengobatan
(medikamentosa) dan pembedahan (operas).

Ada 3 jenis obat yang dapat diberikan pada pasien sinusitis


akut, yaitu:
1. Antibiotik. Berikan golongan penisilin selama 10-14 hari
meskipun gejala klinis sinusitis akut telah hilang
2. Dekongestan lokal. Berupa obat tetes hidung untuk
memperlancar drainase hidung
3. Analgetik. Untuk menghilangkan rasa sakit
4. Irigasi antrum. Indikasinya adalah apabila terapi di atas
gagal dan ostium sinus sedemikian edematosa sehingga
terbentuk abses sejati. Irigasi antrum maksilaris dilakukan
dengan mengalirkan larutan salin hangat melalui fossa
incisivus ke dalam antrum maksilaris. Cairan ini
kemudian akan mendorong pus untuk keluar melalui
ostium normal
5. Menghilangkan faktor predisposisi

Pembedahan (operas) pada pasien sinusitis akut jarang


dilakukan kecuali telah terjadi komplikasi ke orbita atau
intrakranial. Selain itu nyeri yang hebat akibat sekret yang
tertahan oleh sumbatan dapat menjadi indikasi untuk
melakukan pembedahan.

Sinusitis kronis dpaat ditangani dengan cara:


1. Medikamentosa. Pemberian antibiotik selama minimal 2
minggu dan obat simptomatik lainnya
2. Tindakan. Meliputi diatermi, pungsi & irigasi sinus
(sinusitis maksila), pencucian Proetz (sinusitis etmoid,
sinusitis frontal & sinusitis sfenoid), pembedahan radikal
& tidak radikal. Diatermi menggunakan gelombang
pendek di daerah sinus paranasal yang sakit selama 10
hari.
Tempat Pelayanan Rumah sakit terkait
Penyulit ---
Informed Consent Perlu
Tenaga Standar Spesialis THT
Lama Perawatan 3-7 hari
Masa Pemulihan 1-2 minggu
Hasil ---
Patologi ---
Otopsi ---
Edukasi *) Kepatuhan terapi
Prognosis *) Bonam
Tindak Lanjut Evaluasi terapi
Kepustakaan *) 1. Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto. Sinusitis.
Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga
editor AS, Nurbaiti. Edisi ke 6 tahun 2007. Hal 150-153.
2. Endang Mangunkusumo, Damajanti Soetjipto. Sinusitis.
Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Hidung dan Telinga
editor AS, Nurbaiti. Edisi ke 3 tahun 1998.
3. Ballenger JJ, Snow JB. Anatomy and Physiology of The
NOse and Paranasal Sinuses. Dalam: Ballenger's
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. 16th
Edition. Spain: 2003; 569
4. Lalwani AK, 2007. CUrrent Diagnosis and Treatment in
Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 2nd Edition:
http://www.accessmedicine.com
5. Brook I, 2006. Infection Causes of Sinusitis. In Sinusitis.
London: Taylor and FRancis Group pg 145-169
6. Jackman AH, Kennedy Y DW. PAthophysiology of
Sinusitis. Dalam: Brook I. Sinusitis from Microbiology to
Management. New York: 2006; 109-113
7. Pletcher SD, Golderg AN. The Diagnosis and Treatment
of Sinusitis. Dalam Advanced Studies in Medicine. Vol. 3
no.9: 2003; 495-505
8. Umar F, Dkk. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Infeksi Pernapasan. Diakses dari
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceu
tical pada tanggal 29 Mei 2009
STANDAR PELAYANAN MEDIS

Anda mungkin juga menyukai