(07120120023)
Fakultas Kedokteran
2015
Laporan Kasus
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ibu Y
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 66 tahun
Tempat Tinggal : Cisereh, Tigaraksa, Tangerang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Agama : Islam
DATA DASAR
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada tanggal 17 Oktober 2015, pukul 8.30 di
Bangsal RSU Siloam.
Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan perut membesar.
Riwayat Obat :
Ibu Y mengonsumsi obat tekanan darah tinggi, namun pasien tidak tahu nama obatnya.
Pasien tidak teratur minum obat untuk tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan fisik
a) Keadaan Umum : Pasien tampak lemas.
b) Kesadaran : Compos Mentis
c) Berat Badan : 45 kg tanpa ascites
d) Tinggi Badan : 150 cm
e) Tanda-tanda Vital : Tekanan Darah = 140/80 mmHg
: Denyut Jantung = 72x/menit
: Laju Nafas = 24x/menit
: Suhu tubuh = 36,7oC
1. Kulit : Tidak tampak diskolorasi
: Tidak tampak ulkus/luka
2. Kepala/Leher : tidak ada deformitas, tidak ada bekas luka/operasi
: tidak ada perubahan warna kulit
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid/kelenjar getah
bening
3. Mata : tidak cekung, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
4. Mulut : Mulut terlihat kering.
5. Thorax
Paru
Inspeksi : tidak ada deformitas, tidak ada bekas luka/operasi
: bentuk dada normal dan simetris
: gerak napas simetris
Palpasi : tactile fremitus simetris pada kedua lapang paru sama
kuat
: ekspansi normal
Perkusi : bunyi sonor pada semua lapang paru
: batas paru-hati normal
Auskultasi : bunyi normal; vesikuler
: tidak ada wheezing, ronchi, rales
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : suara pekak
Auskultasi : S1 dan S2 normal, (-) murmur, (-) gallop, (-) bruits
6. Abdomen
Inspeksi : perut cembung dengan Lingkar Perut : 100.5cm
: tidak ada bekas luka/operasi
: venektasi (+), distensi (+)
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
hepar dan spleen tidak teraba.
Perkusi : redup, shifting dullness (+)
fluid wave test (+)
7. Extremitas : tidak ada deformitas, pitting edema pada kedua tungkai bawah
: akral dingin, kekuatan nadi distal (tidak dilakukan)
: Capillary refill time < 2 detik
Pemeriksaan Penunjang :
Lab : Complete Blood Count (CBC), elektrolit, fungsi hati (AST/ALT), albumin,
PT/APTT
EKG : Dalam batas normal
Hasil Lab :
10-10-2015 11-10-2015 20-10-2015 Normal Range
Hemoglobin (Hb) 10.60 11.10 12.10 11.70 - 15.50
Hematocrit (Ht) 32.40 33.20 36.40 35.00 - 47.00
RBC 3.70 3.89 4.20 3.80 5.20
WBC 9.81 11.44 13.06 3.60 11.00
Platelet Count 729.000 702.000 573.000 150.000 - 440.000
MCV 85.70 85.30 86.70 80 100
MCH 28 28.50 28.80 26 34
MCHC 32.70 33.40 33.20 32 - 36
SGPT (ALT) - - 6 0 55
Albumin 2.61 - 2.12 3.50 5.00
Ureum - - 185 <71
Creatinine - - 1.81 0.5 1.1
eGFR - - 29.7 > 60
RBG - - 111 < 200
PT (Patient) - 9.40 - 9.40 13.5
INR - - 0.91 0.80 1.20
APTT (Patient) - - 31 31 45
Sodium (Na) 125 - 128 137 145
Potassium (K) 5.2 - 5.2 3.6 5
Chloride (Cl) 99 - 100 98 - 107
Summary
Pasien wanita berumur 66 tahun datang dengan keluhan perut membesar. Perut membesar
secara progresif dan pasien merasa begah. Pasien hanya dapat tirah baring karena
keluhannya. Pasien muntah darah merah kehitaman pada saat dirawat dengan jumlah sekitar
setengah aqua gelas. Pasien mengeluh sesak nafas terus menerus dan lemas sejak seminggu
yang lalu. Pasien memiliki riwayat demam 2 hari SMRS yang telah membaik. Nyeri perut (-).
Pasien sudah pernah didiagnosa sirosis hepatis 6 bulan yang lalu, dan telah 5x riwayat pungsi
asites. Pasien juga memiliki riwayat tekanan darah tinggi namun tidak teratur minum obat.
Anak pasien memiliki keluhan yang serupa. Pada saat pemeriksaan fisik, BP 140/80 mmHg,
RR 24x/menit. Perut pasien cembung dengan lingkar perut 100.5cm, shifting dullness (+),
fluid wave test (+). Pada ekstremitas bawah terdapat pitting edema dan akral dingin. Pada
pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa pasien anemia, thrombositosis, WBC
meningkat, hypoalbuminemia, hyponatremia dan hyperkalemi.
Prognosis :
Ad vitam : Dubia ad malam
Ad functionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Malam
Tinjauan Pustaka
PENGERTIAN
Sirosis hati merupakan tahap akhir dari proses difus fibrosis hati progresif yang ditandai oleh
distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif. Sirosis hati merupakan dampak
tersering dari perjalanan klinis yang panjang dari semua penyakit hati kronis yang ditandai
dengan kerusakan parenkim hati. Salah satu penyebab sirosis hepatis yang sering di negara
Indonesia adalah infeksi akibat virus hepatitis B atau C. Transmisi virus tersebut berasal dari
infeksi perinatal, maupun infeksi horizontal seperti kontak langsung cairan tubuh (transfusi
darah, hubungan seksual dengan penderita).
MANIFESTASI KLINIS
Perjalanan penyakit sirosis hepatis lambat, asimtomatis dan seringkali tidak dicurigai sampai
adanya komplikasi penyakit hati. Komplikasi yang utama adalah hipertensi portal, asites,
peritonitis bacterial spontan, perdarahan varises esofagus, sindroma hepatorenal, ensefalopati
hepatikum, dan kanker hati.
DIAGNOSIS
Diagnosis pada stadium dekompensata dapat ditegakkan melalui gejala dan tanda klinis dari
komplikasi. Pemeriksaan klinis, laboratorium, serologi, dan imaging juga dapat membantu.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan fungsi hati yang pada batas normal
atau sedikit meningkat, bilirubin yang meningkat, kadar albumin yang menurun, faktor
koagulasi yang terganggu dan anemia. Diagnosis definitif dari sirosis hepatis adalah biopsy
hati.
KOMPLIKASI
1. ASITES
Asites merupakan keadaan dimana terdapat akumulasi cairan di rongga peritoneal (antara
viseral dan parietal peritoneum). Asites tidak hanya terjadi pada sirosis hepar saja, tetapi
dapat pula terjadi pada gagal jantung, pericarditis konstrik, malnutrisi, dan sindrom nefrotik.
Patofisiologi Asites
Beberapa teori menjelaskan mengenai tahap perkembangan asites. Teori pertama adalah
overflow theory yang menyebutkan bahwa tekanan hidrostatik yang begitu besar pada
intravaskular sehingga menyebabkan cairan keluar dari vaskular dan masuk ke rongga yang
ada (third space) seperti rongga abdomen. Teori yang kedua adalah underfill theory, dimana
setelah terjadinya plasma leakage ke rongga peritoneum, tubuh semakin mendeteksi adanya
kekurangan cairan yang efektif dalam pembuluh darah (low blood flow) sehingga
mengaktifkan sistem renin, angiotension, aldosteron untuk meretensi cairan dan natrium
sehingga cairan dalam intravaskular semakin banyak. Teori yang ketiga adalah splanchnic
arterial vasodilation karena adanya nitric oxide atau endotoksin dari translokasi bakteri diusus
yang beredar dalam pembuluh darah karena adanya kerusakan pada salah satu organ, seperti
hepar.
Diagnosis Asites
Pada inspeksi akan tampak perut membuncit, umbilicus bergerak ke arah kaudal mendekati
simpisis os pubis. Pada perkusi, pekak dan terjadi shifting dullness. Pemeriksaan khusus
seperti pudle sign dan wave test juga dapat membantu mendiagnosis. Pemeriksaan penunjang
yang dapat memberikan informasi untuk mendeteksi asites adalah ultrasonography (USG).
Pemeriksaan cairan asites yang didapat dari paracentesis diagnostik juga dapat memberikan
informasi penting untuk management selanjutnya :
Klasifikasi Asites
Tabel 2. Grading Asites menurut European Association for the Study of the Liver
Manajemen Asites
Tatalaksana Umum
Tirah baring, dapat memperbaiki efektifitas diuretika dan menyebabkan aktifitas simpatis dan
sistem renin-angiotensin-aldosteron menurun.
Diet restriksi garam (rekomendasi: natrium 6-8g/hari)
Pada pasien dengan hyponatremia dilusional (Kadar Na<126 mmol/L) perlu restriksi asupan
cairan menjadi 1.000 mL/hari dan perlu diberhentikan pemakaian diuretic dan diobservasi
pasiennya.
Pada tipe asites refractory, respon tidak adekuat dengan diuretic dosis tinggi ataupun
ataupun asites terjadi kembali setelah paracentesis terapeutik. Oleh karena itu,
disarankan pemasangan TIPS (Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt)
ataupun transplantasi hati.
Komplikasi
2. Varises Esophagus
Pecah varises esophagus adalah perdarahan dari varises esophagus atau gaster yang telah
dikonfirmasi melalui endoskopi. Vena kolateral yang terbentuk lama dapat menyebabkan
varises (pelebaran vena) pada esofagus bagian bawah, abdomen maupun pada rektum.
Apabila varises tersebut pecah, maka akan menyebabkan muntah darah berwarna merah
(bagian esofagus) maupun berwarna hitam/coffee ground (apabila bercampur dengan HCL
asam lambung). Jika pecahnya varises pada bagian rektum, maka akan menghasilkan
hematoschezia dan perdarahan rektal secara berulang. Terdapat beberapa penyebab yang
menyebabkan varises tersebut pecah, yaitu erosi dari asam lambung dan tingginya tekanan
darah pada pembuluh darah vena tersebut. Hal lain yang selanjutnya terjadi adalah anemia
karena perdarahan. Distensi dari pembuluh darah pada abdomen terlihat dari terbentuknya
kaput medusa karena terbukanya vena paraumbilikal maupun terbentuk spider navy di bagian
dada.
Beta blocker (propranolol 80-160 mg/hari per oral) untuk menurunkan tekanan yang
tinggi pada pelebaran pembuluh darah (varises) tersebut.
Apabila terjadi perdarahan atau pecahnya varises esofagus, maka diterapi dengan
resusitasi cairan (koloid kemudian lanjut dengan infus dekstrosa) dengan target
tekanan darah sistolik 90-100 mmHg dan frekuensi nadi < 100 serta diuresis 40
mL/jam
Antibiotik profilaksis seperti seftriakson 2-4 g/hari IV
Obat vasopresin dosis 10 U/jam (atau analog vasopresin) yang dikombinasikan
dengan somatostatin dosis 250 nanogram IV bolus dilanjutkan dengan infus 250
nanogram/12 jam
Endoscopic variceal band ligation (ligasi)
REFERENSI