FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Riwayat penyakit
Riwayat sakit ginjal/ Riwayat operasi
serupa sebelumnya:
liver : disangkal sebelumnya: disangkal
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Sistem digestivus : Tidak mual, tidak muntah, tidak bisa flatus, tidak ada
keluhan sakit pinggang.
Sistem urogenital : BAK lancar, jernih kekuningan, tidak nyeri saat berkemih.
Bentuk : mesocephal
Mata :
a) Leher
KGB : Tidak didapatkan informasi
Kelenjar thyroid : Tidak didapatkan informasi
Sikatrik : Tidak didapatkan informasi
b) Thoraks
Paru : Tidak didapatkan informasi
Jantung : Tidak didapatkan informasi
Dada dan Aksila : dalam batas normal
c) Abdomen : Tidak didapatkan informasi
d) Ekstremitas
Tungkai simetris (+)
Akral hangat
Oedem - -
- -
A.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah (7 juli 2012)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Lekosit 6.600 4000-12000 /µL
Eritrosit 5,81 4.5-5.9 jt/ul
Hemoglobin 16,8 14.0-18.0 g/dL
hematokrit 54,0 40-52 %
Trombosit 258.000 15000-400000 /µL
Waktu
1’30” 1 sd 5 Menit
perdarahan
Waktu
4’30” 2 sd 6 Menit
pembekuan
Gol. darah O Rh +
Imunoserologi
< 0.13
HbSAg Negative -
(negative)
Kimia Darah
SGOT 29 < 35 u/L
SGPT 45 < 41 u/L
ureum 44,2 10-50 mg/dL
Kreatinin 1,1 0.9-13 mg/dL
Gula Darah
127,8 70-115 mg/dL
Sewaktu
DIAGNOSA KERJA
Ileus obstruktif letak tinggi
KESIMPULAN
Pada kasus, seorang pasien dengan keluhan sakit perut, mual muntah dan tidak bisa BAB
sejak sekitar 4 hari. Badan merasa lemas, napsu makan turun. Dari pemeriksaan radiologi
menyokong gambaran ileus dengan adanya perforasi, dengan diagnosis ileus obstruktif at
causa apendiksitis perforasi. Maka tindakan yang diambil adalah tindakan operatif
laparatomi dengan eksplorasi isi abdomen, mencari penyebab ileus diantaranya
apendiksitis dan perforasi usus halus serta melakukan decompresi udara dan cairan yang
terkandung di dalam usus. ACC operasi dengan anestesi umum.
PENATALAKSANAAN
• Terapi operatif : Laparotomi dengan General Anesthesia
pada pasien ASA II.
TINDAKAN ANESTESI PADA PERI-OPERASI
• Macam : Laparotomi decompresi debridement app
• Jenis AN : General anestesi
• Teknik AN : IV
• Induksi Propofol 160 mg dan Notrixum 35 mg
• Anestesi mulai : 12.15 WIB
• Anestesi selesai : 13.50 WIB
• Operasi mulai : 12.20 WIB
• Operasi selesai : 13.50 WIB
PRE-OPERATIF
Diberikan anti-
emetik
ondansentron 8mg
IV dan analgesia
ketorolak 30mg IV
Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan nadi
senantiasa dikontrol setiap 5 menit, sebagai berikut :
Menit ke- Sistole Diastole Pulse Sp O2
1 140 80 75 98 %
5 115 70 70 98 %
10 185 95 60 98 %
15 110 70 58 98%
20 100 60 58 98%
25 140 90 58 98%
30 130 90 59 98%
35 120 80 58 98%
40 135 75 57 98%
45 120 70 56 98%
50 130 75 56 98%
51 130 80 57 98%
52 130 90 58 98%
53 125 80 58 98%
54 125 80 58 98%
55 140 90 57 98%
56 145 90 58 97%
57 140 85 58 97%
58 120 80 58 97%
Kemudian didukung dengan
pemberian Ringer Laktat
sebanyak 3 flabot yang
Ketika operasi menjelang
diberikan selama operasi
selesai (±10 menit), N2O
berlangsung.
mulai diturunkan
volumenya dan O2
dinaikkan volumenya,
Anestesi dimatikan serta dosis Isoflurane juga
Nadi 57x/menit, TD 125/80 mmHg, perlahan dikurangi hingga
SPO2 97 %, ETT dan guedel dicabut akhirnya 0 vol%.
setelah pasien dapat dibangunkan.
Lendir dikeluarkan dengan suction
lalu pasien diberi oksigen murni
selama 5 menit. Setelah semua
peralatan dilepaskan pasien
dibawa ke ruang pemulihan.
Kemudian setelah operasi selesai, sebagai instruksi pasca anestesi, diberikan
fentanil 100 µg dan remopain 60mg dalam NS 50cc (4cc/jam)
Terapi cairan
Berat badan = 62 kg
Kebutuhan cairan pasien perjam : 2 x BB = 2 x 62 = 124 cc/jam
Ileus
Apendisitis
Laparotomi
Anestesi
umum
ILEUS
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan
pertolongan dokter.
kerusakan atau hilangnya
pasase isi usus yang
Ileus disebabkan oleh sumbatan
obstruktif mekanik.
Kram
Sembelit perut
muntah yang
berat
kembung
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Konservatif
a. Penderita dirawat di rumah sakit
b. Penderita dipuasakan
c. Kontrol status airway, breathing and circulation
d. Dekompresi dengan nasogastric tube
e. Intravenous fluids and electrolyte
f. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan
g. Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik
2. Farmakologis
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif
a. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis
b. Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi kolon
c. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis
sekunder atau rupture usus
d. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan
dengan hasil explorasi melalui laparotomi
e. Lisis pita untuk band
f. Herniorepair untuk hernia inkarserata
g. Pintas usus : ileostomi, kolostomi
h. Reseksi usus dengan anastomosis
i. Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi
j. Laparatomi
APENDISITIS
• Apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Apendiks
disebut juga umbai cacing.
• Gejala utama terjadinya apendisitis adalah adanya nyeri
perut. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri
yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam akan dirasakan
berpindah ke daerah perut kanan bawah (sesuai lokasi
apendiks). Namun pada beberapa keadaan tertentu (bentuk
apendiks yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di daerah lain
(sesuai posisi apendiks). Ujung apendiks yang panjang dapat
berada pada daerah perut kiri bawah, punggung, atau di
bawah pusar.
LAPAROTOMI
Laparotomi adalah tindakan insisi pembedahan melalui
dinding perut atau abdomen (Sanusi C, 1999).
Tindakan laparotomi biasanya dilakukan atas indikasi
appendisitis, hernia, kista ovarium, kanker tuba falopii, kanker
uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker
kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, serta
peritonitis.
Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan
rasa sakit yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri
secara sentral serta hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel
(pulih kembali). Dengan anestesi umum, akan diperoleh triad
(trias) anestesia, yaitu :
1. Hipnosis (tidur)
2. Analgesia (bebas dari nyeri)
3. relaksasi otot
Penatalaksanaan anastesi dimulai dari
Premedikasi
Induksi anestesi
Rumatan anestesi
Fungsi pre-medikasi diantaranya :
- Meredakan kecemasan dan ketakutan
- Memperlancar induksi anesthesia
- Meminimalkan jumlah obat anestetik
- Mengurangi mual muntah pasca bedah
- Menciptakan amnesia
Pada pasien ini premedikasi yang digunakan adalah fentanil. Fentanil ialah zat
sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100x morfin. Lebih larut dalam lemak
dibanding petidin dan menembus sawar jaringan dengan mudah. Setelah suntikan
intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan morfin,
tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama melewatinya. Efek tak disukai
ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pelumpuh
otot.
Induksi pada pasien dilakukan dengan pemberian Propofol dengan
penambahan Notrixum. Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja
cepat dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan
mual-mual. Propofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna
putih yang bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml=10mg) dan mudah
larut dalam lemak. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan
oleh GABA. Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang
efek kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik. Cara pemberian bisa secara
suntikan bolus intravena atau secara kontinu melalui infuse,