Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

ILEUS OBSTRUKTIF EC ADHESI et APP PERFORASI

Anita Anggun Pramita J500080047


Juwita Wulandari J500080060
Priambodo Ilham J500080088
Vany Kusuma wardani J500080090
Hasrapriliana Hersya J500080096

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

Ileus adalah gangguan pasase


isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut

Ileus Paralitik (Ileus Adinamik)


adalah suatu keadaan dimana
pergerakan kontraksi normal
dinding usus untuk sementara
waktu berhenti.

Apendisitis adalah peradangan


pada apendiks.
BAB II
LAPORAN KASUS
 Nama : Bp. S
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 49 tahun
 Alamat : Plupuh, Sragen
 Agama : Islam
 No RM : 2266xx
 Tanggal masuk RS : 09 juli 2012
 Tanggal Operasi : 11 juli 2012 Jam : 12.20 WIB
• Keluhan utama :
Nyeri perut

• Riwayat Penyakit Sekarang :


2 jam SMS: pasien mengeluh nyeri perut, perut terasa
kembung, perut kaku dan keras, tidak bisa kentut, BAB terakhir
16 jam sebelum masuk Rumah Sakit.
SMRS: pasien masih mengeluh nyeri pada perut dan
perut kembung, perut masih terasa kaku dan tidak bisa kentut.
Riwayat Asma :
Riwayat HT: disangkal Riwayat DM: disangkal
disangkal

Riwayat Alergi Riwayat penyakit


Riwayat sakit maag
jantung/ paru :
: disangkal : disangkal
disangkal

Riwayat penyakit
Riwayat sakit ginjal/ Riwayat operasi
serupa sebelumnya:
liver : disangkal sebelumnya: disangkal
disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat penyakit serupa : disangkal


• Riwayat Hipertensi dlm keluarga : disangkal
• Riwayat Diabetes dlm keluarga : disangkal
• Riwayat Alergi dlm keluarga : disangkal
• Riwayat Asma dlm keluarga : disangkal
Anamnesis Sistem Sistem serebrospinal : Tidak pusing, tidak demam, lemas (+)

Sistem respirasi : batuk (-), pilek (-), sulit bernafas (-)

Sistem kardiovaskuler : Tidak nyeri dada, pucat (-)

Sistem digestivus : Tidak mual, tidak muntah, tidak bisa flatus, tidak ada
keluhan sakit pinggang.

Sistem urogenital : BAK lancar, jernih kekuningan, tidak nyeri saat berkemih.

Sistem muskuloskeletal : Tidak ada hambatan dalam bergerak

Sistem integumentum : Suhu raba hangat, tidak ada kelainan


PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Baik
 Gizi : Cukup
 Kesadaran : Compos mentis
 BB : 49 kg
 Vital Sign
- TD : 120/80 mmHg
- N : 80 x/ menit
- RR : Tidak didapatkan informasi
- Suhu : 36,60C
a) Kepala

 Bentuk : mesocephal

 Rambut : hitam, distribusi merata

 Mata :

o Palpebra : Tidak didapatkan informasi

o Konjungtiva : Tidak didapatkan informasi

o Sklera : Tidak didapatkan informasi

o Pupil : Tidak didapatkan informasi

o Refleks cahaya : Tidak didapatkan informasi

o Pandangan kabur : Tidak didapatkan informasi

o Adanya pemandangan dua : Tidak didapatkan informasi


 Hidung : Tidak didapatkan informasi
 Mulut : Tidak didapatkan informasi
 Mallampati : Tidak didapatkan informasi

a) Leher
 KGB : Tidak didapatkan informasi
 Kelenjar thyroid : Tidak didapatkan informasi
 Sikatrik : Tidak didapatkan informasi

b) Thoraks
 Paru : Tidak didapatkan informasi
 Jantung : Tidak didapatkan informasi
 Dada dan Aksila : dalam batas normal
c) Abdomen : Tidak didapatkan informasi
d) Ekstremitas
 Tungkai simetris (+)
 Akral hangat
 Oedem - -
- -
A.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah (7 juli 2012)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan
Lekosit 6.600 4000-12000 /µL
Eritrosit 5,81 4.5-5.9 jt/ul
Hemoglobin 16,8 14.0-18.0 g/dL
hematokrit 54,0 40-52 %
Trombosit 258.000 15000-400000 /µL
Waktu
1’30” 1 sd 5 Menit
perdarahan
Waktu
4’30” 2 sd 6 Menit
pembekuan
Gol. darah O Rh +
Imunoserologi
< 0.13
HbSAg Negative -
(negative)
Kimia Darah
SGOT 29 < 35 u/L
SGPT 45 < 41 u/L
ureum 44,2 10-50 mg/dL
Kreatinin 1,1 0.9-13 mg/dL
Gula Darah
127,8 70-115 mg/dL
Sewaktu
DIAGNOSA KERJA
Ileus obstruktif letak tinggi

KESIMPULAN
Pada kasus, seorang pasien dengan keluhan sakit perut, mual muntah dan tidak bisa BAB
sejak sekitar 4 hari. Badan merasa lemas, napsu makan turun. Dari pemeriksaan radiologi
menyokong gambaran ileus dengan adanya perforasi, dengan diagnosis ileus obstruktif at
causa apendiksitis perforasi. Maka tindakan yang diambil adalah tindakan operatif
laparatomi dengan eksplorasi isi abdomen, mencari penyebab ileus diantaranya
apendiksitis dan perforasi usus halus serta melakukan decompresi udara dan cairan yang
terkandung di dalam usus. ACC operasi dengan anestesi umum.
PENATALAKSANAAN
• Terapi operatif : Laparotomi dengan General Anesthesia
pada pasien ASA II.
TINDAKAN ANESTESI PADA PERI-OPERASI
• Macam : Laparotomi decompresi debridement app
• Jenis AN : General anestesi
• Teknik AN : IV
• Induksi Propofol 160 mg dan Notrixum 35 mg
• Anestesi mulai : 12.15 WIB
• Anestesi selesai : 13.50 WIB
• Operasi mulai : 12.20 WIB
• Operasi selesai : 13.50 WIB
PRE-OPERATIF

Pasien puasa 6 jam pre-operatif.

Keadaan umum dan vital sign baik (TD=110/80


mmHg, N=76/’, RR=20/’, S= 360C)
 Pasien masuk ke ruang OK, diposisikan di atas meja operasi, pasang alat
monitoring: monitor tensi, Heart Rate, SpO2, untuk monitoring ulang vital
sign pasien. Pemberian obat analgesik fentanyl 25 µg iv dan obat
antracurium 25 mg.
(TD : 140/70 mmHg, N : 76x/menit, Saturasi O2 98%)
 Induksi anestesi
Induksi dengan propofol 160 mg iv. - Setelah kesadaran pasien
menurun segera sungkup muka dirapatkan pada muka dan
diberikan O2 100% 4 liter/menit atau preoksigenasi kalau perlu
nafas dibantu dengan menekan balon nafas secara periodik.
 Setelah kesadaran pasien menurun segera sungkup muka
dirapatkan pada muka dan diberikan O2 100% 4 liter/menit atau
preoksigenasi kalau perlu nafas dibantu dengan menekan balon
nafas secara periodik.
 Setelah relaksasi pasien diintubasi dengan ETT no.7,5 cuff(+), untuk
memastikan ETT terpasang dengan benar dengarkan suara nafas
dengan stetoskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan dinding
dada kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap inspirasi buatan.
Pasang pipa guedel dan difiksasi menggunakan plester. Tutup mata
pasien dengan plester.
 ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi,
kemudian N2O dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/menit kemudian
isofluran dibuka 2 vol% Kedalaman anestesi dipertahankan dengan
kombinasi N2O dan O2 masing-masing 2 lt/menit (50% : 50%), serta
isoflurane 2 vol%. Nafas pasien dikendalikan dengan respirator.
Pasang kateter dan pembedahan dimulai
 Maintenance dan sisipan

Tahap pemeliharaan anestesi (maintenance)


dilakukan dengan N2O dibuka 2,5 liter/menit
dan O2 2 liter/menit (50% : 50%), kemudian
Isoflurane 1,5-2 vol % dibuka.

Diberikan anti-
emetik
ondansentron 8mg
IV dan analgesia
ketorolak 30mg IV
Selama tindakan anestesi berlangsung, tekanan darah dan nadi
senantiasa dikontrol setiap 5 menit, sebagai berikut :
Menit ke- Sistole Diastole Pulse Sp O2
1 140 80 75 98 %
5 115 70 70 98 %
10 185 95 60 98 %
15 110 70 58 98%
20 100 60 58 98%
25 140 90 58 98%
30 130 90 59 98%
35 120 80 58 98%
40 135 75 57 98%
45 120 70 56 98%
50 130 75 56 98%
51 130 80 57 98%
52 130 90 58 98%
53 125 80 58 98%
54 125 80 58 98%
55 140 90 57 98%
56 145 90 58 97%
57 140 85 58 97%
58 120 80 58 97%
Kemudian didukung dengan
pemberian Ringer Laktat
sebanyak 3 flabot yang
Ketika operasi menjelang
diberikan selama operasi
selesai (±10 menit), N2O
berlangsung.
mulai diturunkan
volumenya dan O2
dinaikkan volumenya,
Anestesi dimatikan serta dosis Isoflurane juga
Nadi 57x/menit, TD 125/80 mmHg, perlahan dikurangi hingga
SPO2 97 %, ETT dan guedel dicabut akhirnya 0 vol%.
setelah pasien dapat dibangunkan.
Lendir dikeluarkan dengan suction
lalu pasien diberi oksigen murni
selama 5 menit. Setelah semua
peralatan dilepaskan pasien
dibawa ke ruang pemulihan.
Kemudian setelah operasi selesai, sebagai instruksi pasca anestesi, diberikan
fentanil 100 µg dan remopain 60mg dalam NS 50cc (4cc/jam)
Terapi cairan
Berat badan = 62 kg
Kebutuhan cairan pasien perjam : 2 x BB = 2 x 62 = 124 cc/jam

Lama puasa pasien 6 jam


Lama puasa x kebutuhan per jam
6 x124 cc/jam = 724 cc

Stress operasi : operasi sedang (8 cc/kg BB):


8x 62 = 512 cc

Kebutuhan cairan pada jam pertama


=50%puasa+stress operasi+kebutuhan cairan perjam
=362 cc+ 512cc+ 124cc
= 1118 cc

Kebutuhan cairan pada jam kedua


= 25% puasa+stress operasi+kebutuhan cairan per jam
= 181 cc + 512cc + 124cc
= 852 cc
 Operasi berakhir pukul 13.40 WIB.
Selesai operasi pasien belum sadar kemudian pasien dipindahkan ke
Ruang Pemulihan (Recovery Room), pasien segera diberi bantuan oksigenasi
melalui nasal O2 3 lt/menit, melanjutkan pemberian cairan, dan diobservasi
terus dipantau setiap 15 menit dinilai pernafasan, tekanan darah, dan nadi.
Saturasi O2 : 97 % TD : 165/110 mmHg, N : 65x/menit

Instruksi Post Operasi :


• Bila muntah, pasien diberi Ondansentron 8 mg iv
• Bila kesakitan , pasien diberi Ketrolac 30 mg iv
• Pasien dibawa ke ruang ICU diberi fentanyl 100mg + ketrolac 6o mg
syringe
BAB III
PEMBAHASAN

Ileus

Apendisitis

Laparotomi

Anestesi
umum
ILEUS
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan
pertolongan dokter.
kerusakan atau hilangnya
pasase isi usus yang
Ileus disebabkan oleh sumbatan
obstruktif mekanik.

suatu keadaan dimana


pergerakan kontraksi
Ileus Paralitik normal dinding usus untuk
sementara waktu berhenti.
Gejala ileus adalah:

Kram
Sembelit perut
muntah yang
berat
kembung
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Konservatif
a. Penderita dirawat di rumah sakit
b. Penderita dipuasakan
c. Kontrol status airway, breathing and circulation
d. Dekompresi dengan nasogastric tube
e. Intravenous fluids and electrolyte
f. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan
g. Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik
2. Farmakologis
a. Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
b. Analgesik apabila nyeri.

3. Operatif
a. Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis
b. Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi kolon
c. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis
sekunder atau rupture usus
d. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan
dengan hasil explorasi melalui laparotomi
e. Lisis pita untuk band
f. Herniorepair untuk hernia inkarserata
g. Pintas usus : ileostomi, kolostomi
h. Reseksi usus dengan anastomosis
i. Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi
j. Laparatomi
APENDISITIS
• Apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Apendiks
disebut juga umbai cacing.
• Gejala utama terjadinya apendisitis adalah adanya nyeri
perut. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri
yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam akan dirasakan
berpindah ke daerah perut kanan bawah (sesuai lokasi
apendiks). Namun pada beberapa keadaan tertentu (bentuk
apendiks yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di daerah lain
(sesuai posisi apendiks). Ujung apendiks yang panjang dapat
berada pada daerah perut kiri bawah, punggung, atau di
bawah pusar.
LAPAROTOMI
 Laparotomi adalah tindakan insisi pembedahan melalui
dinding perut atau abdomen (Sanusi C, 1999).
 Tindakan laparotomi biasanya dilakukan atas indikasi
appendisitis, hernia, kista ovarium, kanker tuba falopii, kanker
uterus, kanker hati, kanker lambung, kanker kolon, kanker
kandung kemih, kehamilan ektopik, mioma uteri, serta
peritonitis.
Anestesi Umum
Anestesi umum adalah tindakan untuk menghilangkan
rasa sakit yang dilakukan dengan cara menghilangkan nyeri
secara sentral serta hilangnya kesadaran dan bersifat reversibel
(pulih kembali). Dengan anestesi umum, akan diperoleh triad
(trias) anestesia, yaitu :
1. Hipnosis (tidur)
2. Analgesia (bebas dari nyeri)
3. relaksasi otot
Penatalaksanaan anastesi dimulai dari

Premedikasi

Induksi anestesi

Rumatan anestesi
Fungsi pre-medikasi diantaranya :
- Meredakan kecemasan dan ketakutan
- Memperlancar induksi anesthesia
- Meminimalkan jumlah obat anestetik
- Mengurangi mual muntah pasca bedah
- Menciptakan amnesia
Pada pasien ini premedikasi yang digunakan adalah fentanil. Fentanil ialah zat
sintetik seperti petidin dengan kekuatan 100x morfin. Lebih larut dalam lemak
dibanding petidin dan menembus sawar jaringan dengan mudah. Setelah suntikan
intravena ambilan dan distribusinya secara kualitatif hampir sama dengan morfin,
tetapi fraksi terbesar dirusak paru ketika pertama melewatinya. Efek tak disukai
ialah kekakuan otot punggung yang sebenarnya dapat dicegah dengan pelumpuh
otot.
Induksi pada pasien dilakukan dengan pemberian Propofol dengan
penambahan Notrixum. Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja
cepat dengan karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan
mual-mual. Propofol merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna
putih yang bersifat isotonic dengan kepekatan 1% (1ml=10mg) dan mudah
larut dalam lemak. Propofol menghambat transmisi neuron yang dihantarkan
oleh GABA. Propofol adalah obat anestesi umum yang bekerja cepat yang
efek kerjanya dicapai dalam waktu 30 detik. Cara pemberian bisa secara
suntikan bolus intravena atau secara kontinu melalui infuse,

Ketorolak diberikan sebagai pelumpuh otot, dapat diberikan secara


oral, intramuskular atau intervena. Setelah suntikan intramuskular atau
intravena efek analgesinya dicapai dalam 30 menit, maksimal setelah 1-2 jam
dengan lama kerjanya sekitar 4-6 jam dan penggunaannya dibatasi untuk 5
hari.
Dosis awal 10-30 mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Pada fase rumatan pada pasien ini digunakan N2O/O2
dan isofluran. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2
minimal 25%. Gas ini bersifat anestetik lemah, tetapi analgesinya
kuat, sehingga sering digunakan untuk mengurangi nyeri
menjelang persalinan. Pada akhir anestesi setelah N2O
dihentikan, maka N2O akan cepat keluar mengisi alveoli,
sehingga terjadi pengenceran O2 100% selama 5-10 menit.

Isoflurane adalah isomer dari enfluran dengan efek-efek


samping yang minimal. Induksi dan masa pulih anestesia dengan
isofluran cepat. Sifat fisis: titik didih 58,5, koefisien partisi
darah/gas 1.4, MAC 1.15%. Farmakologi: Efek terhadap depresi
jantung dan curah jantung minimal, sehingga digemari untuk
anestesa teknik hipotensi dan banyak digunakan pada pasien
dengan gangguan koroner.
BAB IV
KESIMPULAN
Pada kasus, seorang pasien dengan keluhan
sakit perut, mual muntah dan tidak bisa BAB sejak
sekitar 4 hari. Badan merasa lemas, napsu makan
turun. Dari pemeriksaan radiologi menyokong
gambaran ileus dengan adanya perforasi, dengan
diagnosis ileus obstruktif at causa apendiksitis
perforasi. Maka tindakan yang diambil adalah
tindakan operatif laparatomi dengan eksplorasi isi
abdomen. Tehnik terbaik untuk tindakan anestesi
adalah anestesi umum.

Anda mungkin juga menyukai