Anda di halaman 1dari 29

Laporan Kasus

MANAGEMENT CAIRAN PADA


TONSILLECTOMY

Nama : Hemriadi

NIM : 11.15.777.14.070

Pembimbing : dr. Sofyan Bulango, Sp.An


Pendahuluan

Keseimbangan Tujuan
Cairan & Pemberian Cairan
Elektrolit & Elektrolit

Mengganti atau
Penting menangani
mempertahankan
preoperasi, durante
volume cairan
operasi atau selesai
Intravaskular, interstisiel
menjalani pembedahan
dan intraseluler;

Mempertahankan
keseimbangan air,
elektrolit, dan komponen
darah.
Pendahuluan

• Tonsilitis kronik dalah perdangan kronis


Tonsil setelah serangan akut yang terjadi
berula-ulang.

• General anestesi yang dipilih pada kasus ini


adalah dengan intubasi.
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
• Nama : Nn. S N
• Umur : 17 Tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• BB : 50 kg
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. S. Manonda
ANAMNESIS

• Keluhan Utama : Sering nyeri menelan.

• Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang ke RSU Anutapura

dengan keluhan sering nyeri menelan. Hal ini dialami sudah

cukup lama namun nyeri menelan sering timbul dalam 1 bulan

terakhir. Pasien juga sering demam dan merasa tenggorokannya

berlendir. Tidak ada sakit perut, tetapi pasien ada muntah

beberapa kali. BAK lancar, BAB biasa.


• Riwayat penyakit dahulu : Pasien memiliki riwayat
batuk pilek yang cukup lama dan hilang timbul sejak 1
bulan terakhir. Pasien telah berobat ke dokter 1
minggu yang lalu, dan setelah diperiksa pasien
diberitahukan bahwa amandelnya membesar dan
disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan
amandel. Riwayat penyakit jatung (-), asma (-),
penyakit hati (-).
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : Composmentis, GCS: E4V5M6
Vital Sign
• TD : 110/70 mmHg
• Nadi : 78 x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 36,5 ºC
2. Pemeriksaan Kepala

• Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,

• refleks cahaya +/+, pupil isokor ± 2 mm

• Telinga : Discharge (-)

• Hidung : Discharge (-), epistaksis (-), deviasi septum (-)

3. Pemeriksaan Mulut : bibir sianosis (-), bibir kering (+), pembesaran tonsil
(+), hiperemis dan dengan ukuran T4-T3.

4. Pemeriksaan leher : simetris, tidak ada deviasi trakea, dan tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.

• Tiroid : Tidak ada kelainan


5. Pemeriksaan Dada
Dinding dada/paru :
– Inspeksi : Bentuk simetris, retraksi IC (-)
– Palpasi : Vokal Fremitus kanan = kiri
– Perkusi : Sonor kiri dan kanan
– Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung :
– Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
– Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea
midclavicularis sinistra
– Perkusi : Batas jantung normal
– Auskultasi : S1 dan S2 murni, regular
6. Abdomen :

• Inspeksi : Bentuk Datar

• Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal

• Perkusi : Timpani

• Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+)

Hati : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ginjal : tidak teraba

7. Ekstremitas : akral hangat, edem tidak ada, turgor baik.

8. Genitalia : tidak tampak kelainan.


PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,2 L: 14-18, P: 12-16 g/dl
Leukosit 14,6 4.000-12.000 /mm3
Eritrosit 5.0 L: 4.5-6.5 P: 3.9-5.6 Juta/ul
Hematokrit 41,1 L: 40-46 P: 35-47 %
Trombosit 383.000 150.000-450.000 /mm3
Waktu
3 1-4 menit m.det
perdarahan/CT
Waktu
8 4-12 menit m.det
perdarahan/BT
DIAGNOSIS

• Tonsilitis Kronis

PENATALAKSANAAN

• IVFD Ringer Laktat

• Drips Adona 1 ampul dalam 500 cc RL

• Inj. Ranitidin 1A/12J/IV

• Inj. Ceftriaxone 1A/12J/IV

• Konsul ke bagian anestesi

• Informed consent pembiusan


LAPORAN ANESTESI PASIEN
• Diagnosis pra-bedah : Tonsilitis kronis
• Diagnosis post-bedah: Post tonsilektomi
• Jenis pembedahan : Tonsilektomi
• Persiapan anestesi : Informed consent,
Puasa ± 8 jam sebelum operasi
• Jenis anestesi : General Anestesi
• Teknik anestesi : Intubasi dengan ETT
no. 6,5
• Premedikasi anestesi : Petidine 50 mg,
Sedacum 3 mg, Ondansentron 4 mg
• Medikasi : Propofol 100 mg, Atracurium 20 mg, Ketorolac 30 mg

• Pemeliharaan anestesi : O2 5 L/menit, Sevoflurane

• Respirasi : Spontan

• Status Fisik : ASA II

• Induksi mulai : 09.40 WITA

• Operasi mulai : 09. 50 WITA

• Lama operasi : 45 menit

• Lama puasa : 8 jam

• Input durante operasi (RL) : 1000 cc


Tabel. Tekanan darah dan frekuensi
nadi selama operasi
Pukul (WITA) Tekanan Darah (mmHg) Nadi (kali/menit)
09.40 158/108 110
09.45 150/100 106
09.50 148/106 102
09.55 130/94 100
10.00 138/100 96
10.05 120/74 82
10.10 130/76 100
10.15 118/70 80
10.20 110/60 84
10.25 98/60 92
10.30 102/64 86
PENATALAKSANAAN PASCA PEMBEDAHAN

• Perawatan bangsal
• Masuk Tanggal : 27 Desember 2017
• Jam : 11.30 WITA
• Airway : clear
• Breathing : Spontan, vesikuler
• Circulation : S1/S2 reguler murmur -/-, gallop -/-
• Disability : GCS: E4V5M6
Instruksi post operasi : observasi selama 24 jam

• Monitoring kesadaran, tanda vital, dan keseimbangan cairan

• Ukur TD dan N setiap 15 menit selama 1 jam. Bila TDS < 90


mmHg beri efedrin dengan dosis bertahap mulai dari 5 mg
sehingga menimbulkan efek.

• Berikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2 reseptor bloker dan


analgetik.

• Bila tidak ada mual dan muntah serta peristaltik (+) boleh minum
sedikit-sedikit.

Prognosis: Dubia ad bonam


PEMBAHASAN

Sebelum dilakukan operasi pada pasien ini


telah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang, sehingga pasien
digolongkan sebagai ASA II, karena pada kasus
ini dijumpai adanya leukositosis (14,6), tetapi
pasien tidak memiliki penyakit lain selain
penyakit yang akan dioperasi dan tidak ada
keterbatasan fungsional.
• Pada kasus ini jenis anestesi yang dipilih adalah
general anestesi (intubasi dengan ETT)
• Premedikasi : Petidine 50 mg, Sedacum 3 mg,
Ondansentron 4 mg
• Medikasi :
– Propofol 100 mg
– Atracurium 20 mg
– Ketorolac 30 mg
TERAPI CAIRAN

• Penatalaksanaan Pra-Bedah:
Pasien diresusitasi dengan cairan 2000 cc
didapatkan dari perhitungan :

•Pemberian cairan dehidrasi diberikan dalam 2 waktu:


8 jam pertama : Rehidrasi (1000) + Maintenance (90)
= 1090 cc
16 jam berikutnya : 1090 cc
Durante Operatif
Berikut merupakan Jadi kebutuhan cairan pada
perhitungan pada jam I:
saat operasi: • M + SO + 50% (PP)
• 90 + 300 + 50% (720) = 750
– Maintenance : 90 cc cc
– Pengganti Puasa: Kebutuhan cairan pada jam II:
lama jam puasa (8 • M + SO + 25% (PP)
jam) x Maintenance
• 90 + 300 + 25% (720) = 570
(90cc) = 720cc cc
– Stress operasi: Jenis Kebutuhan cairan pada jam III:
operasi sedang/kgBB: • M + 25% (PP)
6 x 50 kg = 300 cc • 90 + 25% (720) = 270 cc
Penggantian defisit puasa
:
Jam I : 50%
Jam II : 25%
Jam III : 25%
• Operasi selama 45 menit, cairan yang masuk
: 1000 cc,

• Sehingga jumlah cairan yang tersisa pada


jam II adalah 320 cc, kemudian ditambahkan
dengan jumlah cairan jam III sebanyak 270
cc, hasilnya ialah sebanyak 590 cc.
• EBV (Estimate Blood Volume) pada
pasien :
• EBV = 65 ml/kg x BB kg
= 65ml/kg x 50 kg
= 3.250 ml
• Jumlah perdarahan: ± 300 cc
% perdarahan : 300/3.250 x 100% =
9,23 %
Kemudian setelah dilakukan operasi didapatkan jumlah

perdarahan yaitu 300 cc. Menurut perhitungan, perdarahan yang

lebih dari 20% EBV harus dilakukan tindakan transfusi darah.

Pada pasien ini, perkiraan perdahan adalah 300 cc, maka EBV-nya

adalah:

• EBV perempuan dewasa: 65 cc/kgBB = 65 x 50 = 3250 cc

Sehingga didapatkan jumlah perdarahan (%EBV) :

% EBV = 300/3250 x 100% = 9,23 %


Dari perhitungan diatas didapatkan
nilai EBV adalah 3250 cc, jumlah
perdarahan (%EBV) adalah 9,23% yang <
20% EBV maka tidak diperlukan transfusi
darah. Dengan pemberian cairan rumatan
kristaloid sudah cukup untuk menangani
perdarahan.
PASCA BEDAH

o Kebutuhan air untuk penderita di daerah tropis dalam


keadaan basal sekitar ± 50 ml/kgBB/24 jam, sehingga
kebutuhan air untuk pasien ini adalah: 50cc/kgBB/24jam =
2500 cc/24 jam
o Sehingga, kebutuhan cairan untuk ±24 jam kedepan ialah
kebutuhan cairan pasca operasi + sisa cairan rehidrasi + sisa
cairan perioperatif, jadi didapatkan:
2500 cc + 1180 cc + 590 cc = 4270 cc atau 177 cc/jam
• Untuk mengetahui jumlah tetesan yang diperlukan jika
menggunakan infus 1 cc = 20 tetes adalah 177/60 x 20 tetes
= 60 tetes/menit.
• Pada pasien ini diberikan larutan Ringer Laktat. Kebanyakan
jenis kehilangan cairan perioperative adalah isotonik, maka
yang biasa digunakan adalah replacement type solution,
tersering adalah Ringer Laktat. Ringer Laktat mempunyai
komposisi yang mirip dengan cairan ekstraselular dan paling
sering dipakai sebagai larutan fisiologis.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai