Anda di halaman 1dari 37

Oleh :

Nurfazillah

Pembimbing :
Dr.Panal Hendrik Dolok Saribu Sp. An
Trans ureteral Resection Of Prostate (TURP)
merupakan operasi yang paling sering dilakukan
kedua setelah katarak pada pria diatas 65 tahun.

Kegagalan pada system saraf pusat, system


kardivaskular selama dilakukanya TURP dikatakan
sebagai sindroam TURP

Pada Operasi TURP dari segi anesthesiology


dapat dikerjakan secara anestesi umum dan
anestesi local tertentu.
IDENTITAS PASIEN
• Tanggal : 05 Januari 2018
• Nama : Tn. N
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 67 tahun
• BB : 50 kg
• Ruang : Bedah laki-laki
• No. MR : 874643
• Diagnosis : Benign Postate Hyperplasia
Tindakan : TURP
• Susah buang air kecil sejak 3 hari ini
Keluhan
Utama

• Pasien dibawa ke RSUD Raden Mattaher Jambi dengan keluhan sejak ± 3 hari ini
pasien merasa sulit buang air kecil, setiap kali BAK pasien harus mengedan,
pancaran BAK lemah, BAK merembes, karena setiap kali BAK pasien kurang
merasa puas, sehingga sehari-harinya pasien sering ke kamar mandi untuk BAK
RPS terutama pada malam hari. Tidak ada riwayat kencing berpasir, BAK berdarah (-),
nyeri pinggang (-), nyeri perut bagian bawah saat BAK (+).

• Keluhan BAK tidak lancar sudah dirasakan ± beberapa bulan ini. Pasien
berobat ke dokter urologi dan mendapat obat minum, namun keluhan
masih dirasakan. Kemudian pasien disarankan untuk menjalani operasi
RPS prostat.
Riwayat penyakit Riwayat alergi obat
terdahulu Os mengaku tidak ada
Riwayat hipertensi (-) alergi obat dan makanan
Riwayat Gastritis (-) tertentu
Riwayat diabetes melitus (-
)
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat astma (-)
Riwayat batuk lama (-)
Riwayat operasi
sebelumnya (+)
• Riwayat kebiasaan : merokok (-),
Alkohol (-), Narkotik (-)
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Vital Sign
• Tekanan darah : 120/70 mmHg
• Nadi : 80 x/menit, isi cukup, reguler
• Suhu : 36,5˚C
• Respirasi : 20 x/menit
Normocephal
Pembesaran KGB (-)
RC (+) isokhor
JVP : 5+0 cmH2O
KA (-/-) SI (-/-)

Paru-Paru Jantung
Inspeksi : simetris
Palpasi : tactil fremitus Inspeksi: IC tidak terlihat
simetris Palpasi: thirill tidak teraba
Perkusi : sonor di kedua Perkusi : batas jantung
lapangan paru dalam batas normal
Auskultasi : vesikuler (+) Auskultasi : BJ I dan II
normal, ronkhi (-/-), Reguler, Murmur (-), Gallop
wheezing (-/-) (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus
(+) normal Genitalia
Palpasi : soepel, nyeri terpasang volley
tekan (-), nyeri lepas (-) catheter
organomegali (-)
Perkusi : Timpani di Ekstremitas
keempat kuadran Akral hangat (+)
Edema (-)
CRT < 2 dtk, normoaktif
• Laboratorium :
• Darah rutin :
• Wbc : 8,31 103/mm3 (3,5-10,0)
• Rbc : 4,62 L 106 (3,80-5,80)
• Hgb : 14,1 L gr/dl (11-16,5 gr/dl)
• Hct : 42,2 L % (35-50%)
• Plt : 187 103/mm3 (150-400.103/mm3)
• Pct : 0,37 % (100-500)
• Bleeding time : 2 menit (1-3 menit)
• Clotting time : 4 menit (2-6 menit)

• Rontgen Thoraks :
• Kesan : Normal

 Penentuan Status Fisik ASA : 1 / 2 / 3 / 4 / 5
 Mallampati: grade 2

Persiapan Pra Anestesi:


 Pasien telah diberikan Informed Consent
 Rawat inap bila setuju operasi
 Pro TURP

Persiapan operasi :
 Siapkan Sio
 Puasa 6 jam pre op
Pukul 09.00 WIB Masuk ruangan operasi
Berbaring posisi terlentang
Dipasang alat pengukur tensi, saturasi,
dan elektroda
Dipasang oksigen nasal kanul 2L/m
Infus RL 1 kolf terpasang, kateter sudah
terpasang
Premedikasi

Pukul 10.00 WIB Pasien didudukkan, spinal anestesi setinggi


L3-L4 dengan bupivacaine 0,5% 3 cc
Pasien tidak dapat menggangkat kedua
kakinya  anestesi berhasil
12

Pukul 09.30 WIB Operasi dimulai


Pasien diposisikan litotomi
Pukul 09.45 WIB Infus Ringer laktat 500 ml (kedua)

Pukul 10.30WIB Operasi selesai


Posisi pasien terlentang
Urin 200 cc
 Posisi : Lithotomi
 Penyulit anestesi : tidak ada
 Durasi anestesi : 60 menit

Input : RL kolf 1 (500 cc) + RL kolf 2 (500 cc) = 1000 cc

Output :
- Urin : ± 200 cc
Terapi cairan
Jadwal Pemberian Cairan
Maintenance
= 2 cc x 50 Kg /jam Jam I = ½ PP + SO + M
= 450 + 300 + 100
= 100 cc/jam = 850 cc
Pengganti puasa
= 9 jam x 100 cc/jam Jam II = ¼ PP + SO + M
= 225 + 300 + 100
= 900 cc = 625 cc
Stress operasi
= 6 cc x 50 Kg/jam
= 300 cc/jam
TD awal: 120/80 mmHg, N: 84 x/I, RR: 22x/i

Jam Nadi RR TD
(WIB) (x/menit) (x/menit (mmHg)
)
09.30 80 22 140/98
09.45 78 20 126/97
10.00 72 20 120/89
10.15 72 22 125/85
10.30 70 20 128/89
• Ruang Pemulihan
• Masuk Jam : 10.45 WIB
• Keadaan Umum : Kesadaran: CM, GCS: 15
• Tanda vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 70 x/menit RR : 20 x/menit
• Pernafasan : Baik
• Scoring Alderate: 9


• Instruksi Post Operasi:
• Monitoring KU dan tanda vital
• Tirah baring dengan bantal 1 x 24 jam
• Boleh makan dan minum secara bertahap
• Terapi sesuai dokter urologi
• Meningkatnya frekuensi buang air kecil.
• Kesulitan memulai buang air kecil.
• Aliran urin melambat.
• Berhenti sebentar di tengah aliran.
• Dribbling setelah urination.
• Tiba-tiba ada keinginan kuat untuk BAK.
• Perasaan tidak puas di akhir DAK
• Nyeri selama BAK.
• Retensi urin.
• Batu vesica urinaria
• Analgesia spinal adalah
pemberian obat anestetik lokal
ke dalam ruang subaraknoid di
daerah antara vertebra L2-L3
atau L3-L4 atau L4-L5
• Bedah ekstremitas bawah
• Bedah panggul
• Tindakan sekitar rectum-perineum
• Bedah obstetri-ginekologi
• Bedah urologi
• Bedah abdomen bawah
• Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatrik biasanya
dikombinasi dengan anestesia umum ringan
Kontraindikasi Absolut Kontraindikasi Relative
 Pasien menolak  Infeksi sistemik (sepsis, bakteremi)
 Infeksi pada tempat suntikan  Infeksi sekitar tempat suntikan
 Hipovolemia berat, syok  Kelainan neurologis
 Koagulopati atau mendapat terapi  Kelainan psikis
antikoagulan  Bedah lama
 Tekanan intrakranial meninggi  Penyakit jantung
 Fasilitas resusitasi minim  Hipovolemia ringan
 Kurang pengalaman atau tanpa  Nyeri pinggang kronis
didampingi konsultan anesthesia
• Lidokaine (xylobain, lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat
isobarik, dosis 20-100mg (2-5ml)

• Lidokaine (xylobain, lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%:


berat jenis 1.033, sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)

• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat


isobarik, dosis 5-20mg (1-4ml)

• Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis


1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml)
• Hipotensi berat
• Bradikardia
• Hipoventilasi
• Trauma pembuluh darah
• Trauma saraf
• Mual-muntah
• Gangguang pendengaran
• Blok spinal tinggi atau spinal total.
• Nyeri tempat suntikan
• Nyeri punggung
• Nyeri kepala karena kebocoran likuor
• Retensio urin
• Meningitis
Tn.N (67 th) dengan BPH (ASA II)  TURP  Regional Anestesi

“Awake TURP” lebih dipilih daripada anestesia umum karena hal


berikut :
 Manifestasi awal dari Sindrom TURP lebih bisa dideteksi pada
pasien yang sadar
 Vasodilatasi periferal berfungsi untuk membantu meminimalisir
overload sirkulasi
 Komplikasi hiponatremi akibat tertariknya Na+ oleh air
irrigator dapat cepat dikenali dengan adanya penurunan
kesadaran, mual, kejang
 Kehilangan darah akan lebih sedikit
Premedikasi : Ondancentron (4mg) Ranitidine (50 mg)
Dexamethason (4mg)

Tujuan pemberian Premedikasi :


 Mengurangi kecemasan dan ketakutan
 Memperlancar induksi dan anesthesia
 Mengurangi sekresi ludah dan broncus
 Meminimalkan jumlah obat anesthetic
 Mengurangi mual dan muntah pada pasca bedah
 Mengurangi isi cairan lambung
 Mengurangi reflek yang membahayakan
Tn. N(67 th) dengan BPH (BB 50 kg)  TURP
 Regional Anestesi  lama puasa 9 jam

Kebutuhan Cairan Pemberian Cairan Perioperatif Cairan yang diberikan

Maintenance Jam I = ½ PP + SO + M 09.00 WIB : RL kolf 1 (500


= 2 cc x 50 Kg /jam = 450 + 300 + cc)
= 100 cc/jam 100
= 850 cc 09.45 WIB : RL kolf 2 (500
Pengganti Puasa cc)
= 9 jam x 100 cc/jam Jam II = ¼ PP + SO + M
= 900 cc = 225 + 300 +
100
Stress Operasi = 625 cc
= 6 cc x 50 Kg/jam
= 300 cc/jam
Tn.N (67 th) dengan BPH  TURP  lithotomy
position  60 minutes duration
 BPH terjadi karena proliferasi stroma dan epithelial dari glandula
prostat, gejala–gejala BPH dikenal sebagai Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS)

 TURP merupakan sebuah operasi reseksi kelenjar prostat yang


dilakukan transurethral dengan menggunakan cairan irigan
(pembilas) yang dimaksudkan menghilangkan hyperplasia prostat
yang menekan uretra

 Teknik Spinal merupakan teknik anestesi regional yang memberikan


keuntungan tertentu selama intraoperative TURP. Hal perlu
diperhatikan mengenali tanda-tanda kelainan yang diakibatkan
terjadinya sindroma TURP
• Sindroma TURP terjadi akibat terabsorbsi nya cairan irigasi
kedalam sirkulasi tubuh yang dapat mengakibatkan komplikasi
tertentu

• Anestesi spinal dapat mempertahankan kesadaran pasien,


dalam keadaan sadar pasien akan lebih mudah untuk dipantau

• Pada kasus ini tindakan anestesi dan tindakan operatif


berjalan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai