PEMBIMBING KLINIK:
dr. Muhammad Nahir, Sp.An
BAB I PENDAHULUAN
Umum
Anastesi
Lokal
Abses
skrotum
Debridement
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ABSES SKROTUM
Abses skrotum adalah kondisi di mana nanah terkumpul di dalam skrotum, yaitu kantong kulit
yang berfungsi menampung testikel.
Etiologi : -komplikasi dari infeksi bakteri pada kandung kemih atau ureter
-penyakit menular seksual
Penanganan : -Penanganan bedah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
DEBRIDEMENT
Debridement adalah proses mengangkat jaringan mati dan benda asing dari dalam luka untuk
memaparkan jaringan sehat di bawahnya. Jaringan mati bisa berupa pus, krusta, eschar (pada luka bakar),
atau bekuan darah.
Debridement harus dilakukan karena:
1. Jaringan mati akan mengganggu penyembuhan luka, meningkatkan risiko infeksi dan menimbulkan
bau.
2. Debridement akan memicu drainase yang inadekuat, menstimulasi penyembuhan luka
3. Microtrauma akibat debridement mekanis menstimulasi rekruitmen trombosit yang akan mengawali
fase penyembuhan luka.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan obat
anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai
analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal. Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka
jarum suntik akan menembus kutis subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum
lig. Flavum ruang epidural durameter ruang subarachnoid
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Indikasi anestesi spinal
•Bedah ekstremitas bawah
•Bedah panggul
•Tindakan sekitar rektum perineum
•Bedah obstetrik-ginekologi
•Bedah urologi
•Bedah abdomen bawah
•Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan dengananesthesia
umum ringan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kontra indikasi absolut anestesi spinal
•Pasien menolak
•Infeksi pada tempat suntikan
•Hipovolemia berat, syok
•Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
•Tekanan intrakranial meningkat
•Fasilitas resusitasi minim
•Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kontra indikasi relative anestesi spinal
•Infeksi sistemik
•Infeksi sekitar tempat suntikan
•Kelainan neurologis
•Kelainan psikis
•Bedah lama
•Penyakit jantung
•Hipovolemia ringan
•Nyeri punggung kronik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Anastetik lokal untuk analgesia spinal
Berat jenis cairan cerebrospinalis pada 37 derajat celcius adalah 1.003-1.008.
Klasifikasi : -Anastetik lokal dengan berat jenis sama dengan css disebut isobaric.
-Anastetik local dengan berat jenis lebih besar dari css disebut hiperbarik.
-Anastetik local dengan berat jenis lebih kecil dari css disebut hipobarik.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Anestetik lokal yang paling sering digunakan
•Lidokaine (xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric, dosis 20-100mg (2-5ml)
•Lidokaine (xylobain,lignokaine) 5 % dalam dextrose 7.5 %: berat jenis 1.003, sifat hyperbaric,
dose 20-50 mg (1-2 ml)
•Bupivakaine (markaine) 0.5 % dalam air: berat jenis 1.005, sifat isobaric, dosis 5-20mg
•Bupivakaine (markaine) 0.5 % dalam dextrose 8.25 %: berat jenis 1.027, sifat hiperbarik, dosis
5-15mg (1-3 ml)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Komplikasi anestesia spinal
Komplikasi analgesia spinal dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi delayed.
•Hipotensi berat
•Bradikardia
•Hipoventilasi
•Trauma pembuluh saraf
•Mual-muntah
•Gangguan pendengaran
Komplikasi pasca tindakan
•Nyeri tempat suntikan
•Nyeri punggung
•Nyeri kepala karena kebocoran likuor
•Retensio urine
•Meningitis
Pencegahan komplikasi anestesi spinal
•Pakailah jarum lumbal yang lebih halus
•Posisi jarum lumbal dengan bevel sejajar serat duramater
•Hidrasi adekuat, minum / infuse 3L selama 3 hari
Pengobatan komplikasi anestesi spinal
•Posisi berbaring terlentang minimal 24 jam
•Hidrasi adekuat
•Hindari mengejan
•Bila cara diatas tidak berhasil berikan epidural blood patch yakni penyuntikan darah pasien
sendiri 5-10 ml ke dalam ruang epidural.
BAB III LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 71 tahun
Alamat : JL BTN Palupi
BB : 60 Kg
TB : 165 cm
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Ruangan : Teratai
ANAMNESIS
Keluhan utama:
nyeri pada alat kelamin bagian bawah
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien Laki laki 71 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada alat kelamin bagian bawah
yang dirasakan sejak 1 hari SMRS, yang secara terus menerus, disertai kelamin yang
membengkak, keluhan mual, muntah, batuk, flu, demam, disangkal. BAK terasa nyeri, BAB
tidak lancar sejak 1 hari yang lalu
Penyakit jantung (-), Riwayat operasi (-),Riwayat Alergi (-), Riwayat Asma (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmhg, Nadi : 76 x/m, Respirasi: 20 x/m, Suhu badan : 36,7 0C
Kepala : Conjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, Bibir sianosis -/-
Leher : Pembesaran KGB -/- , massa abnormal -/-, deviasi tracea (-),
tiromental distance : 7 cm
Di kamar operasi
Input:
Nacl : 200 cc
RL: 100 cc
Terapi cairan
Post Operasi
Maintenence
Kebutuhan cairan per jam:
= 35cc x 60kg
= 2100/24 jam
= 88 cc/jam atau 29 tetes/menit
Hasil Monitoring Intraoperatif
POST OPERATIF
Tekanan darah 110/60 mmHg, nadi80 x/menit, pernapasan 20 x/menit, Glasgow coma scale E4V5M6.
Skor pemulihan pasca anestesi
Bromage Score
RESUME
Pasien Laki laki 71 tahun, datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada alat kelamin bagian
bawah yang dirasakan sejak 1 hari SMRS, yang secara terus menerus, disertai kelamin yang
membengkak, pasien juga mengeluh BAK terasa nyeri, BAB tidak lancar sejak 1 hari yang lalu
Pasien akhirnya menjalani operasi pro debridement dengan anestesi spinal menggunakan obat
premedikasi dan medikasi, dan menjalani operasi selama 30 menit
BAB IV PEMBAHASAN
PRE OPERATIF
Diagnosis berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang didapatkan
pasien merupakan abses skrotum
Pasien ditetapkan pada klasifikasi PS ASA I yakni pasien sehat secara fisik dan mental, kecuali
keadaan yang akan dioperasi
DURANTE OPERASI
anestesi regional : teknik anestesi spinal
Keuntungan : 1. Pasien akan tetap terbangun
2. mengurangi kemungkinan terjadi aspirasi.
.
Teknik anestesinya adalah pasien dengan posisi supinasi,
infus terpasang di tangan kiri (cairan RL 20 tpm )
pemasangan Peralatan diruangan operasi
-monitor EKG,
- saturasi oksigen,
-manset,
- nasal kanul,
- (obat premedikasi Ondancentron 4 mg/iv,)
- sarung tangan steril,
-obat anestesi spinal Bunascan 15 mg,
-Memposisikan lateral dekubitus ;posisi knee-chest dan leher flexi,
-Pemberian kode/mark,
-Tindakan aseptik dengan betadine 10%, alcohol 70%,
-dilakukan punksi antara L3-L4 (di daerah cauda equina medulla spinalis), trokard,
- Identifikasi, keluarnya cairan cerebrospinal,
-Iinjeksikan Bunascan 15mg (subaraknoid)
Keberhasilan anestesi
tes sensorik
tes motorik
Selanjutnya posisi pasien diatur pada posisi operasi / tindakan selanjutnya, Monitor
tekanan darah setiap 5 menit sekali. Hipotensi terjadi bila terjadi penurunan tekanan darah
sebesar 20-30% atau sistole kurang dari 100 mmHg.
Pada pasien ini terjadi hipotensi, sehingga diberikan bolus ephedrin sebanyak 5mg secara
intravena. Pemberian ketorolac 30 mg secara intravena diberikan sesaat sebelum operasi
selesai.
Pemberian maintenance cairan preoperasi sesuai dengan berat badan pasien, (M):
35cc/kgBB/24jam x 60 = 2100 ml/24jam yaitu 88 ml/jam atau 29 tetes/menit.
Maintenance : BB 60 kg =10 kg pertama x 4 cc/kg,10 kg kedua x 2cc/kg, kg selanjutnya x
1cc/kg= 40 +20+40 = 100 cc. Puasa : maintenance x lama puasa =100 cc/jam x 8 jam =800 cc
Stress operasi derajat pada kasus ini adalah operasi sedang sehingga hasil dari stress
operasinya 6cc x 60 kg = 360 ml,
perdarahan yang terjadi pada pasien ini adalah -+ 200 cc sedangkan EBV (estimasi blood
volume) = 70 cc x 60 kg = 4200 cc, jumlah perdarahan (%EBV) adalah 4,7 %. Dimana kriteria
pemberian transfusi darah adalah lebih dari 30 %EBV, sehingga pasien tidak dilakukan
pemberian transfusi
Beberapa saat setelah pasien dipindahkan dari ruang operasi, Tanda vital post OP :
TD110/60 mmHg,
nadi 80 x/menit,
pernapasan 20 x/menit,
Glasgow coma scale E4V5M6.
lama anestesi 09.15 – 10.05 (50 menit),
lama operasi : 09.20 –10.00 (30 menit).
Pasien kemudian dibawa ke ruang pemulihan.
Bromage score 1,
BAB V PENUTUP
1. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Abses
Scrotum. Klasifikasi status penderita digolongkan dalam PS. ASA I yakni pasien sehat secara fisik dan
mental, kecuali keadaan yang akan dioperasi
2. Pada kasus ini diputuskan tindakan operasi Debridement dan jenis anestesi regional berupa anestesi
spinal atau SubArachnoid Block (SAB ) dikarenakan pada kasus Abses Scrotum dimana pasiennya
perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar. Keuntungan
dari teknik anestesi ini pasien akan tetap terbangun yang dapat mengurangi kemungkinan terjadi
aspirasi
3. Pada pasien digunakan obat anestesi golongan amide yaitu Bunascan (bupivacain) karena lebih kuat
dan lama kerjanya 2 – 3 x lebih lama dan onset anestesinya juga lebih lambat dibanding lidokain atau
mepivakain.
TERIMA KASIH