Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,0 oC
Pernafasan : 20 x/menit
TB/BB : 157cm/48kg
Status Generalis
Kepala : Normocephali, rambut hitam tidak mudah dicabut.
Mata : Pupil bulat isokor, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya
tidak langsung +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung (-), sekret -/-
PEMERIKSAAN Telinga : Normotia, membran timpani intak +/+, nyeri tarik-
FISIK Mulut : Bibir merah kecoklatan, agak kering, sianosis (-), sariawan (-),
trismus (-), halitosis (-), candidiasis(-).
(Tanggal 29
Oktober 2019, Lidah
deviasi (-)
: Normoglossia, warna merah muda, lidah kotor (-), tremor (-),
pukul 10.00 Gigi geligi : Baik. Tidak ada pemakaian gigi palsu
WIB ) Uvula : Letak di tengah, hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, tidak hiperemis
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis
Leher : Tidak ada pembesaran KGB, trakea tidak deviasi
PEMERIKSAAN FISIK
LAPORAN ANESTESI
Informed Consent (+)
Puasa (+) kurang lebih 6-8 jam
IV line terpasang dengan infus Asering 500 cc, mengalir lancar
Keadaan umum tampak sakit sedang
PREOPERA
TIF TANDA VITAL:
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 114/75 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5˚C
PREMEDIKASI ANESTESI
• Penatalaksanaan Preoperasi
Infus RL 500cc
Ondancetron 4 mg
BAB IV
ANALISIS KASUS
LAPORAN
ANESTESI
BAB V
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI ANESTESI REGIONAL
HIDROKLOR
IDA Bupivakain memiliki lama kerja yang panjang,
maka memungkinkan menggunakan obat anestesi
lokal ini dengan teknik satu kali suntikan.
FARMAKOLO
GI
BAB VI
KESIMPULAN
Sebelum operasi, pasien dipuasakan selama 6-8 jam dan diberikan premedikasi
berupa Ondancetron 4 mg
Dilakukan regional anestesi dengan teknik SAB pada L3-L4 dengan spinal needle
dengan ukuran 27G dengan menggunakan obat Bupivacaine 15 mg.
Selama operasi pasien diberikan obat Ephedrine sebanyak 10mg untuk
meningkatkan tekanan darah
Pasien diberikan cairan RL 500ml 1 kolf.
Setelah operasi selesai di berikan ketorolac 30mg dan Ketoprofen supp 100mg.
DAFTAR PUSTAKA
American SocieTy Of Anesthesiologist. 2014.ASA Pgysical Status Classification System. ASA house of delegates.
Agarwal, A., & Kishore, K. (2009). Complications And Controversies of Regional Anaesthesia: A Review. Indian Journal of Anaesthesia, 543-553
Gan Gunawan, Sulistya et al. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta;
Balai Penerbit FKUI, 259-72
Latief, Said. Analgesia Regional. Dalam: Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi II. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2009
Omoigui S. 2012.Obat-obatan Anestesia. Edisi kedua. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sabiston, David C, 2011. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC. hlm. 322–47.
Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH. 2011. Mekanisme kerja obat anestesi lokal. Dalam: Jurnal Anestesiologi Indonesia. Bagian anestesiologi dan terapi
intensif FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi; 3(1): 48-59.