Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KASUS ANASTESI

ANESTESI SPINAL PADA


PEREMPUAN 21 TAHUN
DENGAN APENDISITIS KRONIK

BAB I
PENDAHULUAN

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis


dan merupakan penyebab nyeri abdomen akut yang paling sering.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari
oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda
setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal.

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah


ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkat
apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum


umum atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi
yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Bila
apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli
bedah.

Pada laporan kasus ini membahas tentang tindakan


anastesi spinal pada operasi apendiktomi yang dilihat dari segi
indikasi, dan mengapa dipilih tindakan spinal anastesi pada
tindakan operasi apendiktomi.

BAB II
Laporan Kasus
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. APS
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 55 kg
Agama : Islam
Alamat : Lubuk Dalam
No. CM : 07.40.88
Diagnosis : Apendisitis Kronis

ANAMESIS
Anamesis dilakukan secara autoanamesis dan alloanamesis dengan
suami pada tanggal 4 Desember 2015 bangsal shafa bedah
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
2 tahun yang lalu pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri hilang timbul dan terasa menusuk. + 1 tahun kemudian pasien
mengeluhkan nyeri disekitar pusar, nyeri terasa tumpul kemudian
setelah itu nyeri sering terasa diperut kanan bawah. Mual ada,
muntah ada, berisi makanan yang dimakan dan diminum Nafsu
makan menurun sejak 10 bulan yang lalu, demam tidak ada, riwayat
haid teratur, setiap bulannya 5-6 hari persiklus, riwayat keputihan
tidak ada .BAB dan BAK dalam batas normal

+ 1 minggu ini nyeri perut kanan bawah


pasien memberat, kemudian pasien
berobat kedokter diberi obat anti nyeri tapi
tidak membaik,
kemudian pasien dirujuk ke spesialis
interna dan didiagnosis apendiksitis
kronis, kemudian oleh dokter interna
dikonsulkan ke Sp.B dan dijadwalkan
operasi pada tanggal 4 Desember 2015.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat kencing manis
Riwayat darah tinggi
Riwayat alergi
Riwayat penggunaan obat
Riwayat operasi sebelumnya

(-)
(-)
(-)
(-)
(+)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat kencing manis
Riwayat darah tinggi

(-)
(-)

Anamnesis yang berkaitan dengan


anestesi:
Anamnesis yang berkaitan dengan anestesi:
Batuk (-), pilek (-), demam (-), sesak napas (-),
gangguan / kelainan darah (-)

Riwayat alergi obat dan makanan


Riwayat kejang
Riwayat asma
Riwayat kencing manis
Riwayat peyakit jantung
Riwayat darah tinggi
Riwayat operasi sebelumnya

: tidak ada
: tidak ada
: ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 4 Desember 2015


Keadaan umum: baik
Kesadaran
: kompos mentis GCS E4M5V6 :15
TV
: TD : 100/70 mmHg
T
: 36,8

N
: 80 x/menit RR
BB : 38 kg
TB : 156 cm
ASA : I

: 20x/menit

Status Generalis
a.
Kulit
: warna kulit sawo matang,ikterik (-),
sianosis (-), turgor
kulit cukup, cappilary reffil kurang dari 2 detik dan teraba hangat
b.
Kepala : mesosefal

c.
Mata
: konjungtiva palpebra anemis -/-, sclera
ikterik -/-

Pemeriksaan Leher
Inpeksi: Tidak terdapat pembengkakan,pembesaran kelenjar
tiroid,limfe, jejas, distensi vena jugularis ekterna
Palpasi: trakea teraba di tengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid
Pemeriksaan Thorax
Cor
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: ictus cordis tak tampak


: ictus cordis di SIC V, 2 cm medial
LMCS
: konfigurasi jantung dalam batas
normal
: BJ I-II normal, bising (-), gallop (-)

Pulmo

:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

Abdomen

:
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

: simetris kanan-kiri saat statis


dan dinamis
: stem fremitus kanan = kiri
: sonor seluruh lapangan paru
: suara dasar vesikuler, suara
tambahan (-)
: dinding perut datar
: bising usus (+) normal
: supel, Mc burney sign (+), Psoas sign
(-), Rovsign sign (-)
: timpani

Ekstremitas

:
Akral dingin
-/-/Edema
-/-/Sianosis
-/-/Capillary refill
<2/<2
<2/<2
Status Lokalis :
Regio
: Abdomen
Inspeksi
: Dinding perut datar
Palpasi
: supel, Mc burney sign (+), Psoas sign (-),
Rovsign sign (-)
Movement : Nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah

PEMERIKSAAN PENUNJANG
(4 DESEMBER 2015)
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
PLANO TEST

: 12,5 g/dL (n)


: 37,6 % (n)
: 4,64 10^6/uL (n)
: 8200 / mm3 (n)
: 324,0 10^3/uL (n)
: (-)

KESAN ANESTESI
Perempuan 21 tahun menderita Apendisitis kronis dengan ASA 1
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yaitu:
-Intravena fluid drip RL 20 tpm
-Injeksi Ondansentron 4 mg
-Injeksi Keterolac 30 mg
-Injeksi Bipivicain 15 mg
-Injeksi Dexamethason 10 mg
-Pro apendiktomi
-Informed Consent
-Konsul bagian anastesi
-Informed consent pembiusan
-Dilakukan operasi dengan anastesi spinal dengan status ASA II

KESIMPULAN
Berdasarkan anamesis dan pemeriksaan
fisik, maka:
Diagnosis pre operatif : Apendisitis Kronis
Status Operatif
: ASA II
Jenis Operasi
: Apendiktomi
Jenis Anastesi
: Spinal Anastesi

LAPORAN ANASTESI
1. Diagnosis pra bedah
Appendisitis Kronis
2. Diagnosis Pasca Bedah
Post Apendiktomi
3. Penataklasanaan Pre operasi
Infus RL 500 ml

Penataklasanaan Anestesi

Jenis pembedahan
: Apendiktomi
Jenis Anastesi : Spinal anastesi
Teknik Anastesi : Spinal anastesi
Mulai Anastesi : Tanggal 4 Desember 2015.
Pukul 19.00
Premedikasi
: Inj. Ondansentron 4 mg dan inj.
Keterolac 30 mg
Induksi
: inj. Bipivicain 15 mg
Post OP :- Awasi kesadaran, TTV,tanda perdarahan
- Bila mual/muntah (-), boleh
makan sedikit

- Bila mual/muntah (+), inj.


Ondensantron 4 mg
- Bila nyeri, inj. Keterolac 30 mg
- Lain-lain lapor Anastesi
Maintenance
: O2 2 lt
Respirasi
: Pernapasan
spontan
Cairan durante operasi
: RL 500 ml
Pemantauan Tekanan Darah dan HR Terlampir
Selesai Operasi
: Pukul 19.40

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI APENDIKS

Anatomi Tulang Belakang

Definisi Apendiks
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks
vermiformis dan merupakan penyebab nyeri abdomen
akut yang paling sering.
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi
jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama appendicitis.
Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura,
dan Enterobius vermikularis

Apendisitis Kronis

merupakan lanjutan apendisitis akut supuratif sebagai proses


radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan
virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen.

Diagnosa appendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika:


-ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah
lebih dari dua minggu,
-radang kronik appendiks secara makroskopik dan
mikroskopik.
-Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub
mukosa, muskularis propia, dan serosa.
-Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.

Teknik Anastesi Spinal

Anestesi spinal (subaraknoid) adalah anestesi regional dengan tindakan penyuntikan


obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal/ subaraknoid juga
disebut sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.

Pada operasi pasien ini, teknik anestesi yang digunakan adalah anestesi regional
(spinal).

Pemilihan anestesi regional sebagai teknik anestesi pada pasien ini berdasarkan
pertimbangan bahwa pasien akan menjalani operasi appendiktomi sehingga pasien
memerlukan blockade pada regio abdomen bawah untuk mempermudah operator
dalam melakukan operasi.

Teknik ini umumnya sederhana, cukup efektif, dan mudah digunakan. Analgesia
spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgetik lokal ( bupivacain ) ke dalam
ruang subarachnoid ( urutan jarum spinal untuk mencapai raung subarachnoid : kulit
subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural
duramater ruang subarachnoid ) di antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.

Obat yang digunakan


Obat yang diberikan :
Ondansetron 4mg IV
Diberikan sebagai premedikasi ( anti mual-muntah )
Bupivacain 15mg Spinal
Anastetik lokal golongan amida. Digunakan sebagai
anestetik yang disuntikkan di ruang sub arachnoid.
Anestetik ini biasanya digunakan yang hiperbarik,
dengan dosis 5-15mg ( 1-3ml ).
Ketorolac 30mg IV
Diberikan sesaat sebelum operasi selesai sebagai
analgetik pasca operasi.
Cairan : Ringer-Laktat 500ml untuk pengganti cairan
yang hilang selama operasi.

DAFTAR PUSTAKA
Said A.Latief dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi Kedua. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif FKUI. 2002
Mansjoer, Arif. dkk. Kapita Selekta Kedokteran
edisi III. Jakarta. 2002
R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
dua. Jakararta : Penerbit EGC. 2004
Anonim. Anestesiologi. Diakses dari
http/www.doktermuda.wordpress.com.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai