BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
Laporan Kasus
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Ny. APS
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 55 kg
Agama : Islam
Alamat : Lubuk Dalam
No. CM : 07.40.88
Diagnosis : Apendisitis Kronis
ANAMESIS
Anamesis dilakukan secara autoanamesis dan alloanamesis dengan
suami pada tanggal 4 Desember 2015 bangsal shafa bedah
Keluhan Utama:
Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
2 tahun yang lalu pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri hilang timbul dan terasa menusuk. + 1 tahun kemudian pasien
mengeluhkan nyeri disekitar pusar, nyeri terasa tumpul kemudian
setelah itu nyeri sering terasa diperut kanan bawah. Mual ada,
muntah ada, berisi makanan yang dimakan dan diminum Nafsu
makan menurun sejak 10 bulan yang lalu, demam tidak ada, riwayat
haid teratur, setiap bulannya 5-6 hari persiklus, riwayat keputihan
tidak ada .BAB dan BAK dalam batas normal
(-)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
: tidak ada
: tidak ada
: ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
N
: 80 x/menit RR
BB : 38 kg
TB : 156 cm
ASA : I
: 20x/menit
Status Generalis
a.
Kulit
: warna kulit sawo matang,ikterik (-),
sianosis (-), turgor
kulit cukup, cappilary reffil kurang dari 2 detik dan teraba hangat
b.
Kepala : mesosefal
c.
Mata
: konjungtiva palpebra anemis -/-, sclera
ikterik -/-
Pemeriksaan Leher
Inpeksi: Tidak terdapat pembengkakan,pembesaran kelenjar
tiroid,limfe, jejas, distensi vena jugularis ekterna
Palpasi: trakea teraba di tengah, tidak terdapat pembesaran kelenjar
tiroid
Pemeriksaan Thorax
Cor
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
:
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas
:
Akral dingin
-/-/Edema
-/-/Sianosis
-/-/Capillary refill
<2/<2
<2/<2
Status Lokalis :
Regio
: Abdomen
Inspeksi
: Dinding perut datar
Palpasi
: supel, Mc burney sign (+), Psoas sign (-),
Rovsign sign (-)
Movement : Nyeri tekan pada perut bagian kanan bawah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(4 DESEMBER 2015)
HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
PLANO TEST
KESAN ANESTESI
Perempuan 21 tahun menderita Apendisitis kronis dengan ASA 1
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yaitu:
-Intravena fluid drip RL 20 tpm
-Injeksi Ondansentron 4 mg
-Injeksi Keterolac 30 mg
-Injeksi Bipivicain 15 mg
-Injeksi Dexamethason 10 mg
-Pro apendiktomi
-Informed Consent
-Konsul bagian anastesi
-Informed consent pembiusan
-Dilakukan operasi dengan anastesi spinal dengan status ASA II
KESIMPULAN
Berdasarkan anamesis dan pemeriksaan
fisik, maka:
Diagnosis pre operatif : Apendisitis Kronis
Status Operatif
: ASA II
Jenis Operasi
: Apendiktomi
Jenis Anastesi
: Spinal Anastesi
LAPORAN ANASTESI
1. Diagnosis pra bedah
Appendisitis Kronis
2. Diagnosis Pasca Bedah
Post Apendiktomi
3. Penataklasanaan Pre operasi
Infus RL 500 ml
Penataklasanaan Anestesi
Jenis pembedahan
: Apendiktomi
Jenis Anastesi : Spinal anastesi
Teknik Anastesi : Spinal anastesi
Mulai Anastesi : Tanggal 4 Desember 2015.
Pukul 19.00
Premedikasi
: Inj. Ondansentron 4 mg dan inj.
Keterolac 30 mg
Induksi
: inj. Bipivicain 15 mg
Post OP :- Awasi kesadaran, TTV,tanda perdarahan
- Bila mual/muntah (-), boleh
makan sedikit
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI APENDIKS
Definisi Apendiks
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks
vermiformis dan merupakan penyebab nyeri abdomen
akut yang paling sering.
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi
jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama appendicitis.
Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura,
dan Enterobius vermikularis
Apendisitis Kronis
Pada operasi pasien ini, teknik anestesi yang digunakan adalah anestesi regional
(spinal).
Pemilihan anestesi regional sebagai teknik anestesi pada pasien ini berdasarkan
pertimbangan bahwa pasien akan menjalani operasi appendiktomi sehingga pasien
memerlukan blockade pada regio abdomen bawah untuk mempermudah operator
dalam melakukan operasi.
Teknik ini umumnya sederhana, cukup efektif, dan mudah digunakan. Analgesia
spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat analgetik lokal ( bupivacain ) ke dalam
ruang subarachnoid ( urutan jarum spinal untuk mencapai raung subarachnoid : kulit
subkutis lig. Supraspinosum lig. Interspinosum lig. Flavum ruang epidural
duramater ruang subarachnoid ) di antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.
DAFTAR PUSTAKA
Said A.Latief dkk. Petunjuk Praktis Anestesiologi
Edisi Kedua. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan
Terapi Intensif FKUI. 2002
Mansjoer, Arif. dkk. Kapita Selekta Kedokteran
edisi III. Jakarta. 2002
R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
dua. Jakararta : Penerbit EGC. 2004
Anonim. Anestesiologi. Diakses dari
http/www.doktermuda.wordpress.com.
TERIMA KASIH