Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

APN, Episiotomy, VT obs

OLEH:

Theta Kusuma

201710330311059

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Kualitas asuhan persalinan normal merupakan pelayanan asuhan persalinan yang
bersih dan aman di setiap tahapan persalinan dan dapat memenuhi atau melebihi apa
yang diharapkan dari konsumen atas pelayanan yang telah diberikan. Asuhan
Persalinan Normal (APN) bertujuan untuk untuk menjaga kelangsungan hidup dan
meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi. Asuhan yang diberikan dengan
intervensi minimal, tapi terintegrasi dan lengkap, akan tetapi adanya kematian ibu
menggambarkan bahwa kualitas pelayanan asuhan persalinan normal masih belum
optimal.
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu
maupun janin.
Tingginya komplikasi obstetri seperti perdarahan pasca persalinan, eklampsia,
sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan
kematian ibu di negara berkembang. Persalinan yang terjadi di Indonesia masih di
tingkat pelayanan primer dimana tingkat keterampilan dan pengetahuan petugas
kesehatan di fasilitas pelayanan tersebut masih belum memadai

1.2. Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengenali dan memahami skill
APN, episiotomy, dam VT obstetri dan diharapkan juga menambah wawasan bagi
penulis dan sejawat-sejawat yang lainnya. Selain itu juga untuk mengetahui tentang
APN, episiotomy, dam VT obstetri

1.3. Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan
memperluas wawasan penulis ataupun pembaca mengenai asuhan persalinan normal.
episiotomy, dam VT obstetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asuhan Persalinan Normal

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada


kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu
maupun janin.

Tujuan Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran :

• Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir (BBL)

• Memberi dukungan pada persalinan normal, mendeteksi dan menatalaksana


komplikasi secara tepat waktu

• Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan
keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi

Menurut Rohani, dkk.(2011), persalinan kala satu dibagi dalam 2 fase:


a. Fase laten, pembukaan serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal
kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap
sampai pembukaan 3 cm, fase laten berlangsung dalam 7- 8 jam.
b. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam
dan di bagi dalam 3 subfase yaitu: 1) Periode akselerasi, dalam waktu
2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm 2) Periode dilatasi, yaitu dalam
waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. 3)
Periode deselerasi yaitu pembukaan berlangsung lambat kembali,
dalam 2 jam pembukaan 10 cm atau lengkap.
Pada fase aktif frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara
bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika tiga kali atau lebih dalam waktu
10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih). Dari pembukaan 4 cm hingga
mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1
cm perjam (primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm perjam (multipara). Pada
fase aktif terjadi penurunan bagian terbawah janin.
- Kala dua Persalinan
Kala dua persalinan adalah kala pengeluaran bayi, yang dimulai dari
pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi
(JNPK-KR, 2013). Kala dua persalinan dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1
jam pada multigravida (Saifuddin, 2008).
1. Gejala dan tanda kala dua persalinan adalah :
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.
b. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan vagina.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (JNPK-KR, 2013)
2. Tanda pasti kala dua adalah:
a. Pembukaan serviks telah lengkap.
b. Terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina
- Kala Tiga Persalinan
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
1. Fisiologi persalinan kala tiga
Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi
mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan
plasenta, karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran
plasenta tidak berubah maka plasenta akan berlipat, menebal dan kemudian
lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bawah uterus
atau ke dalam vagina.
Menurut Prawihardjo (2008), kala III adalah kala Uri yaitu dimulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
boleh lebih dari 30 menit. Lepasnya plasenta sudah dapat di perkirakan
tanda–tanda di bawah ini:
a. Uterus menjadi bundar
b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah
rahim
c. Tali pusat bertambah panjang
d. Terjadi perdarahan kira-kira 100-200 cc.
Tujuan manajemen kala tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi
uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah
perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika
dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Manajemen aktif kala tiga
terdiri dari tiga langkah utama adalah:
a. Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c. Masase fundus uteri.
- Kala Empat Persalinan
Menurut Sumarah, dkk (2009), kala IV adalah dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Setyorini (2013), menyatakan bahwa
kala empat merupakan masa 1-2 jam setelah melahirkan. Ibu masih tetap harus ada di
dalam kamar bersalin dan tidak boleh dipindahkan ke ruang nifas agar dapat diawasi
dengan baik.
1. Asuhan dan pemantauan pada kala empat
a. Memperkirakan kehilangan darah
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah ibu bersalin secara tepat.
Penilaian kehilangan darah sukar dilakukan karena darah seringkali bercampur
dengan cairan atau urin dan mungkin terserap handuk, kain atau sarung. Satu cara
untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul
dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat menampung semua darah
tersebut. Jika darah bisa mengisi dua botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika
darah bisa mengisi setengah botol ibu kehilangan 250 ml darah. Cara tidak langsung
untuk mengukur jumlah kehilangan darah melalui pemeriksaan tekanan darah (JNPK-
KR, 2013).
b. Memeriksa perdarahan dari perineum
Penyebab perdarahan dari laserasi atau robekan perineum dan vagina.
Klasifikasi laserasi berdasarkan luasnya robekan:
1) Derajat satu Terjadi robekan pada mukosa, komisura posterior dan kulit perineum.
2) Derajat dua Robekan terjadi pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum dan otot perineum.
3) Derajat tiga Terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot sfingter ani
4) Derajat empat Terjadi robekan pada mukosa vagina, komisura posterior, kulit
perineum, otot perineum dan otot sfingter ani dan dinding depan rectum. Tujuan
menjahit laserasi adalah menyatukan kembali jaringan tubuh dan mencegah
kehilangan darah. Penjahitan laserasi tingkat 1 dan 2 pada perineum, jahitan pertama
kurang lebih 1 cm dari ujung laserasi bagian atas dalam vagina dengan menggunakan
jahitan jelujur hingga mencapai bagian bawah laserasi. Arahkan jarum ke atas dan
teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup lapisan subtikuler.

- Partograf dan Kriteria untuk Persalinan Aktif

• Tulis mengenai informasi identitas pasien

• Catat denyut jantung janin, warna cairan ketuban, ada tidaknya kompresi kepala,
pola kontraksi, pengobatan yang diberikan

• Tandai pembukaan serviks

• Garis waspada dimulai pada 4 cm – dari sini, pembukaan diharapkan bisa melaju 1
cm/jam • Garis tindakan: Jika pasien tidak mengalami kemajuan seperti diatas, maka
diperlukan tindakan
 Pencegahan Infeksi
Tujuan adalah jaga upaya-upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau
terinfeksi mikroorganisme yang menimbulkan penyakt-penyakit berbahaya.

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan kesehatan


1. Meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
2. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengaancam jiwa seperti
hepatitis dan HIV

Prinsip pencegahan infeksi:

1. Setiap orang harus dianggap menularkan penyakit karen infeksi yang


terjadi bersifat asimtomatik
2. Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3. Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan, dan benda-benda lainya yang
akan dan telah bersentuhan dengan kulit/ selaput mukosa atau darah
dianggap terkontaminasi

 Definisi Tindakan-tindakan dalam Pencegahan Infeksi
1. Asepsis atau teknik aseptic
Ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya organisme ke dalam tubuh yang menyebaban infeksi.
Teknik aseptic membuat prosedur lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir, dan
penolong persalinan dengan cara menurunkan jumlah mikroorganisme pada
kulit, jaringan, dan benda-benda mati hingga tingkat yang aman.
2. Disinfeksi
Larutan yang digunakan adalah klorin 0,5%.
3. Antiseptic
Larutan yang digunakan :
- Alcohol (60-90%)
- Setrimid berbagai kosentrasi: Savlon
- Khlorhedriksin glukonat (4%) ; Hibiscrub, Hibitane
- Praklorometaksilenol: Dettol
4. Dekontaminasi
Tindakan yang dilakukan adalh memastikan bahwa petugas kesehatan dapat
menangani secara aman benda-benda yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh.
5. Mencuci dan membilas
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua darah, cairan tubuh,
atau benda asing dari kulit atau instrument.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme
kecuali endospore bakteri adalah dengan cara merebus secara kimiawi.
7. Sterilisasi
Tindakan yang dilakukan untuk menghilamgkan semua mikroorganisme
(bakteri, jamur, parasite, dan virus)
2.2 Episiotomi

Penjahitan laserasi perineum atau episiotomi

1) Tujuan dari penjahitan perineum atau episiotomi :

a) Untuk mendekatkan jaringan-jaringan agar penyembuhan cepat terjadi. b)


Untuk menghentikan perdarahan.

2) Teknik penjahitan : a) Jelujur, b) Satu-satu, c) Subkutikuler/subkutis.

3) Keuntungan penjahitan teknik jelujur :

a) Rasa sakit sedikit bagi ibu,

b) Mudah dipelajari karena hanya melibatkan satu jenis teknik penjahitan


saja,

c) Jumlah jahitan hanya sedikit

- Tindakan Episiotomi

Pertama pegang gunting epis yang tajam dengan satu tangan, kemudian
letakkan jari telunjuk dan jari tengah di antaraa kepala bayi dan perineum searah
dengan rencana sayatan. Setelah itu, tunggu fase acme (puncak his). Kemudian
selipkan gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah. Gunting
perineum, dimulai dari fourchet (komissura posterior) 45 derajat ke lateral kiri atau
kanan.

2.3 VT Obstetri

Pelaksanaan

1. Cuci tangan

2. Dekatkan alat-alat dengan pasien

3. Pasang sampiran / scherm


4. Atur posisi pasien dorsal recumbent

5. Buka pakaian bawah secukupnya

6. Bersihkan vulva dengan kapas dan air DTT

7. Masukkan jari tengah tangan kanan kedalam vagina searah sumbu panggul, diikuti
jari telunjuk

8. Raba dan rasakan :

 Adanya tumor / oedem pada vagina

 Cerviks / portio : konsstensi, effacement, pembukaan, posisi uteri

 Masuk ke dalam portio, raba presentasi terbawah, selaput ketuban, presentasi janin,
denominator, bagian terendah janin, bidang hodge 9. Lakukan pemeriksaan panggul
dalam :

 Promotorium teraba / tidak

 Linea inominata teraba berapa bagian (N=2/3)

 Spina isciadica menonjol / tidak

 Sacrum cekung bikonkaf / tidak

 Arcus pubis lebih besar / < 90°

 Distantia tuberosum > /< 1 kepal

10. Keluarkan kedua jari, perhatikan cairan yang keluar ( darah + lender / ketuban)

11. Celup sarung tangan dalam klorin 0,5%, lepas, rendam dalam posisi terbalik

12. Cuci tangan

13. Dokumentasi
BAB III

KESIMPULAN

Pengertian asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan
aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan kala
empat dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan
komplikasi terutma perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru
lahir.

Tidak jarang ditemukan adanya robekan pada vagina dalam proses persalinan
dimana terbagi dalam beberapa stadium. Jika terjadi robekan bias dilakukan
episiotomy dengan indikasi yang telah ditentukan. Evaluasi vagina juga sangat
dianjurkan yaitu vaginal toucher, tentunya untuk penjegahan dan juga evaluasi.

Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di
Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat
keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas
DAFTAR PUSTAKA

Baety, Aprilia Nurul. Kehamilan dan persalinan.Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012.

Fakultas Ilmu Kesehatan. 2015. SOP Vaginal Toucher. Universitas PGRI Adi buana
Surabaya

International Journal of BioScience and Bio-Technology.Vol. 8,


No.5.http://www.sersc.org/ Journals/IJBSBT/vol8 no5/21.pdf (Diakses
tanggal 17 juni 2017) Ilmiah, Widia Shofa. Buku Ajar Asuhan Persalinan
Normal,Yogyakarta: Nuha Medika, 2015.

Pelatihan Preseptor Pembimbing Klinik S1 Kebidana. 2018. Persalinan dan


Kelahiran Normal Kemajuan kemajuan dalam bidang Kesehatan Ibu dan
Bayi Baru Lahir. FK UNAND Padang

Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai