Anda di halaman 1dari 17

REFERAT

LETAK BOKONG

DISUSUN OLEH :

1. NILAI ETIKAT WATI GULO ( 102118187 )


2. ANGGELUS HONDRO BIDAYA ( 102118156 )

PEMBIMBING :
dr. JESURUN B.D. HUTABARAT, M.Ked (OG), Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI RS BANGKATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul

‘Letak Bokong’.

Terima kasih kepada dr. Jesurun Hutabarat, Sp.OG atas kesediaan, waktu dan

kesempatan yang diberikan sebagai pembelajaran dalam pembuatan referat ini, kepada teman-

teman yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi, serta kerjasama yang baik sehingga

dapat terselesaikannya referat ini.

Tujuan dari pembuatan referat ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu

Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Umum Bangkatan Binjai serta untuk menambah

wawasan kami sebagai co-ass di stase obgyn dan sebagai calon dokter umum mengenai Letak

Bokong.

Harapan penulis semoga referat berjudul ‘Letak Bokong’ ini dapat bermanfaat bagi

penyusun dan pembaca.

Binjai, 30 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... 2


Daftar Isi .................................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 4
A. Latar Belakang .................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5
A. Definisi ................................................................................................ 5
B. Epidemiologi ....................................................................................... 5
C. Klasifikasi ........................................................................................... 6
D. Etiologi................................................................................................. 7
E. Patofisiologi ......................................................................................... 8
F. Diagnosis ............................................................................................. 9
G. Penatalaksanaan ........................................................................... …..10
H. Jenis Persalinan .................................................................................. 12
I. Komplikasi .......................................................................................... 14
J. Prognosis ............................................................................................. 15
BAB III. KESIMPULAN....................................................................................... 16
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2010).
Klasifikasi presentasi bokong yaitu : letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke
atas, letak sungsang sempurna, di mana letak kaki ada di samping bokong, letak sungsang
tidak sempurna yaitu letak sungsang di mana selain bokong bagian yang terendah juga
kaki atau lutut (Purwaningsih, 2010).
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong
sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan
presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang
kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma
lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat
persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan (Manuaba,
2010).
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki risiko.
Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Pada tahun 2011 ditemukan 67
kasus letak sungsang di RSUD Sukoharjo. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka
kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak
adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika
dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak
adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu
Atas Panggul (Syaifuddin, 2010).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Persalinan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) di mana bayi letaknya sesuai
dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah (di daerah pintu atas panggul/simfisis). ( Sarwono, 2009 )
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah dimana letak janin memanjang
dengan kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah, penunjuknya
adalah sacrum. ( Harry & William 2010 )
Persalinan sungsang dengan presentasi bokong adalah posisi dimana bayi di dalam
Rahim berada dengan kapala di atas sehingga pada saat persalinan normal, pantat atau kaki
si bayi yang akan keluar terlebih dahulu dibandingkan dengan kepala pada posisi normal.
(Sujiyatini, dkk 2011).

B. Epidemiologi
Pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Saint Louis University di Missouri
pada tahun 2013 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 475.551 dari 519.504
kelahiran. Kelompok presentasi bokong sebanyak 14.811 (3,2%). Presentasi bokong
dengan kelahiran cukup bulan 2,8% dan 9,5% kelahiran prematur (Mostello et al,
2014). Di RSUD dr. Soedarso Pontianak angka persalinan presentasi bokong pada
tahun 2008-2010 menemukan 289 kasus (6,48%) dengan persalinan sebesar 45,7% dan
persalinan pervaginam sebesar 54,3%.Di RSUD dr.Soedarso menerapkan bahwa untuk
paritas primigravida dengan presentasi bokong dianjurkan menjalani persalinan SC untuk
mengurangi dan menekan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, sedangkan
untuk kasus persalinan non-pramigravida, persalinan seksio sesaria baru dianjurkan
apabila terdapat indikasi penyulit tambahan. Pada penelitian di rumah sakit ini
mendapatkan hasil bahwa pada primigravida dengan presentasi bokong yang menjalani
persalinan pervaginam prognosisnya lebih buruk dibandingkan dengan persalinan seksio
sesaria. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 jenis persalinan dalam
terminasi kehamilan pada primigravida lebih tinggi dengan persalinan seksio sesaria
sebesar 41% dibandingkan dengan persalinan pervaginam hanya 36,5% (Heristanto,
2013).
Presentasi bokong dikaitkan dengan peningkatan insiden dari kedua operasi seksio
sesaria elektif dan darurat, terutama pada primigravida. Dokter kandungan di Coombe
Women’s Hospital mencoba menghindari risiko hipoksia janin dan trauma yang terkait
dengan persalinan bokong pervaginam (Turner, 2006).

C. Klasifikasi
Menurut Djamhoer & Sulaiman (2005) klasifikasi letak sungsang dibagi menjadi :
 Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin.

Gambar 1. Frank Breech

 Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu letak sungsang dimana kedua
kaki dan tangan menyilang sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
Gambar 2. Complete Breech

 Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech) Yaitu letak sungsang
dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.

Gambar 3. Incomplete Breech

D. Etiologi
Menurtu Myles (2009) penyebab dari letak sungsang sering kali tidak ada penyebab
yang bisa diidentifikasikan, tetapi berbagai kondisi ini mendorong teradinya presentasi
bokong diantaranya :
 Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak, dan
kepala janin relatif besar.
 Kehamilan kembar. Karena dapat membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran janin,
yang dapat menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki presentasi bokong.
 Tungkai ekstensi. Versi sefalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami
ekstensi dan membelit punggung.
 Polihidroamnion. Distensi rongga uterus ole cairan amnion yang berlebihan dapat
menyebabkan presentasi bokong.
 Hidrosefalus. Peningkatan ukuran kepala janin lebih cenderung terakomodasi didalam
fundus
 Abnormalitas uterus. Distorsi rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat
menyebabkan presentasi bokong.
 Plasenta previa. Plasenta yang menutupi jalan lahir dapat mengurangi luas ruangan dalam
Rahim.
 Panggul sempit. Sempitnya ruang panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi
sungsang.
 Multiparitas. Pernah melahirkan anak sebelumnya sehingga Rahim elastis dan membuat
janin berpeluang untuk berputar.
 Bobot janin relative rendah. Hal ini mengakibatkan janin bebas bergerak
 Rahim yang sangat elastis. hal ini biasanya terjadi karena ibu telah melahirkan beberapa
anak sebelumnya. Sehingga Rahim sangat elastis dan membuat janin berpeluang besar
untuk berputar hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

E. Patofisiologi
Menurut Sarwono (2007) letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi
janin terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih dari 32
minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak
dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala,
letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas difundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil disegmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Presentasi bokong yang menetap dapat disebabkan oleh
abnormalitas dari bayi, volume cairan amnion, lokasi plasenta, kelainan uterus, tonus otot
uterus yang lemah dan prematuritas (Saifuddin, 2011 dan Tanto, 2014).

F. Diagnosis
Menurut Sulaiman Djamhoer (2005) mengatakan bahwa pergerkan anak teraba oleh si
ibu di bagian perut bawah, di bawah pusat, dan si ibu sering merasa benda keras (kapala)
mendesak tulang iga. Ibu juga mengeluh rasa nyeri oleh karena janin menyepak bagian
rectum. Apabila ibu pernah hamil sebelumnya maka kehamilannya dengan letak sungsang
akan terasa lain dari pada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan
gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
 Palpasi
Saat pemeriksaan leopod bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak melenting (bokong),
sementara di fundus teraba bagian bulat, keras, melenting (kepala) dan punggung teraba
di kanan atau kiri (Hanretty, 2014).
 Auskultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum maximum denyut
jantung janin terdengar dikuadran atas perut ibu (Mochtar, 2013).
 Pemeriksaan USG
Peranan USG sangat penting dalam diagnosis dan penilaian resiko pada presentasi
bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta,
jenis presentasi bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan congenital, dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi (Saifuddin, 2011).
Pemeriksaan USG juga digunakan untuk memastikan perkiraan klinis presentasi bokong,
bila mungkin untuk mengidentifikasi adanya anomali janin. USG pada usia kehamilan
32-34 minggu untuk menegakkan diagnosis, memperkirakan ukuran dan konfigurasi
panggul ibu.
 Pemeriksaan Dalam
Adanya tahanan muskular dengan anus, mekonium, satu kaki janin atau genital (Dutton,
2012). Bagian terendah teraba tinggi, teraba 3 tonjolan yaitu kedua tuber ischiadicum,
dan os sacrum. Kadang-kadang teraba kaki jika kaki bagian terbawah janin (Oxorn,
2010).

G. Penatalaksanaan
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung dengan persalinan bokong,
persalinan bahu, dan persalinan kepala. Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang
atau miring mengikuti jalan lair dan melakukan putas paksi dalam sehingga trochanter depan
berada dibawah simpisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion, akan lahir
throcanter belakang, dan selanjutnya seluruh bokong lahir. Sementara itu bahu memasuki
jalan lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakukan putar paksi dalam sehingga bahu
depan berada dibawah simpisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu
belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasukki jalan lahir dapat melintang atau
mirng, serta melakukan putar paksi dalam sehingga suboksiput berada dibawah simpisis.
Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir dagu, hidung, muka dan kepala
seluruhnya (Manuaba, 2010).

H. Jenis Persalinan
1. Persalinan per vaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus
dipenuhi yaitu tidak ada suspek panggul sempit, tidak ada kelainan jalan lahir,
pembukaan harus benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat dan
tafsiran berat janin kurang < 3600 gram (Saifuddin, 2011).
Persalinan pervaginam tidak dilakukan bila terdapat kontra indikasi persalinan bagi
ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi > 3600 gram,
terdapat tanda gawat janin, riwayat sectio ceaesaria, tidak adanya informed consent dan
tidak adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan.
 Persiapan untuk kelahiran bokong menurut Varney (2008) :
 Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk menentukan
jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan terjadinya
hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau bokong-lutut.
 Dilatasi serviks lengkap.
 Kosongkan kandung kemih ibu.
 Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
 Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
 Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir
 Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang dibutuhkan
untuk persalinan
 Lakukan pemasangan infus intravena.
 Terdapat 3 metode umum persalinan presentasi bokong melalui vagina :
1. Persalinan spontan (spontaneous breech).
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
disebut cara bracht. Setelah semua persiapan dilakukan, maka persalinan
dapat dimulai.
2. Manual aid (partial breech extraction)
Bila persalinan dengan metode bracht gagal maka dilanjutkan dengan
manual aid, terdiri 3 tahapan yaitu :
a. Tahap Pertama
Bokong sampai umbilicus lahir secara spontan dengan mengunakan
kekuatan tenaga ibu sendiri.
b. Tahap Kedua
Persalinan bahu dan lengan dibantu oleh penolong, menurut Manuaba
(2010) ada 3 cara yaitu :
 Cara Klasik
Pegang bokong dengan telunjuk pada spina ischiadika anterior
superior dan ibu jari menekan sacrum, kemudian tarik curam
kebawah sampai skapula tampak, lalu transi kearah atas untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang, kemudian lengan depan.
 Cara Mueller
Tidak jauh berbeda dari cara klasik, perbedaaanya adalah lengan
depan dilahirkan lebih dulu kemudian lengan belakang. Caranya
tarik janin vertical ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan
depan. Cara melahirkan bahu lengan depan bisa spontan atau
diikat dengan satu jari menyapu muka. Lahirkan bahu belakang
dengan menarik kaki keatas lalu bahu dan lengan belakang
diikat menyapu kepala.
 Cara lovset
Bahu janin diputar 900 disertai tarikan sehingga dengan putaran
tersebut bahu dapat dilahirkan.
c. Tahap Ketiga
Melahirkan kepala pada persalinan dengan presentasi bokong, menurut
Oxorn (2010) ada 3 cara yaitu :
 Perasat Wigand-Martin : Badan bayi diletakkan pada tangan
penolong, jari tengah kanan tersebut ditaruh pada mulut bayi,
dan jari telunjuk dan jari manis pada maxilla. Tujuan jari berada
di mulut tidak untuk traksi tetapi untuk mengusahakan dan
mempertahankan fleksi. Kemudian dengan tangan lainnya
melakukan dorongan suprapubik pada kepala melalui perut ibu.
 Perasat Mauriceau-Smellie-Veit : Posisinya sama dengan
perasat Wigand-Martin, dengan satu jari dimulut dan dua jari
pada maxilla. Perbedaannya penolong meletakkan tangannya
yang lain mengangkang diatas bahu bayi dan dengan cara ini
melakukan traksi. Efisiensi prosedur ini meningkat dengan
dorongan suprapubik pada kepala oleh asisten ketika penolong
mengerjakan perasat Mauriceau.
 Cunam piper pada kepala menyusul Sediakan cunam piper
sebagai antisipasi bila terdapat kesulitan saat melahirkan kepala
(WHO, 2013 dan Mochtar, 2013).
3. Ekstraksi sungsang (total breech extraction).
Janin dilahirkan seluruhnya dengan menggunakan tenaga penolong (teknik
ekstrasi kaki, ekstrasi bokong). Ekstrasi bokong merupakan pelahiran
manipulatif yang dilakukan oleh dokter spesialis obstetrik dan dilakukan
untuk mempercepat persalinan dalam situasi gawat seperti gangguan kondisi
janin. Syarat dilakukan ekstaksi bokong menurut Oxorn (2010) :
 Panggul harus cukup lebar, tanpa disproporsi
 Pembukaan harus lengkap
 Vesica Urinaria dan rectum harus kosong
 Anestesi yang dalam dan ahlinya sangat diperlukan
 Diperlukan asisten yang terlatih
 Anak harus hidup

2. Persalinan per abdominal (Sectio Ceaesaria)


Sectio Ceaesaria adalah suatu cara melahirkan melauli insisi pada dinding abdomen
dan rahim. Persalinan per abdominal telah menggantikan teknik persalinan pervaginam
dengan bantuan alat untuk persalinan dengan komplikasi tertentu dan sering digunakan
dalam menangani janin beresiko, khususnya pada janin premature.
Lakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan bahwa presentasi masih bokong
jika memang diperlukan. Hati-hati saat melakukan pembukaan uterus untuk mencegah
cedera pada bayi karena pisau bedah yang mungkin terjadi pada presentasi sungsang.
Insisi uterus dengan ukuran yang tepat, terutama pada kelahiran prematur untuk
mencegah penjepitan dan pelahiran traumatik pada kepala bayi (Endozien, 2013).
Menurut Saifuddin (2011) sectio ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan pada :
 Presentasi kaki ganda
 Panggul sempit
 Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
 Kepala hiperekstensi atau defleksi
 Janin sangat besar
 Plasenta previa
 Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan lengkap
 Primigravida

I. Komplikasi
a. Pada Ibu
 Perdarahan
 Robekan jalan lahir
 Infeksi
b. Komplikasi pada bayi
 Asfiksia
 Dapat disebabkan oleh :
 Kompresi tali pusat terlalu lama
 Tali pusat menumbung
 Aspirasi air ketuban
 Trauma persalinan
 Dislokasi-Fraktura persendian, tulang ekstremitas
 Ruptur organ dalam : hati, ginjal
 Dislokasi persendian tulang leher : fraktura dasar kepala, fraktura tulang kepala,
kerusakan pada mata, hidung atau telinga, kerusakan pada jaringan otak
 Infeksi
 Persalinan berlangsung lama
 Ketuban pecah pada pembukaan kecil
 Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
J. Prognosis
Prognosis untuk persalinan dengan presentasi bokong adalah :
1. Bagi Ibu
Robekan pada perineum mungkin akan lebih besar karena dilakukan tindakan
khusus, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama sehingga akan mudah
terkena infeksi (Mochtar, 2013).
Bila terjadi persalinan spontan prognosis ibu baik. Laserasi tractus genitalis dan
perdarahan dapat terjadi karena persalinan yang terlalu cepat dan dipaksakan melalui
panggul yang terlalu kecil atau melalui bagian-bagian lunak yang belum terbuka.
2. Bagi Bayi
Prognosis tidak begitu baik kerena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah
bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul,
anak bisa menderita asfiksia. Oleh sebab itu setelah janin lahir sampai umbilicus, janin
keseluruhan harus lahir dalam waktu 8 menit (Mochtar, 2013).
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam
jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui
jalan lahir (Saifuddin, 2008).
Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri. Klasifikasi presentasi bokong
yaitu : letak bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas, letak sungsang sempurna, di
mana letak kaki ada di samping bokong, letak sungsang tidak sempurna yaitu letak
sungsang di mana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut
(Purwaningsih, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, I.C., Manuaba, I.B.F., & Manuaba, I.B.G. (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri,
EGC, Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI. (2003) Pedoman Pelayanan di Tingkat Pelayanan Dasar,
Depkes RI, Jakarta.
3. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
4. Prof. dr. Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
5. Prof Sulaiman, Sastrawinata. 1983. Obstetri Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran. Jakarta: EGC.
6. Uliyah, M. & Hidayat, A. (2008). Ketrampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan edisi
2, Salemba Medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai