Anda di halaman 1dari 6

DEFINISI

Tinea manus adalah dermatofitosis pada tangan yang sering terjadi


unilateral pada tangan yang dominan digunakan dan sering berhubungan dengan
Tinea pedis. Tinea manus biasanya asimptomatis, dengan perjalanan penyakit
dalam hitungan bulan sampai tahun. Pada kebanyakan kasus tinea manus lebih
sering terjadi unilateral dan terjadi pada usia dewasa. Etiologi tersering dari tinea
manus adalah T. rubrum. (1, 2)
Tinea manus adalah infeksi jamur yang mengenai daerah sela jari jari
tangan, telapak tangan, dan punggung tangan. Penyakit ini sering menyerang
orang yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja di sawah, atau
orang orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti
anggota militer. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai
dengan rasa gatal yang hebat dan rasa nyeri bila ada infeksi sekunder.( 4,7)
Predileksi tinea manus ini terutama di daerah kulit telapak tanga,
punggung tangan, jari jari tangan, serta daerah interdigital.( 1,2,5 )
EPIDEMIOLOGI
Tinea manus di temukan tersebar diseluruh dunia, lebih sering dijumpai di
daerah tropik dan subtropik. Dapat menyerang semua kelompok umur lebih sering
menyerang dewasa terutama pada orang yang bekerja di tempat basah seperti
tukang cuci, atau pekerja di sawah. (1,2,3)
ETIOLOGI
Penyebab yang paling sering adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, dan E.
flaccosum. Penyakit ini ditemukan hampir disemua penjuru dunia dan dapat
mengenai anak anak, dewasa muda, maupun orang tua.(2,5,6) Tinea manuum
adalah salah satu jenis jamur yang penyebarannya terjadi secara cepat. Penyebaran
jamur ini terjadi saat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi baik dengan
cara bersalaman maupun hubungan seksual. (5,8)

Gambar 1. Tinea manus pada petani yang terinfeksi Trichophyton gypseum (9)
PENULARAN
Tinea merupakan infeksi yang dapat diperoleh dengan kontak langsung
dengan individu yang terinfeksi, hewan, tanah dan dapat juga ditularkan oleh
fomites seperti handuk, tempat tidur, pakaian, ketat atau pakaian yang basah atau
dengan autoinokulasi dari reservoir di tangan yang menyerang kulit untuk
proliferasi jamur. (3,5) Jika seseorang sudah pernah terinfeksi tinea manuum, baik
yang menyerang kepala atau kaki, akan lebih kebal bila terpapar kembali. Tinea
manus juga sering ditemukan pada orang-orang yang memelihara anjing, kucing,
dan peliharaan lainnya. Hal ini kemungkinan penyebaran terjadi akibat paparan
dengan hewan-hewan tersebut. Pada orang-orang yang gemar berkebun juga
mningkatkan resiko terjadinya infeksi akibat paparan dengan tanah. Angka
kejadian infeksi juga tinggi pada pasien yang menderita dermatitis atau eczema
pada daerah manus. (5,8)
GEJALA KLINIS
Kebanyakan infeksi dermatofit pada tangan mengarah ke infeksi dorsal,
seperti tinea korporis. Tinea manus mengarah ke infeksi dimana area interdigital
dan permukaan permukaan tangan menunjukkan karakteristik patologi yang khas.
Temuan yang khas dari infeksi tinea adalah lesi berbentuk ringworm dengan
bagian tengah yang bersih dan batasnya bersisik, eritem, dan meninggi. Reaksi
inflamasi yang muncul menandakan adanya kolonisasi (1,2,4,7)
Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai mengeluh
sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan.
Keluhan biasanya terjadi pada kedua tangan dan gambaran erupsi tampak simetris,
namun dalam beberapa kasus bisa terjadi hanya satu tangan yang terinfeksi.
Variasi lain dapat berupa hiperkeratosis difusa yang dapat terjadi unilateral pada
sebagian kasus. Variasi lesi lain dapat berupa sisik berbentuk bulan sabit yang
dikelilingi patch vesikuler, papul diskret eritem, dan patch folikular. Lapisan
bersisik yang eritem juga sering dijumpai pada permukaan bagian dorsal manus.
Bentuk-bentuk lain lesi dapat berupa infeksi zoofilik. (1,2,3)
Dikenal 3 bentuk klinis yang sering kita jumpai yakni :
1. Bentuk intertriginosa
Manifestasi klinisnya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela
jari terutama jari IV dan V. Tampak warna keputihan basah dan dapat
terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi sekunder dapat
menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit
jari. Bentuk klinik ini dapat berlangsung bertahun tahun tanpa keluhan
sama sekali. Dalam keadaan menahun dapat terjadi fisura yang nyeri jika
disentuh. Bila disertai infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan
limfangitis, limfadenitis, selulitis, dan erysipelas yang disertai gejala
gejala umum. (1,2)
2. Bentuk vesicular akut
Pada bentuk ini terlihat vesikel, vesiko-pustule dan kadang-kadang bula.
Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke
punggung tangan atau telapak tangan. Isi vesikel berupa cairan jernih yang
kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk
lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada
bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis, dan
kadang2 menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel
untuk menemukanya sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk
diperiksa secara sedian langsung atau untuk dibiak.(1,2)

Gambar 2. Tinea manus infeksi Trichophyton rubrum, terlihat vesiko pustule pada
dorsum manus (9)

3. Bentuk moccasin foot


Pada bentuk ini seluruh tangan dari telapak, tepi sampai punggung tangan
terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan terutama
pada bagian tepi lesi.(9)

Gambar 3. Pasien yang terinfeksi Trichophyton rubrum pada penderita tinea pedis et
manus tipe moccasin (9)

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesa
Didapatkan rasa gatal yang sangat menggangu dan gatal akan semakin
bertambah apabila lesi terkena air atau basah. (1)
2. Pemeriksaan fisik
Dilihat dimana terjadinya infeksi dan jenis lesinya. Lesi tergantung dari
jenis tinea. Secara umum lesi sering ditemukan di jari IV dan V berbentuk
fisura yang nyeri bila disentuh serta gambaran warna keputihan yang
tampak basah. Pada tahap awal lesi ditemukan di sela jari yang kemudian
meluas ke punggung tangan dan telapak tangan. Lesi berbentuk vesikel
sampai bula yang berisi cairan jernih. Gambaran kolerit bisa terjadi akibat
pecahnya vesikel atau bula yang berisi cairan. (1,2,3)
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan utama dalam kasus tinea.
Material yang diperiksa diambil dari area lesi yang aktif yang diletakkan
pada gelas objek yang diberi KOH10% lalu diperiksa dibawah mikroskop.
Hasil pemeriksaan positif bila pada gambaran dibawah mikroskop terlihat
hifa atau spora yang menandakan infeksi jamur aktif dan pseudohifa atau
yeast. (2,3)
4. Pemeriksaan Kultur
Pemeriksaan kultur memiliki beberapa hambatan berupa biaya yang mahal
serta waktu yang lama sehingga tidak secara rutin dilakukan. Namun
pemeriksaan kultur dibutuhkan ketika terapi oral jangka panjang diberikan
dan bila diagnosis meragukan. Kultur sediaan yang biasa dilakukan pada
media Sabourods Dextrose Agar (SDA). (3, 5)
Pemeriksaan lampu wood tidak disarankan karena pada kebanyakan
dermatofit tidak menghasilkan fluorosensi. Pemeriksaan lampu wood
dimaksudkan untuk membedakan antara eritem yang disebabkan bakteri
Corynebacterium minuttisium yang difluorosensikan sebagai coral-red
dengan tinea yang tidak memiliki fluorosensi.(3,5)

DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis, Hiperhidrosis, Akrodermatitis kontinua, Kandidosis, serta Sifilis II.

PENATALAKSANAAN
1. Umum

Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya
mengusahakan daerah lesi selalu kering

Meningkatkan kebersihan dan menghindari pemakaian sepatu
ataupun kaos kaki yang lembap.

Jangan memakai peralatan pribadi secara bersama sama.(5,6)
2. Khusus

Topikal
Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium
permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama
15-30 menit, 2 4 kali sehari. Atap vesikel dan bula
dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat
dikombinasikan dengan obat antibiotik sitemik misalnya
penisilin prokain, penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau
spiramisin dengan dosis yang adekuat. Kalau peradangan sudah
berkurang, diberikan obat topical anti jamur berspektrum luas
antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol atau
ketokonazol. (1,2,3,6)

Sistemik
Biasanya tidak digunakan. Namun bila digunakan harus
dikombinasi dengan obat obat anti jamur topical. Obat obat
sistemik tersebut antara lain griseofulvin 500-1000mg/hari
selama 2-6minggu, ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu,
itrakonazol 100mg/hari selama 2minggu dan terbinafin
250mg/hari selama 1-2minggu. pemberian obat secara sistemik
ini harus memperhatikan efek samping dan interaksi dari
masing-masing obat, misalnya ketokonazol tidak boleh
dikombinasikan dengan terfenadine dan eritromisin. (1,3,8)
PROGNOSIS
Infeksi kronik tidak jarang terjadi jika penyebabnya adalah Trichophyton
rubrum yang tidak diobati atau ditangangi dengan baik.(6)

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Kelima. Jakarta. Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2005,
Hal : 148-150
2. Fitzpatrick Thomas B. Dermatology In General Medicine Seventh
Edition. United State Of America. McGraw-Hill inc, 2005, Page : 158-160
3. Pohan S. Tinea Pedis, Pedoman diagnosis Dan Terapi Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo
Surabaya Edisi III. Surabaya. 2005, Hal : 9-10
4. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Penyakit Kulit dan kelamin FK UNAIR/ RSU
Dr. Soetomo Surabaya. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya.
Airlangga University Press, 2007, Hal : 128-129
5. Abdullah, Benny. Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah
Sakit. Hal : 196-198
6. Harahap Marwali. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates.
Jakarta, 2000, Hal : 19-20
7. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005, Hal : 120-121
8. Andrianto P. Kapita Selekta DermatoVenerologi. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005, Hal : 52-63
9. Michelle, C. Tinea manuum. Diunduh dari
http://dermnetnz.org/fungal/tinea-manuum pada tanggal 1 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai