Anda di halaman 1dari 7

TINEA MANUS Yusardi Reska Pradana, S.

Ked 04104705293 Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang 2012

PENDAHULUAN Tinea manus merupakan infeksi jamur dermatofita pada kulit yang termasuk kelompok penyakit dermatofitosis. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum corneum pada epidermis, rambut, dan kuku. Dermatofitosis ini disebabkan oleh 3 jenis jamur, yaitu : Epidermophyton, Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini termasuk dalam mikosis yang paling sering dijumpai di dunia.(1,2,) Tinea manus pertama kali dijelaskan oleh Fox pada tahun 1870 dan Pellizaari tahun 1888. Bersama dengan tinea pedis, tinea manus adalah salah satu tipe dermatifitosis kronis yang biasa dan sering diderita pada usia dewasa. Hal ini mungkin berkaitan dengan kurangnya glandula sebasea dan lipid fungistatiknya.
(3)

Dermatofitosis dinamakan berdasarkan lokasinya, yaitu : tinea capitis bila dijumpai pada kepala dan rambut, tinea manus pada tangan, tinea pedis pada kaki, tinea corporis pada badan, tinea kruris pada lipat paha, tinea ungium pada kuku dan tinea barbae pada daerah jenggot.(1,2) Pada umumnya gambaran dermatofitosis terdiri atas berbagai macam ruam kulit (polimorf) berupa papula, papul vesikel, sering eritroskuama, berbatas tegas dengan bagian pinggir lebih aktif dan bagian tengah lebih tenang serta disertai rasa gatal. Akibat garukan bisa timbul perubahan lain seperti infeksi sekunder.(2,4) Tinea manus sering menyerang orang yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja di sawah, atau orang orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota militer. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa gatal yang hebat dan rasa nyeri bila ada infeksi sekunder.( 1,2,5) Penatalaksanaan dari dermatofitosis dapat dilakukan baik secara umum maupun secara khusus. Adapun secara umum dengan memberikan nasehat kepada pasien untuk mengurangi kelembapan tubuh pasien dengan menghindari pemakain sepatu yang terlalu tertutup dan kaos kaki yang lembap. Sedangkan secara khusus dapat diberikan pengobatan topikal seperti penggunaan salep turunan imidazol dan sistemiknya dengan memberikan obat anti histamine untuk mengurangi gejala gatal yang timbul akibat penyakit ini.(1,3,6)

DEFINISI Tinea manus adalah dermatofitosis pada tangan yang sering terjadi unilateral pada tangan yang dominan digunakan dan sering berhubungan dengan Tinea pedis. Tinea manus biasanya asimptomatis, dengan perjalanan penyakit dalam hitungan bulan sampai tahun. Pada kebanyakan kasus tinea manus lebih sering terjadi unilateral dan terjadi pada usia dewasa. Etiologi tersering dari tinea manus adalah T. rubrum. (1, 2) Tinea manus adalah infeksi jamur yang mengenai daerah sela jari jari tangan, telapak tangan, dan punggung tangan. Penyakit ini sering menyerang orang yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja di sawah, atau orang orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota militer. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa gatal yang hebat dan rasa nyeri bila ada infeksi sekunder.( 4,7) Predileksi tinea manus ini terutama di daerah kulit telapak tanga, punggung tangan, jari jari tangan, serta daerah interdigital.( 1,2,5 ) EPIDEMIOLOGI Tinea manus di temukan tersebar diseluruh dunia, lebih sering dijumpai di daerah tropik dan subtropik. Dapat menyerang semua kelompok umur lebih sering menyerang dewasa terutama pada orang yang bekerja di tempat basah seperti tukang cuci, atau pekerja di sawah. (1,2,3) ETIOLOGI Penyebab yang paling sering adalah T. rubrum, T. mentagrophytes, dan E. flaccosum. Penyakit ini ditemukan hampir disemua penjuru dunia dan dapat mengenai anak anak, dewasa muda, maupun orang tua.(2,5,6) Tinea manuum adalah salah satu jenis jamur yang penyebarannya terjadi secara cepat. Penyebaran jamur ini terjadi saat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi baik dengan cara bersalaman maupun hubungan seksual. (5,8)

Gambar 1. Tinea manus pada petani yang terinfeksi Trichophyton gypseum (9)

PENULARAN Tinea merupakan infeksi yang dapat diperoleh dengan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi, hewan, tanah dan dapat juga ditularkan oleh fomites seperti handuk, tempat tidur, pakaian, ketat atau pakaian yang basah atau dengan autoinokulasi dari reservoir di tangan yang menyerang kulit untuk proliferasi jamur. (3,5) Jika seseorang sudah pernah terinfeksi tinea manuum, baik yang menyerang kepala atau kaki, akan lebih kebal bila terpapar kembali. Tinea manus juga sering ditemukan pada orang-orang yang memelihara anjing, kucing, dan peliharaan lainnya. Hal ini kemungkinan penyebaran terjadi akibat paparan dengan hewan-hewan tersebut. Pada orang-orang yang gemar berkebun juga mningkatkan resiko terjadinya infeksi akibat paparan dengan tanah. Angka kejadian infeksi juga tinggi pada pasien yang menderita dermatitis atau eczema pada daerah manus. (5,8) GEJALA KLINIS Kebanyakan infeksi dermatofit pada tangan mengarah ke infeksi dorsal, seperti tinea korporis. Tinea manus mengarah ke infeksi dimana area interdigital dan permukaan permukaan tangan menunjukkan karakteristik patologi yang khas. Temuan yang khas dari infeksi tinea adalah lesi berbentuk ringworm dengan bagian tengah yang bersih dan batasnya bersisik, eritem, dan meninggi. Reaksi inflamasi yang muncul menandakan adanya kolonisasi (1,2,4,7) Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan. Keluhan biasanya terjadi pada kedua tangan dan gambaran erupsi tampak simetris, namun dalam beberapa kasus bisa terjadi hanya satu tangan yang terinfeksi. Variasi lain dapat berupa hiperkeratosis difusa yang dapat terjadi unilateral pada sebagian kasus. Variasi lesi lain dapat berupa sisik berbentuk bulan sabit yang dikelilingi patch vesikuler, papul diskret eritem, dan patch folikular. Lapisan bersisik yang eritem juga sering dijumpai pada permukaan bagian dorsal manus. Bentuk-bentuk lain lesi dapat berupa infeksi zoofilik. (1,2,3) Dikenal 3 bentuk klinis yang sering kita jumpai yakni : 1. Bentuk intertriginosa Manifestasi klinisnya berupa maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari terutama jari IV dan V. Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi sekunder dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Bentuk klinik ini dapat berlangsung bertahun tahun tanpa keluhan sama sekali. Dalam keadaan menahun dapat terjadi fisura yang nyeri jika disentuh. Bila disertai infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan limfangitis, limfadenitis, selulitis, dan erysipelas yang disertai gejala gejala umum. (1,2)

2. Bentuk vesicular akut Pada bentuk ini terlihat vesikel, vesiko-pustule dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung tangan atau telapak tangan. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga dapat menyebabkan selulitis, limfangitis, dan kadang2 menyerupai erysipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel untuk menemukanya sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sedian langsung atau untuk dibiak.(1,2)

Gambar 2. Tinea manus infeksi Trichophyton rubrum, terlihat vesiko pustule pada dorsum manus (9)

3. Bentuk moccasin foot Pada bentuk ini seluruh tangan dari telapak, tepi sampai punggung tangan terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan terutama pada bagian tepi lesi.(9)

Gambar 3. Pasien yang terinfeksi Trichophyton rubrum pada penderita tinea pedis et manus tipe moccasin (9)

DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan 1. Anamnesa Didapatkan rasa gatal yang sangat menggangu dan gatal akan semakin bertambah apabila lesi terkena air atau basah. (1) 2. Pemeriksaan fisik Dilihat dimana terjadinya infeksi dan jenis lesinya. Lesi tergantung dari jenis tinea. Secara umum lesi sering ditemukan di jari IV dan V berbentuk fisura yang nyeri bila disentuh serta gambaran warna keputihan yang tampak basah. Pada tahap awal lesi ditemukan di sela jari yang kemudian meluas ke punggung tangan dan telapak tangan. Lesi berbentuk vesikel sampai bula yang berisi cairan jernih. Gambaran kolerit bisa terjadi akibat pecahnya vesikel atau bula yang berisi cairan. (1,2,3) 3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan utama dalam kasus tinea. Material yang diperiksa diambil dari area lesi yang aktif yang diletakkan pada gelas objek yang diberi KOH10% lalu diperiksa dibawah mikroskop. Hasil pemeriksaan positif bila pada gambaran dibawah mikroskop terlihat hifa atau spora yang menandakan infeksi jamur aktif dan pseudohifa atau yeast. (2,3) 4. Pemeriksaan Kultur Pemeriksaan kultur memiliki beberapa hambatan berupa biaya yang mahal serta waktu yang lama sehingga tidak secara rutin dilakukan. Namun pemeriksaan kultur dibutuhkan ketika terapi oral jangka panjang diberikan dan bila diagnosis meragukan. Kultur sediaan yang biasa dilakukan pada media Sabourods Dextrose Agar (SDA). (3, 5) Pemeriksaan lampu wood tidak disarankan karena pada kebanyakan dermatofit tidak menghasilkan fluorosensi. Pemeriksaan lampu wood dimaksudkan untuk membedakan antara eritem yang disebabkan bakteri Corynebacterium minuttisium yang difluorosensikan sebagai coral-red dengan tinea yang tidak memiliki fluorosensi.(3,5)

DIAGNOSIS BANDING Dermatitis, Hiperhidrosis, Akrodermatitis kontinua, Kandidosis, serta Sifilis II.

PENATALAKSANAAN 1. Umum 2. Khusus Topikal Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama 15-30 menit, 2 4 kali sehari. Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat dikombinasikan dengan obat antibiotik sitemik misalnya penisilin prokain, penisilin V, fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang adekuat. Kalau peradangan sudah berkurang, diberikan obat topical anti jamur berspektrum luas antara lain, haloprogin, klotrimazol, mikonazol atau ketokonazol. (1,2,3,6) Sistemik Biasanya tidak digunakan. Namun bila digunakan harus dikombinasi dengan obat obat anti jamur topical. Obat obat sistemik tersebut antara lain griseofulvin 500-1000mg/hari selama 2-6minggu, ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu, itrakonazol 100mg/hari selama 2minggu dan terbinafin 250mg/hari selama 1-2minggu. pemberian obat secara sistemik ini harus memperhatikan efek samping dan interaksi dari masing-masing obat, misalnya ketokonazol tidak boleh dikombinasikan dengan terfenadine dan eritromisin. (1,3,8) PROGNOSIS Infeksi kronik tidak jarang terjadi jika penyebabnya adalah Trichophyton rubrum yang tidak diobati atau ditangangi dengan baik.(6) Menghilangkan faktor predisposisi mengusahakan daerah lesi selalu kering penting, misalnya

Meningkatkan kebersihan dan menghindari pemakaian sepatu ataupun kaos kaki yang lembap. Jangan memakai peralatan pribadi secara bersama sama.(5,6)

DAFTAR PUSTAKA 1. Djuanda A. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta. Penerbit Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, 2005, Hal : 148-150 2. Fitzpatrick Thomas B. Dermatology In General Medicine Seventh Edition. United State Of America. McGraw-Hill inc, 2005, Page : 158-160 3. Pohan S. Tinea Pedis, Pedoman diagnosis Dan Terapi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya Edisi III. Surabaya. 2005, Hal : 9-10 4. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Penyakit Kulit dan kelamin FK UNAIR/ RSU Dr. Soetomo Surabaya. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. Airlangga University Press, 2007, Hal : 128-129 5. Abdullah, Benny. Dermatologi Pengetahuan Dasar dan Kasus di Rumah Sakit. Hal : 196-198 6. Harahap Marwali. Tinea Pedis et Manus, Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates. Jakarta, 2000, Hal : 19-20 7. Siregar R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005, Hal : 120-121 8. Andrianto P. Kapita Selekta DermatoVenerologi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005, Hal : 52-63 9. Michelle, C. Tinea manuum. Diunduh dari http://dermnetnz.org/fungal/tinea-manuum pada tanggal 1 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai