Anda di halaman 1dari 14

PR LAPKAS TINEA MANUS

Pembimbing : dr. Heryanto Syamsuddin, Sp. KK


Disusun oleh
Nama : Muhammad Gufron Rabban
NIM : 2016730060

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
Definisi
• Tinea manus adalah infeksi jamur yang mengenai daerah
sela jari – jari tangan, telapak tangan, dan punggung
tangan. Penyakit ini sering menyerang orang yang bekerja
di tempat basah seperti tukang cuci, pekerja di sawah,
atau orang – orang yang setiap hari harus memakai sepatu
yang tertutup seperti anggota militer. Keluhan subjektif
bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai dengan rasa
gatal yang hebat dan rasa nyeri bila ada infeksi sekunder.
• Predileksi tinea manus ini terutama di daerah kulit telapak
tangan, punggung tangan, jari – jari tangan, serta daerah
interdigital.
Epidemiologi
• Tinea manus di temukan tersebar diseluruh
dunia, lebih sering dijumpai di daerah tropik
dan subtropik. Dapat menyerang semua
kelompok umur lebih sering menyerang
dewasa terutama pada orang yang bekerja di
tempat basah seperti tukang cuci, atau
pekerja di sawah.
Etiologi
• Penyebab yang paling sering adalah T. rubrum, T.
mentagrophytes, dan E. flaccosum. Penyakit ini
ditemukan hampir disemua penjuru dunia dan
dapat mengenai anak – anak, dewasa muda,
maupun orang tua. Tinea manuum adalah salah
satu jenis jamur yang penyebarannya terjadi secara
cepat. Penyebaran jamur ini terjadi saat kontak
langsung dengan orang yang terinfeksi baik dengan
cara bersalaman maupun hubungan seksual.
Penularan
• Tinea merupakan infeksi yang dapat diperoleh dengan kontak langsung
dengan individu yang terinfeksi, hewan, tanah dan dapat juga ditularkan
oleh fomites seperti handuk, tempat tidur, pakaian, ketat atau pakaian
yang basah atau dengan autoinokulasi dari reservoir di tangan yang
menyerang kulit untuk proliferasi jamur. Jika seseorang sudah pernah
terinfeksi tinea manuum, baik yang menyerang kepala atau kaki, akan
lebih kebal bila terpapar kembali. Tinea manus juga sering ditemukan
pada orang-orang yang memelihara anjing, kucing, dan peliharaan
lainnya. Hal ini kemungkinan penyebaran terjadi akibat paparan dengan
hewan-hewan tersebut. Pada orang-orang yang gemar berkebun juga
mningkatkan resiko terjadinya infeksi akibat paparan dengan tanah.
Angka kejadian infeksi juga tinggi pada pasien yang menderita dermatitis
atau eczema pada daerah manus.
Gejala klinis
• Kebanyakan infeksi dermatofit pada tangan mengarah ke infeksi dorsal, seperti tinea
korporis. Tinea manus mengarah ke infeksi dimana area interdigital dan permukaan
permukaan tangan menunjukkan karakteristik patologi yang khas. Temuan yang khas
dari infeksi tinea adalah lesi berbentuk “ringworm” dengan bagian tengah yang bersih
dan batasnya bersisik, eritem, dan meninggi. Reaksi inflamasi yang muncul
menandakan adanya kolonisasi.

• Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai mengeluh sangat gatal
dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan. Keluhan biasanya terjadi
pada kedua tangan dan gambaran erupsi tampak simetris, namun dalam beberapa
kasus bisa terjadi hanya satu tangan yang terinfeksi. Variasi lain dapat berupa
hiperkeratosis difusa yang dapat terjadi unilateral pada sebagian kasus. Variasi lesi lain
dapat berupa sisik berbentuk bulan sabit yang dikelilingi patch vesikuler, papul diskret
eritem, dan patch folikular. Lapisan bersisik yang eritem juga sering dijumpai pada
permukaan bagian dorsal manus. Bentuk-bentuk lain lesi dapat berupa infeksi zoofilik.
Dikenal 3 bentuk klinis yang sering kita
jumpai yakni :
1. Bentuk intertriginosa Manifestasi klinisnya berupa
maserasi, deskuamasi, dan erosi pada sela jari terutama
jari IV dan V. Tampak warna keputihan basah dan dapat
terjadi fisura yang terasa nyeri bila tersentuh. Infeksi
sekunder dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat
meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Bentuk klinik ini
dapat berlangsung bertahun – tahun tanpa keluhan sama
sekali. Dalam keadaan menahun dapat terjadi fisura yang
nyeri jika disentuh. Bila disertai infeksi sekunder oleh
bakteri dapat menimbulkan limfangitis, limfadenitis,
selulitis, dan erysipelas yang disertai gejala – gejala umum.
2. Bentuk vesicular akut Pada bentuk ini terlihat vesikel, vesiko-pustule
dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela
jari, kemudian meluas ke punggung tangan atau telapak tangan. Isi
vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang disebut
koleret. Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk ini, sehingga
dapat menyebabkan selulitis, limfangitis, dan kadang2 menyerupai
erysipelas. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel untuk
menemukanya sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk
diperiksa secara sedian langsung atau untuk dibiak.
3. Bentuk moccasin foot
Pada bentuk ini seluruh tangan dari telapak, tepi
sampai punggung tangan terlihat kulit
menebal dan berskuama. Eritem biasanya
ringan terutama pada bagian tepi lesi.
Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan
1. Anamnesa Didapatkan rasa gatal yang sangat menggangu dan
gatal akan semakin bertambah apabila lesi terkena air atau basah.
2. Pemeriksaan fisik Dilihat dimana terjadinya infeksi dan jenis
lesinya. Lesi tergantung dari jenis tinea. Secara umum lesi sering
ditemukan di jari IV dan V berbentuk fisura yang nyeri bila
disentuh serta gambaran warna keputihan yang tampak basah.
Pada tahap awal lesi ditemukan di sela jari yang kemudian meluas
ke punggung tangan dan telapak tangan. Lesi berbentuk vesikel
sampai bula yang berisi cairan jernih. Gambaran kolerit bisa terjadi
akibat pecahnya vesikel atau bula yang berisi cairan.
Diagnosis
3. Pemeriksaan laboratorium Pemeriksaan mikroskopis adalah pemeriksaan utama dalam kasus
tinea. Material yang diperiksa diambil dari area lesi yang aktif yang diletakkan pada gelas objek
yang diberi KOH10% lalu diperiksa dibawah mikroskop. Hasil pemeriksaan positif bila pada
gambaran dibawah mikroskop terlihat hifa atau spora yang menandakan infeksi jamur aktif dan
pseudohifa atau yeast.
4. Pemeriksaan Kultur Pemeriksaan kultur memiliki beberapa hambatan berupa biaya yang mahal
serta waktu yang lama sehingga tidak secara rutin dilakukan. Namun pemeriksaan kultur
dibutuhkan ketika terapi oral jangka panjang diberikan dan bila diagnosis meragukan. Kultur
sediaan yang biasa dilakukan pada media Sabourod’s Dextrose Agar (SDA). Pemeriksaan lampu
wood tidak disarankan karena pada kebanyakan dermatofit tidak menghasilkan fluorosensi.
Pemeriksaan lampu wood dimaksudkan untuk membedakan antara eritem yang disebabkan
bakteri Corynebacterium minuttisium yang difluorosensikan sebagai coral-red dengan tinea
yang tidak memiliki fluorosensi.

DIAGNOSIS BANDING Dermatitis, Hiperhidrosis, Akrodermatitis kontinua, Kandidosis, serta Sifilis


II.
Penatalaksanaan
1. Umum Menghilangkan faktor predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesi
selalu kering Meningkatkan kebersihan dan menghindari pemakaian sepatu ataupun kaos
kaki yang lembap. Jangan memakai peralatan pribadi secara bersama – sama.
2. Khusus Topikal Bila lesi basah, maka sebaiknya direndam dalam larutan kalium
permanganate 1/5.000 atau larutan asam asetat 0.25% selama 15-30 menit, 2 – 4 kali
sehari. Atap vesikel dan bula dipecahkan untuk mengurangi keluhan. Bila peradangan hebat
dikombinasikan dengan obat antibiotik sitemik misalnya penisilin prokain, penisilin V,
fluklosasilin, eritromisin atau spiramisin dengan dosis yang adekuat. Kalau peradangan
sudah berkurang, diberikan obat topical anti jamur berspektrum luas antara lain,
haloprogin, klotrimazol, mikonazol atau ketokonazol.
3. Sistemik Biasanya tidak digunakan. Namun bila digunakan harus dikombinasi dengan obat
– obat anti jamur topical. Obat – obat sistemik tersebut antara lain griseofulvin 500-
1000mg/hari selama 2-6minggu, ketokonazol 200mg/hari selama 4 minggu, itrakonazol
100mg/hari selama 2minggu dan terbinafin 250mg/hari selama 1-2minggu. pemberian
obat secara sistemik ini harus memperhatikan efek samping dan interaksi dari masing-
masing obat, misalnya ketokonazol tidak boleh dikombinasikan dengan terfenadine dan
eritromisin.
• PROGNOSIS Infeksi kronik tidak jarang terjadi
jika penyebabnya adalah Trichophyton rubrum
yang tidak diobati atau ditangangi dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai