Anda di halaman 1dari 5

Faradiba Maulidina

Abstrak

Tinea pedis, atau dikenal juga dengan nama "kaki atlet", adalah suatu infeksi jamur pada
kaki yang kebanyakan disebabkan dermatofit. Tinea pedis kebanyakan disebabkan oleh
Trichypton rubrum dan t. Interdigitale. Diperkirakan 10-15 % persen dari populasi dunia
mempunyai tinea pedis. Prevalensinya lebih tinggi pada orang dewasa dibanding anak-
anak. Usia yang paling banyak pada 16-45 tahun. Tinea pedis lebih sering terjadi pada
lelaki dibanding perempuan. Manusia bisa terinfeksi melalui kontak dengan orang yang
sudah terinfeksi, hewan, fomites (?), atau dari tanah. Transmisi dari tinea pedis dibantu
oleh lingkungan yang hangat dan lembab
dan penggunaan sepatu yang sempit dan
tertutup. Ada 3 bentuk manifestasi klinis dari tinea pedis, yaitu interdigital, moccasin, dan
vesicobullous. Diagnosisnya biasanya bersifat klinis, terutama bila lesinya terlihat. Jika
perlu, diagnosis dapat dipastikan dengan pemeriksaan potassium hydroxide wet-mount
(?) Dengan mengikis kulit pada batas lesi aktif. Tinea pedis yang superficial biasanya
berespons terhadap pemberian antifungal topikal 2x sehari selama 2-4 minggu.
Pengobatan sistemik diindikasikan bila lesinya banyak, kronis, rekuren, dan resisten
terhadap antifungal topikal atau jika pasiennya immunocompromused, dan apabila
terdapat pada bagian kuku jari.

Pendahuluan

Tinea pedis, atau dikenal juga dengan nama kaki atlet, adalah infeksi jamur superfisial
pada kaki yang biasanya disebabkan oleh dermatofit. Tinea pedis merupakan infeksi
jamur superfisial yang paling sering terjadi pada kulit.

Etiologi

Tinea pedis paling sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum dan T. Interdigitale
(sebelumnya dikenal dengan nama T. Mentogrophytes), diikuti oleh Epidermophyton
floccosum. Dermatofit lainnya yang dapat menyebabkan tinea pedis yaitu T. Tonsurans
dan microsporum spp. Jamur nondermarofit seperti Scytalidium hyalinum, S. Dimidiatum,
dan Scopulariopsis brevicaulis dan spesies kandida juga dapat menyebabkan tinea pedis.
Epidemiologi

Diperkirakan 10-15 persen dari populasi dunia mengidap tinea pedis. Prevalensi lebih
tinggi pada orang dewasa (17%) dibanding anak-anak (4%). Kondisinya lebih sering
terjadi pada remaja dibanding anak prapubertas. Puncak usia yang paling banyak adalag
umur 16-45 tahun, usia dimana aktivitas kerja dan rekreasi paling banyak dilakukan.
Tinea pedis lebih sering terjadi pada lelaki dibanging perempuan. Manusia bisa terinfeksi
melalui kontak dengan orang yang sudah terinfeksi, hewan (terutama hewan peliharaan),
fomites (?), atau dari tanah. Transmisi antar anggota keluarga merupakan cara penularan
yang paling sering; anak2 sering terinfeksi oleh jamur atau terkena serpihan kulit yang
terinfeksi di rumah. Autoinfeksi oleh dermatofit di bagian tubuh lain juga bisa terjadi.
Transmisi dari tinea pedis dibantu oleh lingkungan yang hangat dan lembab dan
penggunaan sepatu yang sempit dan tertutup. Penyakit ini lebih sering pada atlet dan
pekerja kasar. Imunodefisiensi, diabetes melitus, dermatitis atopik, hiperhidrosis, kaki
yang tidak terawat, dan obesitas merupakan faktor predisposisi.

Patogenesis

Organisme penyebab tinea pedis dapat memproduksi enzim seperti protease yang dapat
menghancurkan keratin dan keratinase yang dapat menembus jaringan berkeratin. Hifa
jamur kemudian dapat menginvasi stratum corneum dan keratin, dan kemudian menyebar
dari tengah menuju keluar. Infeski biasanya hanya terbatas pada jaringan kutan dan hanya
terbatas pada lapisan cornified (ini jaringan tanduk bukan?) yang telah mati, karena
jamurnya tidak dapat menembus jaringan lebih dalam pada pasien yang imunokompeten.
Kemudian akan timbul kulit bersisik karena meningkatnya pergantian epidermal yang
disebabkan inflamasi.

Manifestasi Klinis

Ada tiga bentuk tinea pedis yang dikenali, yaitu interdigutal, moccasin, dan
vesicobullous. Tinea pedis interdigital, bentuk yang paling sering, muncul dengan plak
erimatus dan area keputihan yang lembek antara jari kaki, terutama antara jari ke 4 dan 5.
Biasanya juga ada sisik dan fisura pada bagian perifer. Kondisi ini biasanya juga timbul
gatal. Penyakitnya dapat menyebar ke bagian telapak, samping, dan dorsum kaki. Infeksi
bakteri sekunder dapat menyebabkan erosi, bau kaki, dan koreng.

Bentuk moccasin ditandai dengan plak halus bersisik berwarna silver dengan eritema
pada bagian tumit, telapak kaki, dan aspek lateral kaki. Biasanya tipe ini asimtomatis dan
cukup resisten terhadap pengobatan.

Tinea pedis sesiculobullous, bentuk yang paling jarang, muncul dengan vesikel dan / atau
bula, biasanya pada punggung kaki kaki. Kondisinya sangat gatal.

Erupsi sekunder yang terjadi bersamaan dapat terjadi bagian tubuh lain mungkin karena
reaksi imunologis terhadap jamur. Hal ini disebut sebagai reaksi dermatofitid.

Diagnosis

Diagnosis sering dapat dibuat secara klinis, terutama jika lesinya khas. Namun,
diagnosisnya bisa sulit jika ada penggunaan obat sebelumnya seperti kortikosteroid atau
inhibitor kalsineurin. Tinea incognito mengacu pada dermatofitosis yang telah kehilangan
ciri khas morfologisnya karena penggunaan kortikosteroid atau inhibitor kalsineurin. Jika
diagnosis sulit dilakukan, pemeriksaan potassium hydroxide wet mount (?) dengan
mengikis kulit pada tepi lesi yang aktif atau pada atap vesikel sebaiknya dilakukan. 1
tetes potassium hidroksida 10-20%, dengan atau tanpa dimetil sulfoksida, diberikan ke
kikisan kulit. Spesimen kemudian dipanaskan dengan perlahan untuk mempercepat
penghancuran sel skuamosa jika tidak ada dimetil sulfoksida yang ditambahkan.
Potassium hidroksida melarutkan jaringan epitel, meninggalkan septate hifa (?) yang
mudah dilihat. Namun, hasil negatif tidak selalu berarti infeksi dermatofit dihilangkan
dari kemungkinan, terutama pada kasus2 inflamasi.

Walaupun kultur jamur merupakan gold standar untuk diagnosa, kultur biasanya jarang
dilakukan, kecuali jika diagnosisnya meragukan, infeksinya parah, menyebar luas, atau
resisten terhadap pengobatan. Kultur biasanya mahak dan memakan waktu 7-14 hari
untuk mendapat hasil. Media kultur yang paling sering digunakan adalah Sabouraud’s
peptone-glucose agar. Super-infeksi dengan bakteri gram negatif bisa berakibat
menurunnya sensitivitas dari kultur. Pemeriksaan lampu wood biasanya tidak terlalu
berguna karena lesi dari tinea tidaj berflurosesnsi dibawah lampu wood. Biopsi kulit
untuk pemeriksaan histipatologi dapat berguna jika diagnosisnya meragukan.

Diagnosa Banding

Diagnosa banding dari tinea pedis antara lain dermatitis kontak, dermatitis alergik,
dermatitis atopik, xerosix, dyshidrotic eczema, erythrasma, kandidiasis, psoriasis, dan
pityriasis rubra pilaris.

Komplikasi

Komplikasinya antara lain yaitu infeksi bakteri sekunder dan penyebaran jamur ke bagian
tubuh lain seperti kuku (onychomycosis), selangkangan (tinea kruris), wajah (tinea facei),
area berjenggot (tinea barbae), dan tangan (tinea manuum).

Pengobatan

Tinea pedis yang muncul di permukaan atau terlokalisir biasanya berespons terhadap
antifungal topikal, 2x sehari selama 2-4 minggu. Antifungal topikal yang sering
digunakan antara lain ciclopirox, econazole, clotrimazole, ketoconazole, butenafine,
naftifine dan terbinafine. Dalam uji banding pengobatan campuran (uji coba head-to-head
dan uji coba dengan pembanding umum) yang melibatkan 14 obat antifungal topikal,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara obat-obat antifungal.

Terbinafine mungkin bisa menjadi rencana terbaik untuk mempertahankan keadaan


sembuh. Nystatin tidak efektik terhadap pengobatan tinea pedis. Antifungal topikal
biasanya bereaksi baik dan jarang menimbulkan efek samping, kecuali untuk beberapa
kasus langka bisa menyebabkan dermatitis kontal. Kebanyakan relaps terjadi karena
ketidakpatuhan pasien. Dalam kasus ini, antifungal topikal seperti terbinafine,
sertaconazole, and econazole dapat digunakan sekali sehari untuk meningkatkan
kepatuhan (?).Karena jamur berkembang paling baik di lingkungan yang hangat dan
lembab, pasien harus disarankan untuk memakai kaus kaki dan sepatu yang tidak sempit,
bersih, dan mengeringkan kaki setelah mandi [6]. Bedak antijamur dapat ditempatkan di
sepatu setiap hari. Sepatu juga dapat disterilkan dengan perangkat berbasis ultraviolet-C
(UVC).

Pengobatan sistemik diindikasikan jika lesinya luas, kronis, berulang, resisten, atau tidak
sesuai dengan pengobatan antijamur topikal, jika pasien immunocompromised, atau jika
adanya tanda infeksi pada kuku. Obat antifungal oral yang digunakan untuk pengobatan
tinea pedis antara lain itrakonazol, flukonazol, ketoconazole, terbinafine, dan butenafine.
Pada meta-analisis dari 15 uji coba terkontrol secara acak (n = 1438) antifungal oral,
tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi antara terbinafine dan itrakonazol,
flukonazol dan itrakonazol, dan flukonazol dan ketokonazol. Ditemukan bahwa
terbinafine lebih efektif daripada griseofulvin, yang jarang digunakan sekarang. Terapi
kombinasi antara antifungal topikal dan oral dapat meningkatkan angka kesembuhan.

Prognosis

Prognosisnya baik dengan pengobatan yang tepat. Jika tidak diobati, lesi akan bertahan
dan berkembang.

Anda mungkin juga menyukai