Anda di halaman 1dari 10

Tuesday, May 3, 2011

Infeksi Jamur pada Kulit

Infeksi Jamur pada Kulit

Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung dari
karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum
korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi
dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh
dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.1

Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi menjadi mikosis profunda dan
superfisialis.2

MIKOSIS SUPERFISIALIS

A. DERMATOFITOSIS

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku , yang disebabkan oleh dermatofit. Dermatofit adalah
suatu kelompok jamur yang memiliki kemampuan untuk membentuk perlekatan molekular pada
keratin dan menjadikannya sebagai sumber nutrisi. Dermatofit dapat dibagi menjadi organisme
geofilik, zoofilik dan antropofilik. Organisme geofilik merupakan organisme yang berada di tanah dan
secara sporadik menginfeksi manusia secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi akibat organisme
ini biasanya menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah Microsporum gypseum. Zoofilik, spesies yang
ditemukan di hewan, juga ditransmisikan ke manusia.Transmisinya dapat langsung maupun tidak
langsung. Contohnya M. canis pada kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi.
Antropofilik menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari manusia ke manusia secara
kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan inflamatif
dibandingkan dengan yang bertransmisi secara antropofili. Dermatofit termasuk kelas Fungi
imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.1

Klasifikasi2

Berdasarkan lokasi:

a. Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.

b. Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot.

c. Tinea kruris: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang
sampai perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan.

e. Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.

f. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas (leher
atau badan).

Berdasarkan gambaran klinis:

a. Tinea imbrikata : ditandai susunan skuama yang konsentris.

b. Tinea favosa atau favus : dermatofitosis (infeksi dermatofit kronik) di kulit kepala dan di kuku
yang ditandai dengan terbentuk skutula yang tebal dan kuning dan berbau seperti tikus (mousy
odor).

c. Tinea in kognito : bentuk klinis tidak khas karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.

a. Tinea kapitis1

merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh dermatofit patogen
dari genus Tricophyton dan Microsporum kecuali T. concentricum. Penyebab terbanyak adalah M.
canis.

Epidemiologi

Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 14 tahun. Jarang terjadi pada orang dewasa. Tinea kapitis
sering terjadi pada anak-anak keturunan Afrika. Transmisi meningkat dengan menurunnya
kebersihan diri, padat penduduk, dan status ekonomi rendah.

Gambaran klinis

Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang
terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion.

Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu :

1. Grey patch ringworm

Tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak.
Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul melebar, membentuk bercak,
yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhannya adalah gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak
mengkilat lagi. Semua rambut daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk
alopesia setempat.

Pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekunung-kuningan pada rambut
yang sakit.

2. Kerion
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis beupa pembengkakan yang menyerupai
sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya. Kelainan ini dapat menimbulkan
jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap.

3. Black dot ringworm

Terutama disebabkan oleh Trycophyton tonsurans dan Trycophyton violaceum. Rambut yang
terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh
spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan gambaran yang khas yaitu
black dot.

Diagnosis Banding

Dermatitis seborrheic, dermatitis atopik, impetigo, pustular atau plak psoriasis, foliculitis decalvans.

Pengobatan

Pada Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini dilakukan pengobatan topikal dan
disertai penyinaran dengan sinar X untuk merontokkan rambut di bagian yang sakit. …..

b. Tinea barbe

Epidemiologi

Ditemukan pada pria. Transmisi tersering berasal dari alat cukur.

Etiologi

Sebagian besar disebabkan oleh organisme zoopilik yaitu T. mentagrophytes dan T.verrusocum.

Gambaran Klinis

Unilateral dan lebih sering di jenggot daripada di kumis. Terdapat tiga bentuk, yaitu

1. Tipe inflammatory

Biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Tipe ini analog dengan bentuk
korion pada Tinea kapitis. Bentuk lesinya nodular dengan keropeng seropurulen. Rambut pada area
ini tidak bercahaya, rapuh dan terdapat purulen pada akar rambut.

2. Tipe superfisial

Disebabkan oleh antropofili, bentuk menyerupai bakteri folikulitis dengan eritema yang difus,
perifolikular pustul dan papul. Rambut didaerah ini rapuh dan membuat infeksi endothrix oleh
T.violaceum.

3. Tipe circinate

Tinea barbe circinate memperlihatkan suatu batas vesikulopustular yang aktif dengan pusat yang
bersisik dan mirip seperti Tinea korporis.

Diagnosis banding
Sikosis barbe/vulgaris, perioral dermatitis, candida folikulitis, dermatitis kontak, dan acne vulgaris.

c. Tinea kruris

adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat
bersifat akut atau menahun.

Etiologi

Sebagian besar disebabkan oleh T.rubrum dan Epidermophyton floccosum.

Epidemiologi

Tinea kruris menyebar dengan kontak langsung dan diperburuk dengan panas dan lembab. Terjadi
tiga kali lebih sering pada pria daripada wanita dan terjadi lebih sering pada orang dewasa daripada
anak-anak.

Gambaran klinis

Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah
gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha
merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya.
Efloresensi terdiri dari bermacam-macam bentuk. Bila penyakit ini menjadi menahun dapat berupa
bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya karena garukan.

Diagnosis banding

Candidiasis, intertrigo (dermatitis pada lipatan), seborheic dermatitis, dan psoriasis.

d. Tinea pedis dan Tinea manus (kutu air)

Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Sedangkan
Tinea manus menyerang telapak tangan dan sela-sela jari tangan.

Epidemiologi

Tinea manus didapatkan secara kontak langsung terhadap orang atau binatang yang terinfeksi dan
dari tanah. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak
bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu
atau sering basah.

Etiologi

Disebabkan oleh T.rubrum (yang paling sering), T. mentagrophytes, dan E. floccosum.

Gambaran klinis

1. Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV dan V terlihat fisura
yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke
sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi
berupa kulit putih dan rapuh. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh
bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas yang
disertai gejala-gejala umum.

2. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi
lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.

3. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesikopustul dan kadang-kadang bula. Dimulai dari daerah
sela jari kaki, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih
yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran disebut
koleret. Jamur terletak di atap vesikel.

Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan.

Diagnosis banding

Psoriasis, candidiasis, bakteri pyodermal, dan dyshydrosis.

e. Tinea unguium

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.

Gambaran Klinis

1. Bentuk subungual distalis

Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di
bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.

2. Leukonikia trikofita

Merupakan keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan adanya elemen
jamur.

3. Bentuk subungual proksimalis

Kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.

Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan. Kelainan pada kuku
kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.

f. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine
trichophytique)

Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin).

Epidemiologi

Tinea korporis dapat ditransmisikan secara langsung dari manusia atau hewan yang terinfeksi. Pada
anak-anak lebih sering kontak dengan pathogen zoofilik khususnya M.canis dari anjing atau kucing.
Gambaran klinis

1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas
eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Kadang-kadang terlihat erosi dan
krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang
lain, selain itu dapat terlihat lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang
menjadi satu.

2. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan
ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam
hal ini disebut tinea corporis et cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum
biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.

3. Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut tinea
imbrikata. Dimulai dengan papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum
korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini, setelah beberapa waktu
mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Pada
permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak
menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat
menyerupai iktiosis.

Diagnosis banding

Erythema annulare, nummular eczema, granuloma annulare.

g. Tinea favosa atau favus

merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya
dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan (skutula ) dengan berbagai ukuran. Biasanya dapat tercium bau
tikus (mousy odor) pada penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis
seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan
papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi
jaringan parut.

Tiga spesies dermatofita yang dapat menyebabkan favus yaitu Trichophyton schoenleini,
Trichophyton violaceum, dan Microsporum gypseum.

B. NONDERMATOFITOSIS

1. PITIRIASIS VERSIKOLOR (Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, tinea flava, pitiriasis


versikolor plava dan panau)

Merupakan penyakit jamur superficial yang kronik biasanya tidak memberikan keluhan subyektif,
berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan
dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit
kepala yang berambut.

Patogenesis
Flora normal yang berhubungan adalah Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum ovale. Pitiriasis
versikolor ini merupakan infeksi ringan yang sering terjadi yang Nampak sebagai akibat Malassezia
furor yang tumbuh berlebihan.

Gejala klinis

Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak, berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur,
batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood.
Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik. Kadang-
kadang penderita dapat merasakan gatal ringan.

2. PITIROSPORUM FOLIKULITIS

Merupakan penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh spesies Pitirosporum
berupa papul dan pustule folikular yang biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh,
leher, dan lengan bagian atas.

Etiologi

Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur penyebab
pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebut kembali sebagai Malassezia.

Gejala klinis

Memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Terlihat papul dan pustule perifolikular,
berukuran 2-3 mm diameter dengan peradangan minimal.

3. PIEDRA

Adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut dan
disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra)

Gejala klinis

Menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan keluhan. Krusta melekat erat
pada rambut yang terserang.

Piedra hitam, contoh Piedra hortaihanya menyerang rambut kepala. Jmaur ini menyerang rambut di
bawah kutikel, kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut dan
membentuk benjolan tengguli dan hitam.

Piedra putih, menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna coklat muda dan tidak begitu
melekat pada rambut.

4. TINEA NIGRA PALMARIS

Disebabkan oleh Cladosporium wermeckii adalah infeksi jamur superficial yang asimtomatik pada
stratum korneum. Kelainan kulit berupa macula tengguli sampai hitam. Biasanya yang terserang
adalah telapak tangan.

5. OTOMIKOSIS
Adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang telinga luar yang
ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal.

Gejala klinis

Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau
pendengaran dapat terganggu karena liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur.
Infeksi bakteri dan dan invasi jaringan dibawah kulit menyebabkan nyeri dan dan supurasi.

6. KERATOMIKOSIS

Adalah infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan inflamasi setelah trauma
pada bagian tersebut diobati dengan obat-obat antibiotic dan kortikosteroid.

Gejala klinis

Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit di atas permukaan, berwarna putih kelabu dan
berambut halus. Vaskularisasi sering tidak tampak.

MIKOSIS PROFUNDA

Terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur, dengan gejala klinis tertentu yang
menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus
urogenitalis, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit.

Penyakit ini bersifat kronis. Manifestasinya berupa tumor, infiltrasi peradangan, ulkus atau sinus
tersendiri maupun bersamaan.

Jamur yang menyebabkan mikosis subkutan tumbuh dalam tanah atau pada tanaman yang
membusuk. Beberapa penyakit jamur subkutan yang ditemukan di Indonesia adalah

SPOROTRIKOSIS

Adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii yang masuk ke dalam kulit
melalui trauma dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening.

Lesi lokal terbentuk sebagai pustul, abses, atau tukak, dan saluran getah bening yang berasal dari
tempat ini menjadi tebal dan menyerupai tali. Lesi menunjukkan peradangan menahun dan
granulomatosa yang mengalami nekrosis.

KROMOBLASTOMIKOSIS (Kromomikosis)

Adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur berwarna (demataceous)
yaitu Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, Rhinocladiella aquaspersa, dan Cladosporium
carrionii.

Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit, seringkali pada tungkai atau kaki. Secara lambat,
pertumbuhan mirip kutil tersebar di sepanjang aliran getah bening yang berasal dari daerah yang
terserang. Walaupun jarang, elefantiasis mungkin timbul akibat infeksi sekunder.

MISETOMA
Adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang disebabkan oleh bakteri Actinomyces
dan jamur Nocardia yang merupakan jamur berfilamen. Gejala klinis biasanya terdiri atas
pembengkakan, abses, dan sinus. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen
yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Misetoma timbul bila organisme tanah ini tertanam ke
dalam jaringan subkutan melalui trauma.

KANDIDOSIS

Adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh spesies Candida, dapat
mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru. Yang tersering sebagai penyebab adalah
Candida albikans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang
normal.

Klasifikasi

Berdasarkan tempat yang terkena:

a. Kandisosis selaput lendir:

1. Kandidosis oral (thrush): mengenai bayi. Tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu yang
menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut lain. Terdapat lesi
berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan lidah.

2. Periechem: fisur pada sudut mulut. Faktor predisposisi adalah defisiensi riboflavin

3. Vulvovaginitis: keluhan utama adalah gatal didaerah vulva. Merupakan vulva vagina (keputihan)

4. Balanitis: pada glans penis dan sulkus koronarius glandis

5. Kandidosis mukokutan kronik: karena kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal.

6. Kandidosis bronkopulmonar dan paru.

b. Kandidosis kutis:

1. Lokalisata -daerah intertriginosa

- daerah perianal

2. Generalisata

3. Paronikia dan onikomikosis

4. Kandidosis kutis granulomatosa

c. Kandisosis sistemik

1. Endokarditis

2. Meningitis

3. Pielonefritis
4. Septikemia

Reaksi id (kandidid)

Terjadi karena adanya metabolit kandida. Klinisnya berupa vesikel-vesikel yang bergerombol,
terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan lain mirip dermatofitid. Ditempat tersebut tidak
ada elemen jamur. Bila lesi kandidosis diobati, kandidid akan menyembuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatrick’s Dermatology General Medicine, 6th edition.
New York: McGraw-Hill, 2003.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2007; hal: 321-32

Anda mungkin juga menyukai