Definisi
Dermatofitosis atau tinea adalah penyakit infeksi jamur superfisial yang
menyerang kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh suatu infeksi
dermatofita seperti Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton.
II. Epidemiologi
- Prevalensi infeksi jamur superfisial di seluruh dunia diperkirakan
menyerang 20-25% populasi dunia dan merupakan salah satu
bentuk infeksi kulit tersering.
- Penyakit ini tersebar di seluruh dunia yang dapat menyerang
semua ras dan kelompok umur sehingga infeksi jamur superfisial
ini relatif sering terkena pada negara tropis (iklim panas dan
kelembaban yang tinggi).
- Dari segi usia, data dari beberapa RS di Indonesia menunjukkan
bahwa remaja dan kelompok usia produktif merupakan kelompok
usia terbanyak menderita dermatomikosis superfisialis (tinea
korporis dan tinea kruris) dibandingkan dengan kelompok usia
yang lebih muda atau lebih tua. Kemungkinan karena pada usia
tersebut lebih banyak memiliki faktor predisposisi atau pencetus
misalnya pekerjaan basah, trauma, banyak berkeringat, selain
pajanan terhadap jamur lebih lama.
- Penyebab tinea korporis berbeda-beda di setiap negara, seperti di
Amerika Serikat penyebab terseringnya adalah Tricophyton
rubrum, Trycophyton mentagrophytes, Microsporum canis dan
Trycophyton tonsurans. Di Afrika penyebab tersering tinea
korporis adalah Tricophyton rubrum dan Tricophyton
mentagrophytes, sedangkan di Eropa penyebab terseringnya
adalah Tricophyton rubrum, sementara di Asia penyebab
terseringnya adalah Tricophyton rubrum, Tricophyton
mentagropytes dan Tricophyton violaceum.
III. Etiologi
Dermatofitosis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur
dermatofita yaitu Epidermophyton, Mycrosporum dan Trycophyton.
Terdapat lebih dari 40 spesies dermatofita yang berbeda, yang
menginfeksi kulit dan salah satu penyakit yang disebabkan jamur
golongan dermatofita adalah tinea korporis. Semua dermatofita dapat
menyebabkan tinea korporis, tetapi yang merupakan penyebab tersering
adalah Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes,
Microsporum canis dan Trichophyton tonsurans, sedangkan tinea kruris
kebanyakan disebabkan oleh Trichophyton rubrum dan Epidermophyton
floccosum.
Tinea korporis yang disertai dengan kelainan pada rambut adalah tinea
favosa atau favus. Penyakit ini dimulai di kepala sebagai titik kecil di
bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi
krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Pada
penyakit ini rambut tidak berkilat dan akhirnya terlepas. Biasanya dapat
tercium bau tikus pada penderita ini. Perbedaan tinea korporis yang
disebabkan jamur yg lain, favus ini tidak menyentuh usia akil balik.
Penyakit ini jarang di Indonesia.
V. Patofisiologi
Infeksi Dermatofita diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur
yang dapat tumbuh dan berkembang pada stratum korneum. Pada saat
perlekatan, jamur dermatofita harus tahan terhadap rintangan seperti
sinar ultraviolet, variasi temperatur dan kelembaban, kompetensi
dengan flora normal, spingosin dan asam lemak. Kerusakan stratum
korneum, tempat yang tertutup dan maserasi memudahkan masuknya
jamur ke epidermis. Masuknya dermatofita ke epidermis menyebabkan
respon imun pejamu baik respon imun nonspesifik maupun respon imun
spesifik. Respon imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama
melawan infeksi jamur. Mekanisme ini dapat dipengaruhi faktor umum,
seperti gizi, keadaan hormonal, usia, dan faktor khusus seperti
penghalang mekanik dari kulit dan mukosa, sekresi permukaan dan
respons radang. Respons radang merupakan mekanisme pertahanan
nonspesifik terpenting yang dirangsang oleh penetrasi elemen jamur.
Terdapat 2 unsur reaksi radang, yaitu pertama produksi sejumlah
komponen kimia yang larut dan bersifat toksik terhadap invasi
organisme. Komponen kimia ini antara lain ialah
lisozim,sitokin,interferon,komplemen, dan protein fase akut. Unsur
kedua merupakan elemen seluler,seperti netrofil, dan makrofag, dengan
fungsi utama fagositosis, mencerna, dan merusak partikel asing.
Makrofag juga terlibat dalam respons imun yang spesifik. Selsel lain yang
termasuk respons radang nonspesifik ialah basophil, sel mast,
eosinophil, trombosit dan sel NK (natural killer). Neutrofil mempunyai
peranan utama dalam pertahanan melawan infeksi jamur. Imunitas
spesifik membentuk lini kedua pertahanan melawan jamur setelah
jamur mengalahkan pertahanan nonspesifik. Limfosit T dan limfosit B
merupakan sel yang berperan penting pada pertahanan tubuh spesifik.
Sel-sel ini mempunyai mekanisme termasuk pengenalan dan mengingat
organism asing, sehingga terjadi amplifikasi dari kerja dan
kemampuannya untuk merspons secara cepat terhadap adanya
presentasi dengan memproduksi antibodi, sedangkan limfosit T
berperan dalam respons seluler terhadap infeksi. Imunitas seluler sangat
penting pada infeksi jamur. Kedua mekanisme ini dicetuskan oleh
adanya kontak antara limfosit dengan antigen.
VI. Diagnosis
Pemeriksaan Fisik :
- Effloresensi : Lesi bulat atau lonjong, batas tegas terdiri atas
eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi.
Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir
polisiklik karena beberapa lesi kulit menjadi satu. Khas dari infeksi
ini ada central healing (dibagian tepi meradang, bagian tengah
tenang)
Pemeriksaan penunjang :
- Kerokan kulit dengan menggunakan KOH 10% (+) bila menunjukkan
hifa panjang/pendek dan artospora.
2. Pengobatan Sistemik
yang dapat diberikan pada tinea korporis adalah:
• Griseofulvin
Griseofulvin merupakan obat sistemik pilihan pertama. Dosis
untuk anak-anak 15-20 mg/kgBB/hari, sedangkan dewasa 500-
1000 mg/hari
• Ketokonazol
Ketokonazol digunakan untuk mengobati tinea korporis yang
resisten terhadap griseofulvin atau terapi topikal. Dosisnya adalah
200 mg/hari selama 3 minggu.
• Obat-obat yang relative baru seperti itrakonazol serta terbinafin
dikatakan cukuo memuaskan untuk pengobatan tinea korporis.
VIII. Pencegahan
a. Gunakan handuk tersendiri untuk mengeringkan bagian yang terkena
infeksi atau bagian yang terinfeksi dikeringkan terakhir untuk
mencegah penyebaran infeksi ke bagian tubuh lainnya.
b. Jangan mengunakan handuk, baju, atau benda lainnya secara
bergantian dengan orang yang terinfeksi.
c. Cuci handuk dan baju yang terkontaminasi jamur dengan air panas
untuk mencegah penyebaran jamur tersebut.
d. Bersihkan kulit setiap hari menggunakan sabun dan air untuk
menghilangkan sisa-sisa kotoran agar jamur tidak mudah tumbuh.
e. Jika memungkinkan hindari penggunaan baju dan sepatu yang dapat
menyebabkan kulit selalu basah seperti bahan wool dan bahan sintetis
yang dapat menghambat sirkulasi udara.
f. Sebelum menggunakan sepatu, sebaiknya dilap terlebih dahulu dan
bersihkan debu-debu yang menempel pada sepatu.
g. Hindari kontak langsung dengan orang yang mengalami infeksi jamur
IX. Diagnosis banding
- Psoriasis
Terdapat bercak eritema yang meninggi dengan skuama diatasnya.
Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada pada tahap
penyembuhan sering eritema yg di tengahnya menghilang dan hanya
terdapat di pinggir. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna
putih seperti mika dan transparan.
- Pitriasis Rosea
Dimulai dari lesi pertama, umumnya di badan berbentuk oval dan
anular. Ruam terdiri dari eritema dengan skuama di pinggir
X. Prognosis
Untuk tinea korporis yang bersifat lokal, prognosisnya akan baik
dengantingkat kesembuhan 100% setelah pengobatan dengan azol
topical atau dengan anti jamur sistemik.
-GoodLuck -