Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

DERMATOMIKOSIS

Disusun Oleh:
DITA EVITA HERSAFITRI (1102012069)

Pembimbing :
Dr. Yenni Sp.KK. M.Kes

Kepaniteraan Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Bagian Ilmu Kulit Kelamin RSUD Arjawinangun
3 Juli 2017 – 5 Agustus 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau
regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya. Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah,
air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Ada ribuan spesies yang berbeda dengan
karakteristik yang berbeda yang berada di kelas ini. Mereka terdiri dari dinding sel yang kaku
dan juga memiliki membran inti terikat. Organisme ini gagal untuk photosensitize karena
mereka tidak memiliki klorofil. Karena karakteristik unik dari jamur, mereka telah
dikategorikan ke dalam kelompok yang terpisah, berbeda dari tumbuhan dan hewan.
Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Banyak orang
meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa
menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur.
Banyak anggapan, penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik. Bahkan, jamur bisa
mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang
lanjut usia. Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan
toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya
bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris.
Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis
jamur yang menyerang.
Sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu,
penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat. ''Kita lihat, banyak
masyarakat tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi oleh jamur. Bahkan, jamur bisa mengenai
manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia,''
ujar Jimmy. Oleh karena itu makalah ini membahas tentang berbagai penyakit yang disebabkan oleh
jamur serta gejalanya. Sebelum mengetahui apa saja penyakit nya maka kita akan lebih dulu
mempelajari jenis-jenis jamur tersebut.
Infeksi Jamur pada Kulit
Dari ribuan species ragi dan jamur, sekitar 100 species diantaranya diketahui
dapat mengakibatkan mikosis (infeksi akibat jamur) pada hewan dan manusia.
Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung
dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur
superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua
yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi.
Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang
tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.

Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi menjadi
mikosis profunda dan superfisialis.

Jamur Penyebab Mikosis berdasarkan Lokasi Penyakit

 Dermatofita

Microsporum canis rambut, kulit

Microsporum audouini rambut

Microsporun gypseum kulit, rambut

Trychophyton tonsurans rambut, kulit, buku

Trychophyton rubrum rambut. kulit, kuku

Trychophyton mentagrophytes rambut, kulit

Trychophyton violaceum Rambut,kulit,kuku

Epidermophyton flocosum kulit

 Non-Dermatofita

Pityrosporum orbiculare (Malasezia furfur) kulit Tinea versikolor

Clasdoporium werneckii kulit Tinea nigra

Piedraia rambut Piedra hitam

Trichosporon beigelii rambut Piedra putih


MIKOSIS SUPERFISIALIS

Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah
superfisial, yaitu kulit, rambut, kuku. Bentuk yang paling penting adalah dermatofita,
suatu kelompok jamur serumpun yang diklasifikasikan menjadi 3 genus
Epidennophyton, Microsporum danTrychopyton.

A. Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,


misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku , yang disebabkan oleh
dermatofit. Dermatofit adalah suatu kelompok jamur yang memiliki kemampuan
untuk membentuk perlekatan molekular pada keratin dan menjadikannya sebagai
sumber nutrisi. Dermatofit dapat dibagi menjadi organisme geofilik, zoofilik dan
antropofilik. Organisme geofilik merupakan organisme yang berada di tanah dan
secara sporadik menginfeksi manusia secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi
akibat organisme ini biasanya menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah
Microsporum gypseum. Zoofilik, spesies yang ditemukan di hewan, juga
ditransmisikan ke manusia.Transmisinya dapat langsung maupun tidak langsung.
Contohnya M. canis pada kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi.
Antropofilik menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari manusia ke
manusia secara kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik menyebabkan lesi yang
lebih iritatif dan inflamatif dibandingkan dengan yang bertransmisi secara antropofili.
Dermatofit termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus yaitu
Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.

Gambaran Klinis

Umumnya gejala-gejala klinik yang ditimbulkan oleh golongan geofilik pada


manusia bersifat akut dan sedang dan lebih mudah sembuh. Dermatofita yang
antropofilik terutama menyerang manusia, karena memilih manusia sebagai hospes
tetapnya. Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi
menahun danresidif , karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan. Contoh
jamur yang antropofilik ialah: Mikrosporon audoinii Trikofiton rubrum.
Cara Penularan

Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung.
Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung
jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah. Penularan tak langsung dapat
melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian, debu atau
air. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di
kulit tergantung dari beberapa faktor :

a. Faktor virulensi dari dermatofita

Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik
atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula
satudengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari
tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermatofitonflokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

b. Faktor trauma

Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

c. Faktor-suhu dan kelembaban

Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari
paling sering terserang penyakit jamur ini.

d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan

Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden
penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini
lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.

e. Faktor umur dan jenis kelamin

Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang
dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari
dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping faktor-
faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu
dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat
mempermudah penyakit jamur ini.

Klasifikasi Penyakit Jamur berdasarkan Lokasi

Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang
ditimbulkan sesuai dengan penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh
karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini memerlukan waktu yang agak
lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat
disebabkanoleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran
klinis dapat disebabkan oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi
tubuh yang diserang.

Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi
tempat bagian tubuh yang terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian
dermatofitosis sebagai berikut :

a. Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.


b. Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu, jambang, kumis dan jenggot.
c. Tinea kruris: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.
f. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di
atas (leher atau badan).

Berdasarkan gambaran klinis:

a. Tinea imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik
yang khas ditandai susunan skuama yang konsentris.

b. Tinea favosa atau favus : dermatofitosis (infeksi dermatofit kronik) di kulit kepala
dan di kuku yang ditandai dengan terbentuk skutula yang tebal dan kuning dan berbau
seperti tikus (mousy odor).

c. Tinea in kognito : bentuk klinis tidak khas karena telah diobati dengan steroid
topikal kuat.
Berdasarkan Lokasi
a. Tinea kapitis
merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh
dermatofit patogen dari genus Tricophyton dan Microsporum kecuali T.
concentricum. Penyebab terbanyak adalah M. canis.

Epidemiologi
Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 14 tahun. Jarang terjadi pada orang dewasa.
Tinea kapitis sering terjadi pada anak-anak keturunan Afrika. Transmisi meningkat
dengan menurunnya kebersihan diri, padat penduduk, dan status ekonomi rendah.

Gambaran klinis
Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan
kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion.
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu :
1. Grey patch ringworm
Tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan
pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut.
Papul melebar, membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhannya
adalah gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi. Semua
rambut daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia
setempat. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau
kekunung-kuningan pada rambut yang sakit.
2. Kerion
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis beupa pembengkakan
yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang padat disekitarnya.
Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang
menetap.
3. Black dot ringworm
Terutama disebabkan oleh Trycophyton tonsurans dan Trycophyton
violaceum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di
dalam folikel rambut ini memberikan gambaran yang khas yaitu black dot.
Diagnosis Banding
Dermatitis seborrheic, dermatitis atopik, impetigo, pustular atau plak psoriasis,
foliculitis decalvans.
Pengobatan
Pada Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini dilakukan
pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan sinar X untuk merontokkan
rambut di bagian yang sakit.

b. Tinea barbe
Epidemiologi
Ditemukan pada pria. Transmisi tersering berasal dari alat cukur.
Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh organisme zoopilik yaitu T. mentagrophytes dan
T.verrusocum.
Gambaran Klinis
Unilateral dan lebih sering di jenggot daripada di kumis. Terdapat tiga bentuk, yaitu:
 Tipe inflammatory
Biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Tipe ini analog
dengan bentuk korion pada Tinea kapitis. Bentuk lesinya nodular dengan keropeng
seropurulen. Rambut pada area ini tidak bercahaya, rapuh dan terdapat purulen pada
akar rambut.
 Tipe superfisial
Disebabkan oleh antropofili, bentuk menyerupai bakteri folikulitis dengan eritema
yang difus, perifolikular pustul dan papul. Rambut didaerah ini rapuh dan membuat
infeksi endothrix oleh T.violaceum.
 Tipe circinate
Tinea barbe circinate memperlihatkan suatu batas vesikulopustular yang aktif dengan
pusat yang bersisik dan mirip seperti Tinea korporis.

Diagnosis banding
Sikosis barbe/vulgaris, perioral dermatitis, candida folikulitis, dermatitis kontak, dan
acne vulgaris.
c. Tinea kruris
adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini
dapat bersifat akut atau menahun.

Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh T.rubrum dan Epidermophyton floccosum.
Epidemiologi
Tinea kruris menyebar dengan kontak langsung dan diperburuk dengan panas dan
lembab. Terjadi tiga kali lebih sering pada pria daripada wanita dan terjadi lebih
sering pada orang dewasa daripada anak-anak.
Gambaran klinis
Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh lain. Kelainan kulit
yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi
lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri dari bermacam-macam
bentuk. Bila penyakit ini menjadi menahun dapat berupa bercak hitam disertai sedikit
sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya karena garukan.
Diagnosis banding
Candidiasis, intertrigo (dermatitis pada lipatan), seborheic dermatitis, dan psoriasis.

d. Tinea pedis dan Tinea manus (kutu air)


Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan
telapak kaki. Sedangkan Tinea manus menyerang telapak tangan dan sela-sela jari
tangan.
Epidemiologi
Tinea manus didapatkan secara kontak langsung terhadap orang atau binatang yang
terinfeksi dan dari tanah. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam
kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk
dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah.

Etiologi
Disebabkan oleh T.rubrum (yang paling sering), T. mentagrophytes, dan E.
floccosum.
Gambaran klinis
1. Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV
dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat
meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena
daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa
kulit putih dan rapuh. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi
sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan
dapat pula terjadi erysipelas yang disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai
punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat
papul dan kadang-kadang vesikel.
3. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesikopustul dan kadang-kadang bula.
Dimulai dari daerah sela jari kaki, kemudian meluas ke punggung kaki atau
telapak kaki. Isi vesikel cairan jernih yang kental. Setelah pecah meninggalkan
sisik yang berbentuk lingkaran disebut koleret. Jamur terletak di atap
vesikel. Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan.
Diagnosis banding
Psoriasis, candidiasis, bakteri pyodermal, dan dyshydrosis.

e. Tinea Unguium
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Gambaran Klinis
1. Bentuk subungual distalis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Leukonikia trikofita
Merupakan keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktikan
adanya elemen jamur.
3. Bentuk subungual proksimalis
Kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan.
Kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.
f. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap,
herpes sircine trichophytique)
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(glabrous skin).

Epidemiologi
Tinea korporis dapat ditransmisikan secara langsung dari manusia atau hewan yang
terinfeksi. Pada anak-anak lebih sering kontak dengan pathogen zoofilik khususnya
M.canis dari anjing atau kucing.
Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti
kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka, anggota
gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah. Bentuk yang klasik dimulai
dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan tepi yang aktif. Dengan
perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar dan akhirnya dapat
memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak
aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada
bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda
aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dengan Tinea
kruris.
Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites. Mikrosporon
gipseum, M.kanis, M.audolini. penyakit ini sering menyerupai :
1. Pitiriasis rosea
2. Psoriasis vulgaris
3. Morbus hansen tipe tuberkuloid
4. Lues stadium II bentuk makulo-papular.

Gambaran klinis
1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas
tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di
tepi. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain, selain itu
dapat terlihat lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit
yang menjadi satu.
2. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-
sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et
cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya
dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.
3. Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum
disebut tinea imbrikata. Dimulai dengan papul berwarna coklat, yang
perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari
dasarnya dan melebar. Proses ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari
bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang
konsentris. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan
tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita.
Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis.

Diagnosis banding
Erythema annulare, nummular eczema, granuloma annulare.

g. Tinea Favosa atau Favus


Merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut.
Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula )
dengan berbagai ukuran. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada
penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika.
Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan
papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian
menjadi jaringan parut. Tiga spesies dermatofita yang dapat menyebabkan favus
yaitu Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum, dan Microsporum
gypseum.
B. Nondermatofitosis

a. Pitiriasis Vesikolor (Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, tinea


flava, pitiriasis versikolor plava dan panau)
Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi
disebabkan oleh Malasezia furfur, dan juga merupakan penyakit jamur superficial
yang kronik biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama
halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-
kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan
kulit kepala yang berambut.

Patogenesis
Flora normal yang berhubungan adalah Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum
ovale. Pitiriasis versikolor ini merupakan infeksi ringan yang sering terjadi yang
Nampak sebagai akibat Malassezia furor yang tumbuh berlebihan. Mallasezia furfur,
merupakan organisme saprofit pada kulit normal. Bagaimana perubahan dari i saprofit
menjadi patogen belum diketahui. Organisme ini merupakan "lipid dependent yeast".
Timbulnya penyakit ini juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras,
matahari,peradangan kulit dan efek primer pytorosporum terhadap melanosit.

Gejala klinis
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak, berwarna-warni, bentuk tidak teratur
sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila
dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang.
Kelainan biasanya asimtomatik. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal
ringan.

Morfologi

Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-sel bulat,


bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek dan bengkok,
biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik halus sampai kasar.
Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan ukuran lesi dapat
milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai :


Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama halus
diatasnya dan tepi tidak meninggi.

Bentuk folikuler: Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut

Cara menegakkan diagnosis


Selain mengenal kelainan-kelainan yang khas yang disebabkan oleh Melasezia fulfur
diagnosa pitiriasis versikolor harus dibantu dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai
berikut :
Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%.
Bahan-bahan kerokan kulit di ambil dengan cara mengerok bagian kulit yang
mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alkohol 70%, lalu
dikerok dengan skalpel steril dan jatuhannya ditampung dalam lempeng-lempeng
steril pula. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH% yang
diberi tinta Parker Biru Hitam, Dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup
dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka kelihatan
garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarakjarak tertentu dipisahkan
oleh sekat-sekat atau seperti butir-butiir yang bersambung seperti kalung. Pada
pitiriasis versikolor hifa tampak pendekpendek, lurus atau bengkok dengan disana sini
banyak butiran-butiran kecil bergerombol.
Pembiakan.
Organisme penyebab Tinea versikolor belum dapat dibiakkan pada media buatan.
Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna pada seluruh
daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi akan
memperlihatkan fluoresensi warna emas sampai orange.

Pengobatan
Tinea versikolor dapat diobati dengan berbagai obat yang manjur pakaian, kain sprei,
handuk harus dicuci dengan air panas. Kebanyakan pengobatan akan menghilangkan
bukti infeksi aktif (skuama) dalam waktu beberapa hari, tetapi untuk menjamin
pengobatan yang tuntas pengobatan ketat ini harus dilanjutkan beberapa minggu.
Perubahan pigmen lebih lambat hilangnya. Daerah hipopigmentasi belum akan
tampak normal sampai daerah itu menjadi coklat kembali. Sesudah terkena sinar
matahari lebih lama daerah-daerah yang hipopigmentasi akan coklat kembali.
Meskipun terapi nampak sudah cukup, bila kambuh atau kena infeksi lagi merupakan
hal biasa, tetapi selalu ada respon terhadap pengobatan kembali. Tinea versikolor
tidak memberi respon yang baikterhadap pengobatan dengan griseofulvin. Obat-obat
anti jamur yang dapat menolong misalnya salep whitfield, salep salisil sulfur (salep
2/4), salisil spiritus, tiosulfatnatrikus (25%). Obat-obat baru seperti selenium sulfida
2% dalam shampo, derivatimidasol seperti ketokonasol, isokonasol, toksilat dalam
bentuk krim atau larutan dengan konsentrasi 1-2% sangat berkhasiat baik.
Prognosis
Umumnya baik bila faktor-faktor predisposisi dapat dieliminer dengan baik.
Epidemiologi
Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit) terutama di daerah beriklim
panas. Di Indonesia frekuensinya tinggi. Penularan panu terjadi bila ada kontak
dengan jamur penyebab oleh karena itu kebersihan pribadi sangat penting.
Diagnosis Banding
Penyakit ini harus dibedakan dari dermatitis seboroik, sifilis stadium tua, pitiriasis
rosea vitiligo, morbus hansen dan hipopigmentasi pasca peradangan.

b. Pitirostorum Folikulitis
Merupakan penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh
spesies Pitirosporum berupa papul dan pustule folikular yang biasanya gatal dan
terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas.
Merupakan bentuk klinis yang lebih berat, Malasezia furfur dapat tumbuh dalam
jumlah banyak pada folikel rambut dan kelenjar sebasea. Pada pemeriksaan histologis
organisme tersebut terlihat dilobang folikel bagian infudibulum saluran sebasea dan
sering disekitar dermis. Folikel berdilatasi akibat sumbatan dan terdiri dari debris
keratin.
Secara klinis lesi terlihat eritem, papula folikular atau pustula dengan ukuran 2-4 mm,
distribusinya dipunggung, dada kadang-kadang dibahu, dengan leher dan rusuk.
Bentuknya yang lebih berat disebut Acneifonn folliculitis
Etiologi
Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur
penyebab pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebut kembali sebagai
Malassezia.
Gejala klinis
Memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Terlihat papul dan pustule
perifolikular, berukuran 2-3 mm diameter dengan peradangan minimal.

c. Piedra
Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang memberikan
benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam :
Piedra putih : penyebabnya Piedraia beigeli
Piedra hitam : penyebabnya Piedraia horlal
 Piedra Beigeli
Merupakan penyebab piedra putih, terdapat pada rambut. Jamur ini dapat ditemukan
ditanah, udara,dan permukaan tubuh.
Etiologi
Piedra Beigeli (Trikosporon beigeli) terutama terdapat didaerah subtropis, daerah
dingin, (di Indonesia belum ditemukan)
Morfologi
Jamur ini mempunyai hifa yang tidak berwarna termasuk moniliaceae. Secara
mikroskopis jamur ini menghasilkan arthrokonidia dan blastoconidia.
Patogenesis
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang yang
sudah terkena infeksi.
Gambaran Klinis
Adanya benjolan warna tengguli pada rambut, kumis, jenggot, kepala, umumnya tidak
memberikan gejala-gejala keluhan.
Diagnosis Laboratorium
Diagnosa ditegakkan atas dasar :
- gejala kllinis
- pemeriksaan laboratorium dengan KOH dan kultur pada agar Sabauroud.
Pengobatan
Rambut dicukur atau dikeramas dengan sublimat 1/2000 (5 %0) dalam spiritus
dilutus.
 Piedra Hortal
Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa
benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam). Penyakit ini umumnya
terdapat di daerah-daerah tropis dan subtropis. Terutama terdapat pada rambut kepala,
kumis atau jambang, dan dagu.

Morfologi
Askospora berbentuk seperti pisang. Askospora tersebut dibentuk dalam suatu
kantung yang disebut askus. Askus-askus bersama dengan anyaman hifa yang padat
membentuk benjolan hitam yang keras dibagian luar rambut. Dari rambut yang ada
benjolan, tampak hifa endotrik (dalam rambut) sampai ektotrik (diluar rambut) yang
besarnya 4-8 um berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2 um.
Gambaran Klinis
Pada rambut kepala, janggut, kumis akan tampak benjolan atau penebalan yang keras
warna hitam. Penebalan ini sukar dilepaskan dari corong rambut tersebut. Umumnya
rambut lebih suram, bila disisir sering memberikan bunyi seperti logam. Biasanya
penyakit ini mengenai rambut dengan kontak langsung atau tidak langsung.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar :
1. Gejala klinis
Objektif rambut lebih suram, benjolan bila disisir terasa seperti logam kasar.
2. Laboratorium
a. Langsung dengan KOH 10-20% dari rambut yang ada benjolan tampak hifa
endotrik (dalam rambut pada lapisan kortek) sampai ektotrik (di luar rambut) yang
besar 4-8 mu berwarna tengguli dan ditemukan spora yang besarnya 1-2u
b. Kultur ram but dalam media Saboutound tampak koloni mula-mula tumbuh sebagai
ragi yang berwarna kilning, kemudian dalam 2-4 hari akan berubah menjadi koloni
filamen.

Pengobatan
Sebaiknya rambut dicukur, dapat juga dikeramas dalam larutan sublimat : 1/2000
dalam alkohol dilutus (spiritus 70%) hasil pengobatan akan tampak dalam 1 minggu
4. Tinea Nigra
Disebabkan oleh Cladosporium wermeckii adalah infeksi jamur superficial
yang asimtomatik pada stratum korneum. Kelainan kulit berupa macula tengguli
sampai hitam. Biasanya yang terserang adalah telapak tangan.
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak
kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang
terserang. Makula yang terjadi tidak menonjol pada permukaan kulit, tidak terasa sakit
dan tidak ada tanda-tanda radang. Kadang-kadang makula ini dapat meluassampai ke
punggung, kaki dan punggung tangan, bahkan dapat menyebar sampai dileher, dada
dan muka.Gambaran efloresensi ini dapat berupa polosiklis, arsiner dengan warna
hitam atau coklat hampir sama seperti setetes nitras argenti yang diteteskan pada kulit.
Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang
anakanak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
1.Gejala klinis khas
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Preparat langsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan
adanya hifa dan spora yang tersebar di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u
dan spora berkisar 1-2u.
b. Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar
(SGA), dikeram pada temperatur kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni
menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya tumbuh daerah
yangfilamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus
bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.
Diagnosis Banding
Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium kedua pada telapak tangan,harus
dipikirkan.Melanoma memberikan gambaran klinis yang rnirip. Tinea versikolorpun
memberikan gambaran yang hampir sama.
Pengobatan
Pengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II
atau salep sulfursalisil juga dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparatpreparat
imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol juga berkhasiat baik.\
5. Otomikosis
Adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang
telinga luar yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal. Jamur dapat masuk ke
dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek telinga
yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh merasa
gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak berwarna
merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas
sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi
menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke
membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada infeksi
sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur kontaminasi yaitu
Aspergillus, sp Mukor dan Penisilium.
Diagnosis
Diagnosa didasarkan pada :
1. Gejala klinik
Yang khas, terasa gatal atau sakit diliang telinga dan daun telinga menjadi
merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi
permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu karena liang telinga tertutup oleh
massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri dan dan invasi jaringan dibawah kulit
menyebabkan nyeri dan dan supurasi.
2 .Pemeriksaan Laboratorium
a. Preparat langsung: Skuama dari kerokan kulit Jiang telinga diperiksa
dengan KOH10% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dan kadang-kadang dapat
ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.
b. Pembiakan: Skuama dibiak pada media Sabauroud dekst ditemukan
dekstrosa agar dan dikeram pada temperatur kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu
minggu berupa koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa
lebar dan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat
pada permukaannya.
Diagnosis Banding
Otitis eksterna atau kontak dermatitis pada liang telinga sering memberi gejalagejala
yang sama.
Prognosis
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat.
Pengobatan
Pengobatan ditujukan menjaga agar liang telinga tetap kering jangan lembab dan
jangan mengorek-ngorek telinga dengan barang-barang yang kotor seperti korek api,
garukan telinga atau kapas. Kotoran- kotoran telinga harus selalu dibersihkan.

Larutan timol 2% dalam spiritus dilutus (alkohol 70%) atau meneteskan larutan
burowi 5% satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan desinfektan
biasanya memberi hasil pengobatan yang memuaskan. Neosporin dan larutan gentien
violet 1-2% juga dapat menolong

6. Keratomikosis
Adalah infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan
inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut diobati dengan obat-obat antibiotic dan
kortikosteroid.
Gejala klinis
Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit di atas permukaan, berwarna putih
kelabu dan berambut halus. Vaskularisasi sering tidak tampak.

MIKOSIS PROFUNDA
Terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur, dengan gejala
klinis tertentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis,
traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular, susunan saraf
sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit.
Penyakit ini bersifat kronis. Manifestasinya berupa tumor, infiltrasi
peradangan, ulkus atau sinus tersendiri maupun bersamaan. Jamur yang menyebabkan
mikosis subkutan tumbuh dalam tanah atau pada tanaman yang membusuk. Beberapa
penyakit jamur subkutan yang ditemukan di Indonesia adalah:
a. Sporotikosis
Adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii yang
masuk ke dalam kulit melalui trauma dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening. Lesi lokal terbentuk sebagai pustul, abses, atau tukak, dan saluran getah
bening yang berasal dari tempat ini menjadi tebal dan menyerupai tali. Lesi
menunjukkan peradangan menahun dan granulomatosa yang mengalami nekrosis.

b. Keomoblastomikosis (Kromomikosis)
Adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur
berwarna (demataceous) yaitu Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi,
Rhinocladiella aquaspersa, dan Cladosporium carrionii. Jamur masuk melalui trauma
ke dalam kulit, seringkali pada tungkai atau kaki. Secara lambat, pertumbuhan mirip
kutil tersebar di sepanjang aliran getah bening yang berasal dari daerah yang
terserang. Walaupun jarang, elefantiasis mungkin timbul akibat infeksi sekunder.
Penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang disebabkan oleh bakteri
Actinomyces dan jamur Nocardia yang merupakan jamur berfilamen. Gejala klinis
biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, dan sinus. Di dalam sinus ditemukan
butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat.
Misetoma timbul bila organisme tanah ini tertanam ke dalam jaringan subkutan
melalui trauma.

c. Kandidiosis
Adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh
spesies Candida, dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru. Yang
tersering sebagai penyebab adalah Candida albikans yang dapat diisolasi dari kulit,
mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal.

Klasifikasi Kandidiosis
Berdasarkan tempat yang terkena:
a. Kandisosis selaput lendir:
1. Kandidosis oral (thrush): mengenai bayi. Tampak pseudomembran putih
coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan
permukaan rongga mulut lain. Terdapat lesi berwarna putih di tepi atau di
bawah permukaan lidah.
2. Periechem: fisur pada sudut mulut. Faktor predisposisi adalah defisiensi
riboflavin
3. Vulvovaginitis: keluhan utama adalah gatal didaerah vulva. Merupakan vulva
vagina (keputihan)
4. Balanitis: pada glans penis dan sulkus koronarius glandis
5. Kandidosis mukokutan kronik: karena kekurangan fungsi leukosit atau sistem
hormonal.
6. Kandidosis bronkopulmonar dan paru.

b. Kandidosis kutis:
1. Lokalisata -daerah intertriginosa
- daerah perianal
2. Generalisata
3. Paronikia dan onikomikosis
4. Kandidosis kutis granulomatosa

c. Kandisosis sistemik
1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis
4. Septikemia

Reaksi id (kandidid)
Terjadi karena adanya metabolit kandida. Klinisnya berupa vesikel-vesikel
yang bergerombol, terdapat pada sela jari tangan atau bagian badan lain mirip
dermatofitid. Ditempat tersebut tidak ada elemen jamur. Bila lesi kandidosis
diobati, kandidid akan menyembuh.
DAFTAR PUSTAKA

1. Freddberg IM, Elsen AZ, Wolff K, et al: Fitzpatrick’s Dermatology General


Medicine, 6th edition. New York: McGraw-Hill, 2003.

2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi


kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; hal: 321-323

Anda mungkin juga menyukai