Anda di halaman 1dari 17

SPOROTRIKOSIS

Elliza, S.Ked
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK UNSRI/RSMH PALEMBANG
2011

PENDAHULUAN
Sporotrikosis adalah inIeksi jamur akut atau kronik yang disebabkan oleh
Sporothrix schenckii.
1
ManiIestasi awal mungkin satu nodul kecil yang dapat
sembuh dan menghilang sebelum timbul lesi lainnya. Dalam perjalanan beberapa
minggu nodul umumnya berkembang sepanjang aliran limIatik. Lesi ini pada
awalnya kecil, merah kehitaman, tanpa rasa sakit, dan berbatas tegas. Saat itu kulit
di atas yang menjadi penyokongnya mungkin terjadi ulkus.
2
Tanda-tanda inIeksi termasuk nodul subkutan supuratiI yang berkembang
secara proksimal sepanjang aliran limIatik (limIokutaneus sporotrikosis). InIeksi
paru primer (sporotrikosis pulmonal) atau inokulasi langsung ke dalam tendon
atau otot jarang timbul. Sporotrikosis osteoartikular muncul dari inokulasi
langsung atau persemaian hematogen. Penyebaran inIeksi yang muncul dengan
penyebaran lesi kutan dan keterlibatan beberapa organ dalam jarang terjadi, hal ini
seringnya pada pasien dengan AIDS.
3
Tidak ada batasan geograIis terhadap kejadian dari sporotrikosis. Siapapun
dapat terinIeksi penyakit ini, tapi orang yang bekerja dengan tanaman berduri,
lumut sphagnum, atau jerami yang terkontaminasi dengan jamur ini memiliki
resiko tinggi. Karena itu inIeksi lebih sering terjadi diantara tukang kebun yang
bekerja dengan mawar, lumut, jerami dan tanah.
2,3
Sporotrikosis berkembang
lambat gejala pertama muncul dalam 1-12 minggu (rata-rata 3 minggu) setelah
pemaparan pertama oleh jamur. Sporotrikosis terutama mempengaruhi kulit dan
daerah dekat pembuluh limIatik.
3
Tujuan telaah ilmiah ini adalah untuk
mengetahui dengan lebih jelas etiologi, gambaran klinis, dan diagnosis
sporotrikosis sehingga penatalaksanaan dapat lebih tepat.

DEFINISI
Sporotrikosis adalah inIeksi jamur akut atau kronik yang disebabkan oleh
Sporothrix schenckii.
1
Sporotrikosis merupakan inIeksi jamur subkutan atau
sistemik yang disebabkan oleh jamur dimorIik Sporothrix schenckii.
4
InIeksi ini
ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di
atas sering melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen.
5

ETIOLOGI
Sporotrikosis disebabkan oleh spesies tunggal, jamur dimorIik S.
schenckii. Penyakit ini terjadi di negara dua iklim dan daerah tropis. Dalam
kebanyakan kasus sporotrikosis kutan, jamur masuk ke dalam kulit atau membran
mukosa oleh trauma, seperti pada luka tusuk kecil yang disebabkan oleh duri atau
serpihan-serpihan, atau mungkin gigitan serangga. Sporotrikosis sistemik jarang
terjadi, dan pintu masuk dianggap paru-paru. Masa inkubasi bervariasi, tetapi
umumnya 8-30 hari.
1
Penyebab penyakit ini adalah Sporothrix schenckii yang dapat hidup di
tanah, hewan, tumbuh-tumbuhan dan sayuran yang telah membusuk. Spora jamur
masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka pada kulit dan sangat jarang melalui
inhalasi. Keadaan imunitas seseorang sangat berperan dalam mendapatkan inIeksi
sporotrikosis. Penyakit ini dapat mengenai organ lain, seperti paru, tulang, sendi,
selaput lendir dan susunan saraI pusat.
3

Sporothrix schenckii merupakan sebuah jamur dimorIik yang tumbuh
dalam bentuk ragi pada suhu 37
0
C dan dalam bentuk miselium pada suhu
ruangan. Penyakit kulit yang biasanya muncul adalah dermatitis granulomatos
palisading yang dikelilingi abses supuratiI stelata. Organisme muncul sebagai ragi
cigar-shaped dalam jaringan, tetapi kasus ini jarang terjadi di Amerika Utara.
Pada kasus sporotrikosis di Asia, organisme sering lebih banyak. Asteroid dan
elemen miselium lazim di daerah sporotrikosis limIangitik.
2


Sporothrix schenckii
KlasiIikasi Kingdom: Fungi
Division: Ascomycota
Class: Euascomycetes
Order: Ophiostomatales
Family: Ophiostomataceae
Genus: Sporothrix
Species: S. schenckii

Sporothrix schenckii adalah jamur yang sering ditemukan di semak-
semak bunga mawar, barberi, lumut sIagnum dan jerami. Ia tampak sebagai sel-
sel bertunas yang gram-positiI, berbentuk bulat kecil sampai berbentuk cerutu dan
merupakan jamur dimorIik. Pada biakan dalam suhu kamar dengan agar
Sabouraud, dalam 3-5 hari terbentuk koloni-koloni berwarna cokelat sampai
hitam, melipat, menyerupai kulit (pembentukan pigmen dari berbagai strain
S.schenckii bervariasi). Konidia sederhana berbentuk ovoid terdapat berkelompok
pada ujung konidioIor yang ramping dan panjang (menyerupai bunga aster).
Biakan pada suhu 37C akan menghasilkan sel-sel bertunas berbentuk sIeris
sampai ovoid. Koloni-koloni mudanya kadang berwarna putih pada suhu 25C
atau ketika diinkubasi pada suhu 37C untuk menghasilkan Iase ragi sebagai salah
satu bentuk dimorIiknya. Sedangkan koloni-koloni yang lebih tua akan menjadi
berwarna hitam untuk memproduksi konidia hitam yang nantinya akan muncul
langsung dari hiIa sebagai Iase keduanya. Demikanlah proses tersebut terus
berjalan hingga terbentuk lagi generasi berikutnya.
6
Sporothrix schenckii juga dijuluki sebagai rose pickers disease. Karena
ternyata Sporothrix schenckii adalah jamur yang sering ditemukan di semak-
semak bunga mawar, barberi, lumut sIagnum dan jerami. Dan pada bunga mawar,
biasanya dia hidup pada durinya, dan jamur ini dapat masuk ke dalam tubuh
manusia apabila manusia tertusuk oleh durinya sehingga yang sering terkena
adalah petani, tukang kebun dan holtikulturis. Sporothrix schenckii tersebar luas

di alam pada tumbuh-tumbuhan (khususnya sIagnum di AS), duri, sisa-sisa kayu ;


dalam tanah ; dan pada hewan yang terinIeksi.
6

Sporothrix schenckii adalah suatu jamur dimorIik yang hidup pada
tumbuh-tumbuhan atau kayu. DimorIik adalah suatu bentuk perkembangbiakan
dari jamur, dimana terjadi dua Iase sekaligus (generatiI ataupun vegetatiI).


Gambar 1. Konidia Sederhana


Gambar 2. Sel-sel Bertunas

Gambar 3. Koloni Putih


Pertama-tama konidia sederhana berbentuk ovoid
terdapat berkelompok pada ujung konidioIor yang
ramping dan panjang (menyerupai bunga aster).
Pada suhu 37C akan menghasilkan sel-sel
bertunas berbentuk sIeris sampai ovoid.
Koloni-koloni mudanya kadang berwarna putih pada
suhu 25 C atau ketika diinkubasi pada suhu 37C
untuk menghasilkan Iase ragi sebagai bentuk
dimorIiknya. Bentuk ragi dalam jaringan dapat
diwarnai dengan metenamin Gomori dan pewarna
jamur lainnya (walau seringkali tidak terlihat).


Gambar 4. Konidia Hitam
EPIDEMIOLOGI
Kurang dari 20 kasus sporotrikosis didiagnosis di Inggris dan telah
dipublikasikan. Penyakit ini umumnya terjadi di Perancis antara tahun 1905 -
1920, dan kadang-kadang kasus lain dilaporkan dari negara Eropa lainnya.
Sporotrikosis terjadi secara sporadis di Amerika Utara, Selatan dan Tengah,
Mesir, Jepang dan Australia dan memiliki secara khusus cenderung terjadi di
daerah pertambangan AIrika Selatan. Angka kejadian dan kemungkinan distribusi
geograIis tergantung pada iklim.
1
Tampaknya tidak ada batasan geograIis terhadap kejadian dari
sporotrikosis. Paling sering invasi utama dilihat sebagai suatu penyakit akibat
kerja di kebun, toko bunga, dan buruh berikut luka oleh duri, jerami atau lumut
sphagnum. Patogen umumnya hidup sebagai saproIit pada rumput, semak, dan
tanaman lainnya. Anyelir, mawar semak-semak, semak barberry, dan lumut
sphagnum merupakan sumber umum. InIeksi mungkin juga dicatat setelah
sengatan serangga. Kelembaban tinggi dan suhu tinggi mendukung inIeksi.
Epidemi sporotrikosis diantara penambang berlian di AIrika Selatan berasal dari
inokulasi organisme melalui gosokan balok kayu pada tambang. Secara
eksperimen, telah diproduksi di banyak laboratorium hewan, dan kasus spontan
telah diamati pada kuda, anjing, kucing, dan tikus. Pada kucing, sporotrikosis
umumnya menghasilkan perluasan penyakit. Organisme ini dapat ditemukan di
cakar, dan tertular ke manusia melalui goresan kucing. Wabah terkait dengan
eksposur kucing telah didokumentasikan.
2

Sedangkan koloni-koloni yang lebih tua akan menjadi
berwarna hitam untuk memproduksi konidia hitam
yang nantinya akan muncul langsung dari hiIa.
Demikanlah proses tersebut terus berjalan hingga
terbentuk lagi generasi berikutnya.
6

Sporothrix schenckii dapat dijumpai di seluruh dunia. InIeksi muncul pada


negara yang memiliki 2 musim dan beriklim tropis. Bisa dijumpai di utara,
selatan, tengah Amerika termasuk bagian selatan USA dan Meksiko. Negara yang
lain seperti AIrika, Eropa, Jepang dan Australia. Negara-negara yang memiliki
angka inIeksi yang tinggi seperti : Meksiko, Brazil dan AIrika Selatan.
Bagaimanapun, kadang-kadang daerah yang hiperendemis memiliki kasus yang
luas, di USA inIeksi paling banyak terjadi di bagian tengah lembah sungai. InIeksi
sekarang ini jarang dijumpai di Eropa. Di alam, jamur tumbuh di daun sayur-
sayuran busuk, kayu-kayu busuk, gigi tikus, paruh burung. Meskipun biasanya
kasus ini menyebabkan inIeksi yang sporadis, sporotrikosis mengenai kelompok
pekerja yang terpapar langsung dengan organisme, tukang kebun, pekerja hutan
dan orang yang suka berekreasi dengan bersentuhan langsung dengan tumbuh-
tumbuhan tersebut. Organisme ini biasanya masuk ke kulit melalui trauma luka.
4,7
Semua kelompok usia dapat terkena, namun lebih sering pada usia dewasa.
Sporotrikosis lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan.
Beberapa pekerjaan yang rentan terhadap inIeksi ini antara lain: pekerja di kebun,
petani, pekerja bunga, buruh, pekerja pertanian, pekerja kehutanan, produsen
kertas, penambang emas, pekerja laboratorium, di Uruguay, 80 kasus terjadi
setelah sebuah goresan oleh armadillo. Adapun Iaktor risikonya untuk
sporotrikosis kutan adalah penyakit diabetes mellitus dan alkoholism, sedangkan
untuk penyakit diseminata adalah inIeksi HIV, penyakit hematologi dan
limIoproliIerasi, dan terapi imunosupresiI.
8
Enam kasus sporotrikosis dicatat di Delhi (daerah non-endemik) pada
pendatang dari Uttarakhand selama satu tahun (2008-2009). Sporotrichosis
merupakan penyakit endemik di Uttarakhand, negara utara-barat di wilayah sub-
Himalaya.
9
Sedangkan di RSUP H. Adam Malik pertahunnya dijumpai hanya 1-2
kasus. Tetapi pada paska Tsunami ditemukan sampai dengan 7 kasus
sporotrikosis.
10

PATOGENESIS
Sporothrix schenckii dijumpai di tanah, kayu dan tumbuh-tumbuhan.
Jamur ini terutama tumbuh baik di tanah yang kaya akan bahan organik. Pada
lingkungan yang hangat dengan kelembaban tinggi, jamur juga dapat tumbuh pada
tumbuhan dan pohon bark. Kebanyakan kasus Sporotrikosis didapat dari
lingkungan, sebagai akibat dari kontak antara kulit yang luka dengan spora jamur.
Luka penetrasi dari tumbuhan mati dan bahan lain seperti serpihan kayu, lumut
sphagnum, duri atau rumput kering sering menjadi inIeksi. Gigitan, garukan,
cakaran dan sengatan dari beragam binatang, burung dan serangga dapat juga
menginokulasikan organisme ke dalam luka melalui spora yang terbawa di
permukaan tubuh. Jarang, inhalasi menyebabkan penyakit dalam bentuk
pulmonal.
3

Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Spora
masuk melalui luka. Mula-mula timbul papula atau nodula subkutan, disusul
pembengkakan proksimal dari lesi (sesuai aliran getah bening). Papula atau
nodula tersebut kemudian pecah membentuk ulkus granulomatosa disertai
peradangan pembuluh limIe yang menyebar mengikuti aliran pembuluh limIe.
1,3

GAMBARAN KLINIS
Secara klinis sporotrikosis dibagi menjadi 2 jenis yaitu Subkutan
Sporotrikosis dan Sistemik Sporotrikosis isseminated Sporotrichosis).
Subkutan sporotrikosis jauh lebih sering terjadi dan digolongkan menjadi dua
bentuk yaitu Lymphangitic dan Fixed Infection.
4
Berikut ini gambaran klinisnya:

A. Subkutan Sporotrikosis
1. Tipe limIokutan (Lymphangitic Sporotrichosis)
Bentuk ini paling sering dijumpai. Bentuk klasik dimulai dengan
papula merah muda dan tidak sakit, pustula dan nodus yang kemudian
mengalami ulserasi dengan dasar nekrosis di daerah inokulasi, disebut
sebagai Sporotrikosis chancre. InIeksi kemudian meluas mengikuti aliran
getah bening secara asenden dan membentuk satu rantai nodus subkutan
yang keras seperti tali dalam waktu beberapa minggu.
3,4,8

Pada tipe ini inIeksi terbatas pada kulit, pembuluh getah bening
dan jaringan subkutan. Bila terjadi penurunan imunitas akan terjadi inIeksi
sistemik. InIeksi primer terjadi pada daerah ekstremitas dan letaknya
unilateral. Bila inokulasi primer terjadi pada daerah wajah, akan terbentuk
nodus satelit akibat penyebaran melalui pembukuh getah bening yang
arahnya berbeda-beda. Lesi ini selalu melibatkan ekstremitas, khususnya
tangan dan lengan.
3,4,8

2. Fixed cutaneous plaque) sporotrichosis
Terjadi pada 15 kasus. Biasanya terlihat pada area geoIraIis
dimana sporotrikosis endemis dan orang mempunyai derajat imunitas yang
tinggi. InIeksi hanya terbatas pada daerah inokulasi dan tidak melibatkan
pembuluh getah bening. Gambaran klinis sangat bervariasi, antara lain
dapat berupa krusta tebal yang menutupi ulkus, erosi, pioderma, papula
yang mengalami inIiltrasi dan plak menyerupai sarkoid, plak verukosa,
plak psoriasis dan selulitis muka. Sering dijumpai lesi satelit kecil-kecil.
Daerah yang paling sering terkena inIeksi adalah muka, leher dan
badan.
3,4,8

Gambar 5. Sporotrikosis: tipe limIangitik akut X, 78 tahun,
berkebun dengan nodul tender pada tangan dan lengan selama 4
minggu. Nodul eritematosa searah linier dengan saluran limIatik
pada dorsum tangan dan lengan bawah S. schenckii diisolasi pada
kultur dari spesimen biopsi lesi


Gambar 6: Sporotrikosis tipe limIangitis kronis. Sebuah
papul eritematosa di lokasi inokulasi pada jari telunjuk
dengan susunan linear kulit eritem dan nodul subkutan
memperluas ke proksimal pada pembuluh limIatik dorsum
tangan dan lengan.
B. Sporotrikosis Diseminata
Bentuk ini jarang dijumpai dan dapat mengenai tulang, sendi, mukosa
(mulut, hidung, mata), susunan saraI pusat (meningen), ginjal, hati, usus
dan genitalia. Pada beberapa kasus Sporothrix schenckii menyebar dari lesi
kutan, sementara peyebaran yag lain muncul tanpa tanda-tanda kutan. Lesi
di kulit dapat berupa krusta bernodul, ulkus yang mungkin konIluen dan
menyebar. Distribusi lesi tersebar, biasanya mengenai sebagian telapak
tangan dan telapak kaki.
3,4,8

GAMBARAN HISTOPATOLOGI
Dari granuloma yang terinIeksi, pada dinding lesi ditemukan sel
polimorIonuklear, eosinoIil dan makroIag. Pada bagian periIer ditemukan banyak
sel epiteloid dan sel raksasa langerhan. Edema epidermis dengan tanda radang
kronik. Jamur jika terlihat, biasanya berukuran keci (3-5 m), berbentuk seperti
cerutu (cigar-shaped) atau ragi oval, dikelilingi oleh pinggiran, eosinoIilik tebal
memancarkan membentuk tubuh asteroid yang khas.
3,4

PEMERIKSAAN PENUN1ANG
O Kultur
Sediaan diambil dari lesi atau bahan eksudat dengan kuret atau biopsi dan
dibiakkan dalam agar saburoud. Cara ini bermakna untuk menegakkan
diagnosis. Pada agar sabouraud, koloni-koloni tampak khas dengan
pengelompokkan konidia. Jamur ini berubah menjadi morIologi ragi selama
inkubasi pada suhu 37C.
3,6

O Tes preparat langsung : ditemukan granula sulIur.
3

O Pemeriksaan KOH 10 : tampak hiIa bercabang dan bersepta.
3

O Pemeriksaan histopatologik
Organisme jarang ditemukan pada jaringan sehingga cara ini sulit digunakan
untuk membuat diagnosis.
O Tes imunoIlorosensi langsung
Dengan cara ini cepat terdiagnosis sporotrikosis karena tes ini sensitiI dan
spesiIik.
O Tes sporotrikin
Kegunaan tes ini hanya bernilai untuk memastikan adanya pajanan terhadap
jamur.
O Tes darah rutin.
O Tes serologis.
Aglutinasi suspensi sel ragi atau partikel-partikel lateks yang diliputi oleh
antigen timbul dalam titer tinggi pada serum penderita yang terinIeksi, tetapi
hal ini tidak diagnostik.
6

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik yang khas dan pemeriksaan
penunjang terutama kultur jamur.
3


DIAGNOSIS BANDING
O SkroIuloderma
Nodul-nodul tapi tanpa tanda radang, dan tidak mengikuti jalannya aliran
limI dan uji tuberkulin ().
O Ulkus tropikum
Ulkus menggaung, soliter, eksudasi, granula sulIur (-). Pada pemeriksaan
preparat langsung dijumpai Borrelia vincenti.
O SiIilis stadium II
Papula-papula eritematosa dengan pembesaran kelenjar limI generalisata.
O Leishmaniasis
O Pioderma
3


PENATALAKSANAAN
Pengobatan sporotrikosis tergantung pada berat dan lokasi penyakit.
Sporotrikosis diobati dengan obat-obat anti jamur termasuk itrakonazol,
ketokonazol, amIoterisin B dan Ilusitosin. Kalium dan natrium yodida juga
digunakan untuk bentuk kutaneus dan limIokutaneus.
3

Dua bentuk sporotrikosis tersebut hampir selalu berhasil dengan terapi
tersebut. Sedangkan tipe yang diseminta lebih susah untuk diobati dan
memerlukan penatalaksanaan jangka panjang. Pengangkatan jaringan mati dan
pembedahan juga diperlukan jika sendi juga ikut terlibat. Penatalaksanaan seumur
hidup diperlukan bagi orang-orang dengan inIeksi AIDS untuk mencegah
kekambuhan. Bentuk yang menyerang paru-paru sulit untuk diterapi atau diobati
dan sehubungan dengan obat, tindakan pembedahan dapat dicoba. Terapi topikal
tidak eIektiI.
3,11
O Kalium Yodida
Untuk bentuk kutan, kalium iodida dalam dosis 2 sampai 6 g/hari
tetap eIektiI dan pilihan terapi yang murah, dan mungkin eIektiI dalam
kasus-kasus di mana terapi itraconazole gagal. Terapi iodida biasanya
membutuhkan 6 sampai 12 minggu pengobatan. Umumnya, permulaan
terbaik dengan lima tetes dari larutan jenuh dalam grapeIruit atau jus jeruk

tiga kali sehari setelah makan. Juga dapat dimasukkan ke susu, tapi rasa
kuat jus jeruk lebih baik disamarkan. Dosis harus ditingkatkan bertahap
hingga 30-50 tetes yang digunakan tiga kali sehari .Obat ini tidak cocok
untuk wanita hamil.
EIek samping dari terapi iodida termasuk mual, muntah,
pembengkakan kelenjar parotis, ruam acneiIorm, coryza, bersin,
pembengkakan pada kelopak mata, hipotiroidisme, meningkat lakrimasi
dan air liur, suar dari psoriasis, dan kadang-kadang depresi. Sebagian besar
eIek samping dapat dikontrol dengan menghentikan obat selama beberapa
hari dan penurunan dosis. Aplikasi kompres panas lokal, paket panas, atau
bantal pemanas dua kali sehari telah dianjurkan sebagai tambahan yang
berguna, sebab S.scltenck:i intoleransi terhadap suhu di atas 38,5 'C (101'
F).
2
O Ketokonazol
Dosis 100-200 mg/hari selama 1 bulan berhasil baik.
3

O Itrakonazol dan Flukonazol
Merupakan obat anti jamur. Itrakonazol merupakan pilihan terbaru anti
jamur dan secara signiIikan lebih eIektiI dibanding Ilukonazol. Itrakonazol
umumnya aman dan ditoleransi dengan baik, dan tingkat relaps rendah.
Flukonazol biasanya diberikan pada pasien yang tidak bisa menoleransi.
Dosis itrakonazol 100-200 mg/hari selama 1 bulan. Dosis Ilukonazol 150
mg/hari selama 2 bulan.
1,2,3,4,11

O TerbinaIin
TerbinaIin bisa menjadi alternatiI terapi lain untuk mengobati penyakit ini.
dosis 250 mg/hari. Agen anti jamur alilamin Iungisidal. Dianggap sebagai
agen lini ke-3 melawan sporotrikosis.
1,3,4,11

O AmIoterisin B
Pengobatan anti jamur ini diberikan secara intravena. Kebanyakan pasien,
bagaimanapun, tidak dapat mentoleransi amIoterisin B sehubungan dengan
eIek samping potensial seperti demam, mual dan muntah. Pada kasus

sporotrikosis meningitis, pasien dapat diberikan kombinasi amIoterisin B


dan 5-Ilorositosin. Dosis amIoterisin B 0,5 mg/kg/hari.
2,3

O Pembedahan
Pada kasus inIeksi tulang dan nodul kavitas di paru, pembedahan mungkin
perlu.
3


PROGNOSIS
O Umumnya baik
O Respon baik terhadap terapi, namun dapat terjadi kekambuhan setelah
selesai terapi.
O Menunjukkan sedikit kecenderungan untuk sembuh secara spontan.
O isseminated infection pada orang yang terinIeksi HIV akan merespon
buruk terhadap semua bentuk terapi.
8

KOMPLIKASI
Sporotrikosis dapat berkembang menjadi penyakit lain, diantaranya selulitis,
sarkoidosis dan tuberkulosis.
3


PENCEGAHAN DAN EDUKASI PASIEN
Pasien harus dinasehati untuk mengambil langkah pencegahan
sporotrikosis. Pencegahan termasuk : memakai sarung tangan, sepatu boot dan
pakaian yang melindungi tangan dan kaki dari material yang dapat menggaruk
atau melukai permukaan kulit.
3

Yang utama dari kasus sporotrikosis ini muncul ketika jamur masuk
melalui kulit yang terpotong atau kulit luka pada saat berhubungan langsung
dengan tanaman yang mengandung spora jamur. Sarung tangan juga digunakan
bila berhubungan dengan hewan, biasanya kucing. Setelah sarung tangan dilepas,
tangan harus dicuci dengan bersih dengan menggunakan bahan-bahan desinIeksi
seperti klorheksidin, povidon iodine atau bahan-bahan yang mengandung anti
Iungal. Kontak langsung dengan lumut sphagnum juga harus dihindari serta
material yang bisa menjadi tempat hidup sporotrikosis.

KESIMPULAN
O Sporotrikosis adalah inIeksi jamur akut atau kronik, mengenai subkutan
atau sistemik yang disebabkan oleh jamur dimorIik Sporothrix
schenckii.
1,4

O Sporothrix schenckii merupakan sebuah jamur dimorIik yang tumbuh
dalam bentuk ragi pada suhu 37
0
C dan dalam bentuk miselium pada suhu
ruangan. Masa inkubasi bervariasi, tetapi umumnya 8-30 hari.
O Sporotrikosis terjadi secara sporadis di seluruh dunia. Kurang dari 20
kasus sporotrikosis didiagnosis di Inggris dan telah dipublikasikan. Enam
kasus sporotrikosis dicatat di Delhi (daerah non-endemik) pada pendatang
dari Uttarakhand selama satu tahun (2008-2009).Sporotrikosis merupakan
penyakit endemik di Uttarakhand, negara utara-barat di wilayah sub-
Himalaya.
9
Sedangkan di RSUP H. Adam Malik pertahunnya dijumpai
hanya 1-2 kasus. Tetapi pada paska Tsunami ditemukan sampai dengan 7
kasus sporotrikosis.
10

O Secara klinis sporotrikosis dibagi menjadi 2 jenis yaitu Subkutan
Sporotrikosis dan Sistemik Sporotrikosis isseminated Sporotrichosis).
Subkutan sporotrikosis jauh lebih sering terjadi dan digolongkan menjadi
dua bentuk yaitu Lymphangitic dan Fixed Infection. Tipe limIokutan
(Lymphangitic Sporotrichosis) dimulai dengan papula merah muda dan
tidak sakit, pustula dan nodus yang kemudian mengalami ulserasi dengan
dasar nekrosis di daerah inokulasi, disebut sebagai Sporotrikosis chancre.
Pada fixed cutaneous plaque) sporotrichosis gambaran klinis sangat
bervariasi, antara lain dapat berupa krusta tebal yang menutupi ulkus,
erosi, pioderma, papula yang mengalami inIiltrasi dan plak menyerupai
sarkoid, plak verukosa, plak psoriasis dan selulitis muka. Sering dijumpai
lesi satelit kecil-kecil. Sedangkan pada sporotrikosis diseminata dapat
mengenai tulang, sendi, mukosa (mulut, hidung, mata), susunan saraI
pusat (meningen), ginjal, hati, usus dan genitalia.
O Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik yang khas dan
pemeriksaan penunjang terutama kultur jamur.

O Sporotrikosis diobati dengan obat-obat anti jamur termasuk itrakonazol,


ketokonazol, amIoterisin B dan Ilusitosin. Kalium dan natrium yodida juga
digunakan untuk bentuk kutaneus dan limIokutaneus. Dua bentuk
sporotrikosis tersebut hampir selalu berhasil dengan terapi tersebut.
Sedangkan tipe yang diseminta lebih susah untuk diobati dan memerlukan
penatalaksanaan jangka panjang. Pengangkatan jaringan mati dan
pembedahan juga diperlukan jika sendi juga ikut terlibat.

























DAFTAR PUSTAKA
1. RJ Hay, MK Moore. Mycology. In: Tony B, Stephen B, Neil C,
Christopher, editor. Rook`s textbook oI dermatology. 7
th
Ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2004. p.31.76-8
2. James WD, Timothy GB, and Dirk ME. Diseases Resulting Irom Fungi
and Yeasts. In: Andrew`s Disease oI The Skin clinical Dermatology.
Canada : Sauders Elsevier ; 2006. p.321-3
3. Weller R, John H, John S, Mark Dahl. Clinical Dermatology. 4
th
Ed.
Massachusetts: Blackwell Publishing; 2008. p.249
4. Roderick HJ. Fungal Disease. In: Klause W, Lowell AG, Stephen IK,
Barbara AG, Amy SP, David JS, editor. Fitzpatrick`s Dermatology in
General Medicine.7
th
Ed. New York: Mc Graw Hill Medical. 2008.
p.1831-2
5. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke
5. Jakarta: FK UI; 2007. p.90-1
6. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikologi kedokteran. Dalam: Mikrobiologi
kedokteran. Jakarta: EGC, 1996; p. 608-42.
7. Jenny OS, Boni EE. Fungal Dseases. In: Bolognia JL, Joseph L J,Ronald
P. Rapini. Dermatology. 2
th
Edi. USA: Mosby Elsevier ; 2008. p.744-6
8. WoolI K, Jhonson RA. Sporotrichosis. In: Fitzpatrick`s Color Atlas and
Synopsis oI Clinical Dermatology. 6
th
Ed. New York: Mc Graw Hill
Medical. 2008. p.1831-2
9. Capoor MR, Ramesh V, Khanna G, Singh A, Aggarwal P. Trop Doct
vol.40 number 1. |serial online|. 2011. |cited 2011 Januari| ; |8 screen|.
available Irom URL: HYPERLINK
http://td.rsmjournals.com/cgi/content/abstract/41/1/46
10.Nasution MA.Mikologi dan Mikologi Kedokteran Beberapa Pandangan
Dermatologis. Proceedings oI Rapat Terbuka Universitas Sumatera Utara
Gelanggang Mahasiswa Kampus USU; 2005 Mei 26; Medan; 2005.p.1-18
11.Schechtman RC . InstitutionInstituto de Dermatologia ProI Rubem David
Azulay (IDPRDA) vol.8 number 5. |serial online|. 2010. |cited 2010
September| ; |8 screen|. available Irom URL: HYPERLINK
http://www.unboundmedicine.com/medline/ebm/record/21137636/Iullcit
ation/Sporotrichosis:PartII

DISKUSI
Tanya:
Bagaimana sporotrikosis dapat berkomplikasi menjadi penyakit tuberkulosis?
(Aryuningtyas JP)

Jawab:
Pada beberapa kasus sporotrikosis, Sporothrix schenckii dapat menyebar dari lesi
kutan dan mengenai tulang, sendi, mukosa (mulut, hidung, mata), susunan saraI
pusat (meningen), ginjal, hati, usus dan genitalia. Keadaan ini disebut dengan
isseminated sporotrichosis. isseminated sporotrichosis lebih banyak terjadi
pada orang dengan penyakit penyerta lainnya seperti alkoholisme, diabetes,
kanker atau imunosupresiI. Keadaan ini dapat menimbulkan superinfeksi (infeksi
sekunder) karena sistem kekebalan tubuh yang menurun sehingga sporotrikosis
dapat berkomplikasi menjadi penyakit tuberkulosis . Sporotrikosis pulmoner juga
sangat jarang terjadi. Penyakit ini biasa ditemukan pada orang dengan penyakit
paru yang telah ada sebelumnya atau peminum alohol. Sporotrikosisb pulmoner
dapat menjadi kronik dan berakibat Iatal, selain itu respon terhadap
pengobatannya tidak begitu baik .

Anda mungkin juga menyukai