Anda di halaman 1dari 30

KEPANITERAAN KLINIK KEDOKTERAN REFERAT

FORENSIKDAN MEDIKOLEGAL JANUARI 2021


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS PENGANIAYAAN

OLEH:
Ninis Ilmi Octasari (K1A115095)
Mujahidah Yunus (K1A115090)

PEMBIMBING:
Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, SH., M.Kes., Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : PemeriksaanForensikKasusPenganiayaan
Nama : Ninis Ilmi Octasari (K1A115095)

Mujahidah Yunus (K1A115090)


Program Studi : Pendidikan ProfesiDokter
Fakultas : Kedokteran

Telah menyelesaikan pembacaan Referat “Pemeriksaan Forensik Kasus

Penganiayaan” dalam rangka kepaniteraanklinik pada BagianKedokteranForensik dan

MedikolegalFakultasKedokteranUniversitasHalu Oleo.

Kendari, Januari 2021


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. dr. Annisa Anwar Muthaher, SH., M.Kes., Sp.F

1
PEMERIKSAAN FORENSIK KASUS PENGANIAYAAN

A. Pendahuluan

Seorangdokterdalammelaksanakanupayakesehatanperseorangan,

umumnyamelakukanpemeriksaanmedis, pengobatan, perawatan dan menentukan

prognosis kepadapasiendalamrangkameningkatkan dan memperbaikikesehatan.

Selainitu, dokter juga

dapatmelakukanpemeriksaanmedisdalamrangkamelakukanpenilaianmedikolegalke

sehatanpasienuntukkepentinganpenegakanhukum, baikituterhadap orang

hidupmaupunorangmati. Pekerjaandokteruntukkepentinganhukumsebagaimana di

atas, hasilnyadituangkandalambentuklaporan, salah satunyadalambentukvisum et

repertum. Pembuatanvisum et repertuminididasarkanataspermintaan oleh

penyidikkarenadugaantindakpidanaataukecurigaanadanyatindak pidana.1

Kekerasanmerupakanfenomena yang masihseringterjadi di dunia pada

saatinibaikdalamkasuspembunuhan, bunuhdiri,

maupunkecelakaansertadapatberasaldariseluruhtingkatanumurterutama di negara

berkembangseperti Indonesia.Kekerasanadalahtindakan yang

dilakukansecaradisengajadenganmenggunakankekuatanatautindakanfisik,

mekanik, ataupunkimia, yang bersifatmengancambaikdirisendirimaupun orang

lain.2

2
Sebagaibentukdalamupayamencari,

menemukankebenaranmengenaisuatuperbuatantindakpidanakejahatan yang

menyebabkanluka, terganggunyakesehatan dan matinyaseseorang,

jelasilmupengetahuanhukumtidakbisamengungkappermasalahanitusecara detail,

karenahaltersebutdiluarjangkauannya.

makadiperlukanadanyabantuandaridisiplinilmulain,

yaituIlmuKedokteranKehakiman.

IlmuKedokteranKehakimanberperandalamhalmenentukanhubungankausalitasantar

asesuatuperbuatandenganakibat yang ditimbulkannyadariperbuatantersebut, baik

yang menimbulkanakibatluka pada tubuhatau yang

menimbulkangangguankesehatan, atau yang menimbulkanmatinyaseseorang,

dimanaterdapatakibat-akibattersebutpatutdidugatelahterjaditindak pidana.3

Berdasarkanhasilpemeriksaanahliforensikinilahselanjutnyadapatdiketahui

apakahluka, tidaksehatataumatinyaseseorangtersebutdiakibatkan oleh

tindakpidanaatautidak. Hasil pemeriksaanahliforensikdimaksudadalahVisum et

Repertumyang menceritakantentangkejadian-kejadiantindakpidana yang

dapatmenjadialatbuktidalampengusutanselanjutnya. Visum et

Repertumsangatpentinggunanya dan

peranannyadalambidangpengadilanakansangatmembantubagi hakim

dalamusahanyamembuatterangsuatuperkara. Visum et

Repertummerupakanketerangandokterahli, di

luarkemampuanpengetahuanpenyidik (polisi) maupun hakim. Bagipengadilan,

3
hakim tetapdijaminkebebasannya oleh undang-undang, artinya hakim sekali-kali

tidakwajibmenurutpendapatahlijikabertentangandengankeyakinannya. Hal

inijarangterjadi, sehinggaumumnyaketerangandokterahlidalamVisum EtRepertum,

dibuatberdasarkanobjektivitas dan hasilnyasangatmendekatikebenaran. Visum et

Repertummerupakanpengganti korban dalamsidang pengadilan.3

B. DefinisiPenganiayaan

Penganiayaanterhadaptubuh dan nyawamanusiamerupakantindakpidana.

Sanksiterhadappelakupenganiayaandiaturdalam KUHP, yang

merupakanpijakanhukumdalammenetapkansanksiterhadappelaku.

Dalamtindakpidanapenganiayaan, terdapattigabenda yang

merupakanbarangbuktiyaitu korban, pelaku, dan alatatausenjata. Korban dan

pelakuadalahbarangbuktibiologissedangkanalatmerupakanbarangbukti non

biologis. Berbedadenganbarangbukti non-biologis yang

tidakberubahbersamawaktu, barangbuktibiologisakanberubahsesuaiwaktu.

Misalnyalukaakanberubah, sembuh dan menjadijaringanparutataumenjadiborok.

Sebagaibarangbukti, keadaanawallukaharusdidokumentasi oleh seseorangahli

(yaitudokter) sehinggadapatmenjadialatbukti di pengadilan. Pemeriksaan oleh

dokterdikenalsebagaipemeriksaanforensik dan

hasildokumentasipemeriksaantersebutdisebutvisum et repertum (VeR).4

Dalam Kitab Undang-UndangHukumPidana, tindakpidanapenganiayaan

yang diaturdalam Bab XX Pasal 351 ayat (1) yang

mengandungpengertiansuatuperbuatan yang dengansengajamengakibatkan rasa

4
sakit, luka dan merusakkesehatan orang lain.

Menurutilmupengetahuandoktrinpengertianpenganiayaanadalahsetiapperbuatan

yang dilakukandengansengajamenimbulkan rasa sakitatauluka pada orang lain.

Berdasarkandoktrintersebutbahwasetiapperbuatandengansengajamenimbulkan rasa

sakitatauluka pada tubuhmerupakanpenganiayan yang terhadappelakunyadiancam

pidana.5

C. PengaturanTindakPidanaPenganiayaan

Mengenaipenganiayaandalampasal 351 KUHP R.

Soesilomengatakanbahwaundang-undangtidakmemberiketentuanapakah yang

diartikandenganpenganiayaanitu. Menurutyurisprudensimaka yang

diartikandenganpenganiayaanadalahsengajamenyebabkanperasaantidakenak

(penderitaan) rasa sakitatauluka. Pada perkara yang

menyangkutkejahatanterhadaptubuhmanusiamakadapatdibuktikanpenyebablukaata

ukematian. Untukitutentu yang harusdiutamakan di

sidangpengadilanadalahlukaataukelainan pada saatatau paling

tidakmendekatisaatperistiwapidanaterjadi. Pada kejahatan yang

diberikualifikasipenganiayaan pada pasal 351 ayat 1

inidirumuskandengansangatsingkatyaitudenganmenyebutkankualifikasinyasebagai

penganiayaansamadenganjudul Bab XX dan menyebutkanancamanpidananya.

Pasal 351 merumuskansebagai berikut:5

1. Penganiayaanpidan paling lama 2 tahun 8 bulanataupidanadenda paling

banyakRp. 4.500

5
2. Jikaperbuatanitumengakibatkanluka-lukaberat yang bersalahdipidanapenjara

paling lama 5 tahun

3. Denganpenganiayaandisamakansengajamerusakkesehatan

4. Jikamengakibatkanmati, dipidanadenganpenjara paling lama 7 tahun.

5. Percobaanuntukmelakukankejahataninitidakdipidana.

Pasal351 ayat 1, bukanpenganiayaanringan,

bukanpenganiayaanberatatauberencana dan pula

tidakmengakibatkanlukaberatataumatinya orang. Adanyakerancuanantarapasal 351

ayat (1) denganpasal 352 KUHP sehinggadalampenerapantimbulkerumitan,

terutamakarenapelanggaranterhadappasal 352 KUHP,

lazimdisebuttindakpidanaringan (tipiring). Oleh

karenarumusankejahataninihanyadisebutkualifikasinyasaja, makauntukmencariarti

dan istilahitu, terpaksa orang harusmenafsirkantentangartidari kata penganiayaan.5

D. PeranKedokteranForensikdalamMengungkapTindakPidanaPenganiayaan

Tujuanpemeriksaanforensik pada seorang korban

adalahuntukmenegakkanhukum pada peristiwapidana yang dialami korban

melaluipenyusunanVeR yang baik. Dari segimedikolegal, orientasi dan paradigma

yang digunakandalammerinciluka dan

kecederaanadalahuntukdapatmembantumerekonstruksiperistiwapenyebabterjadiny

aluka dan memperkirakanderajatkeparahanluka (severity of injury).

Dengandemikian pada pemeriksaansuatuluka, bisasajaadabeberapahal yang

6
dianggappentingdarisegimedikolegal, tidakdianggapperluuntuktujuanpengobatan,

sepertimisalnyalokasiluka, tepiluka, dan sebagainya.9

Ilmukedokteranforensikadalahilmulintasdisplin. Pada

dasarnyailmuhadiruntukmembantuproses hukum dan keadilan. Proses hukumini di

mulaidariadanya korban.

Untukdapatmembuktikantelahterjaditindakpidanapenyidikmemerlukanbuktiatauke

benaranmaterill. Perankedokteran forensik:5

1. DoktersebagaipembuatVisum et Repertum

Visum et repertumadalahketerangantertulis yang

dibuatdokterataspermintaanpenyidik yang

berwenangmengenaihasilpeemriksaanmedisterhadapmanusiahidupataumatiatau

punbgaian di duga pada tubuhmanusiaberdasarkankeilmuannya dan

dibawahsumpahuntukkepentinganperadilan. Visum et Repertumsebagai salah

satualatbukti yang sahdalam proses

pembuktianperkarapidanaterhadapkesehatan dan jiwamanusia. DalamVisum et

Repertumdiuraikanhasilpeemriksaanmedis yang

tentangdalambagianpemberitaan yang

karenanyadapatdianggapsebagaipenggantialatbukti dan

memuatketeranganataupendapatdoktermengenaihasilpemeriksaanmedis yang

tertuangdalambagian kesimpulan.5

BilaVeRbelumdapatmenjernihkanpersolaan di sidangpengadilan, hakim

dapatmemintaketeranganahliataudiajukanbahanbaruseperti yang

7
tercantumdalam KUHAP, yang

memberikankemungkinandilakukannyapemeriksaanulangatasbarangbuktiapabul

atimbulkeberatan yang

beralasandariterdakwaataupenasehathukumnyaterhadapmutuhasilpemeriksaan.

Kedudukanseorangdokter di dalampenanganan korban

kejahatandenganmenentukanvisum et repertumseharusnyadisadari dan

dijaminnetralitasnyakarenabantuanprofesidokterakansangatmenentukanadanyak

ebenaran. Dokterforensikmemuilikitugasuntukmemeriksa dan

mengumpulkanberbagaibukti yang berkaitandenganpemenuhan unsure-

unsurdelikseperti yang dinyatakan oleh undang-undang dan

menyusunlaporanvisum et repertum.5

Pada dasarnyadalamilmukedokteran dan kehakimanada 3 (tiga)

jenisvisum et repertum, yaitusebagai berikut:6

a) Visum et repertum orang hidup. AdapunVisum et repertum orang hidup,

terdiridari 3 (tiga) jenis yaitu:6

1) Visum et repertumluka/visum et repertumseketika/visum et

repertumdefenitif. Visuminitidakmembutuhkanperawatan dan

pemeriksaanlanjutsehinggatidakmenghalangipekerjaan korban.

Kualifikasiluka yang doktertulis pada

bagiankesimpulanvisumetrepertumyaknilukaderajat I (satu)

ataulukagolongan C.

8
Doktertidakdiperkenankanmenulislukapenganiayaanringankarenainiistila

hhukum.

2) Visum et repertumsementara. Visuminimembutuhkanperawatan dan

pemeriksaanlanjutsehinggamenghalangipekerjaan korban.

Kualifikasilukanyatidakditentukan dan tidakditulis oleh

dokterpadabagiankesimpulanvisum et repertum.

3) Visum et repertumlanjutan. Visuminidilakukanbilamanaluka korban

telahdinyatakansembuh. Alasanlainpembuatannyayaitu korban

pindahrumahsakit, korban pindahdokteratau korban pulangpaksa.

b) Visum et repertumjenazah.VisuminidilakukanJika korban meninggal dunia

makadoktermembuatvisum et repertumjenasah.

Doktermenuliskualifikasiluka pada bagiankesimpulanvisum et

repertumkecualiluka korban belumsembuhataukorbanpindahdokter.

c) Expertisemerupakanvisum et repertumkhusus yang

melaporkankeadaanbendaataubagiantubuhkorban. Misalnyadarah, mani, liur,

jaringantubuh, rambut, tulang, dan lain-lain. Ada

pihakyangmengatakanbahwa expertise bukantermasukvisum et repertum.

Dasar HukumVisum et RepertumBerdasarkanketentuanhukum acara

pidana Indonesia, khususnya KUHAP

tidakdiberikanpengaturansecaraeksplisitmengenaipengertian VER. Satu-

satunyaketentuanperundangan yang memberikanpengertianmengenai VER

yaituStaatsbladTahun 1937 Nomor 350.

9
DisebutkandalamketentuanStaatsbladtersebutbahwa visa reperta van

genesskundigen yang banyakdilampirkandalam BAP (Berita Acara

Pengadilan): “VER adalahlaporantertulisuntukkepentinganperadilan (pro

yustisia) ataspermintaan yang berwenang, yang dibuat oleh dokter,

terhadapsegalasesuatu yang dilihat dan ditemukan pada

pemeriksaanbarangbukti, berdasarkansumpah pada waktumenerimajabatan,

sertaberdasarkanpengetahuannya yang sebaik-baiknya”.7

VER merupakanlaporanahli dan berdasarkan LN 1937-380 RIB/306

melaluiketentuanPasal 1 angka 28, Pasal 120, Pasal 133, dan Pasal 187 huruf c

KUHAP. Selanjutnya,

permintaanketeranganahlidilakukanpenyidiksecaratertulis, kemudianahli yang

bersangkutanmembuat “laporan” yang berbentuk “suratketerangan” atau VER.

Dalampraktekpengadilansepanjangpengalamanpenulismakaketeranganahlidala

mbentuk VER (diaturdalamstaatsbladTahun 1937 Nomor 350, Ordonnantie 22

mei 1937 tentang visa reperta van genesskundigen yang

banyakdilampirkandalam BAP (Berita Acara Pengadilan). Terutamadiatur oleh

Pasal 1 berbunyi: “Visa repertadaridokter-dokter yang dibuatatassumpahjabatan

yang diikrarkan pada waktumenyelesaikanpelajarankedokteran di negeri

Belandaatau di Indonesia, atauatassumpahkhusussebagaidimaksuddalamPasal

1, mempunyaidayabuktidalam “Dokter-dokter yang

tidakmengikrarkansumpahjabatan di Negeri Belandamaupun di Indonesia,

sebagai yang dimaksuddalamPasal 1, bolehmengikrarkansumpah (ataujanji)”.7

10
Kemudianketentuan lain juga mengenai VER diatur di dalamPeraturan

Menteri Kesehatan No.749a tahun 1989

menyatakanbahwarekammedikadalahdokumenmengenaiidentitaspasien,

pemeriksaan, pengobatan dan pelayanan lain yang diberikankepadapasien pada

saranapelayanankesehatan. Pada kasuskejahatan yang

korbannyatidakbisadijadikanbarangbukti, makauntukpembuktiannyadidasarkan

pada data medis. Laporanmedisdaripemeriksaan yang diminta oleh

penyidikdisebut VER. Laporanmedisdaripemeriksaan yang diminta oleh

pasiendisebutsuratketeranganmedis. Dokterdalamtugasnyaharushati-

hatimembuatlaporandenganbenar dan membuatlaporansecaraobyektif yang

dapatdiperiksasecarailmiah. SebelumnyadiaturdalamPasal 10 Surat Keputusan

Menteri Kehakiman No.M04.UM.01.06 Tahun 1983

bahwahasilpemeriksaanilmukedokterankehakimandisebutdengan VER.

Dengandemikianmenurut KUHAP keteranganahli yang diberikan oleh

ahlikedokterankehakiman oleh dokterahliatauahlilainnyadisebut VER.7

StrukturVisum et RepertumUnsurpentingdalamVeR yang diusulkan oleh

banyakahliadalahsebagai berikut:8

1) Pro Justitia. Kata tersebutharusdicantumkan di kiriatas,

dengandemikianVeRtidakperlubermeterai.

2) Pendahuluan.Pendahuluanmemuat: identitaspemohonvisum et repertum,

tanggal dan pukulditerimanyapermohonanVeR, identitasdokter yang

melakukanpemeriksaan, identitassubjek yang diperiksa: nama, jeniskelamin,

11
umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapandilakukanpemeriksaan, dan

tempatdilakukanpemeriksaan.

3) Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan).Memuathasilpemeriksaan yang

objektifsesuaidenganapa yang diamati, terutamadilihat dan ditemukan pada

korban ataubenda yang diperiksa.

Pemeriksaandilakukandengansistematisdariataskebawahsehinggatidakada

yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentuyaitumulaidariletakanatomisnya,

koordinatnya (absisadalahjarakantaralukadengangaristengah badan,

ordinatadalahjarakantaralukadengantitikanatomispermanen yang terdekat),

jenislukaataucedera, karakteristiksertaukurannya.

Rinciantersebutterutamapenting pada pemeriksaan korban mati yang pada

saatpersidangantidakdapatdihadirkankembali. Pada pemeriksaan korban

hidup, bagianpemberitaanterdiri dari:8

a) ‘Pemeriksaan anamnesis atauwawancara’ mengenaiapa yang dikeluhkan

dan apa yang diriwayatkan yang menyangkuttentang‘penyakit’ yang

diderita korban

sebagaihasildarikekerasan/tindakpidana/didugakekerasan.

b) ‘Hasil pemeriksaan’ yang memuatseluruhhasilpemeriksaan,

baikpemeriksaanfisikmaupunpemeriksaanlaboratorium dan

pemeriksaanpenunjanglainnya. Uraianhasilpemeriksaan korban

hidupberbedadengan pada korban mati,

12
yaituhanyauraiantentangkeadaanumum dan perlukaansertahal-hal lain

yang berkaitandengantindakpidananya (status lokalis).

c) ‘Tindakan dan perawatanberikutindikasinya’, atau pada

keadaansebaliknya, ‘alasantidakdilakukannyasuatutindakan yang

seharusnyadilakukan’. Uraianmeliputi juga semuatemuan pada

saatdilakukannyatindakan dan perawatantersebut. Hal

tersebutperludiuraikanuntukmenghindarikesalahpahamantentangtepat/

tidaknyapenanganandokter dan tepat/tidaknyakesimpulan yang diambil.

d) ‘Keadaanakhir korban’, terutamatentanggejalasisa dan cacat badan

merupakanhalpentinguntukpembuatankesimpulansehinggaharusdiuraika

ndenganjelas. Pada bagianpemberitaanmemuat 6 unsuryaitu anamnesis,

tanda vital, lokasiluka pada tubuh, karakteristikluka, ukuranluka, dan

tindakanpengobatanatauperawatan yang diberikan.

4) Kesimpulan.Memuathasilinterpretasi yang

dapatdipertanggungjawabkansecarailmiahdarifakta yang ditemukansendiri

oleh dokterpembuatVeR, dikaitkandenganmaksud dan

tujuandimintakannyaVeRtersebut. Pada bagianiniharusmemuat minimal 2

unsuryaitujenisluka dan kekerasan dan derajatkualifikasiluka. Hasil

pemeriksaan anamnesis yang tidakdidukung oleh hasilpemeriksaanlainnya,

sebaiknyatidakdigunakandalammenarikkesimpulan.

Pengambilankesimpulanhasil anamnesis

hanyabolehdilakukandenganpenuhhati-hati. Kesimpulan

13
VeRadalahpendapatdokterpembuatnya yang bebas, tidakterikat oleh

pengaruhsuatupihaktertentu. Tetapi di dalamkebebasannyatersebut juga

terdapatpembatasan, yaitupembatasan oleh ilmupengetahuan dan teknologi,

standarprofesi dan ketentuanhukum yang berlaku. Kesimpulan

VeRharusdapatmenjembataniantaratemuanilmiahdenganmanfaatnyadalamm

endukungpenegakanhukum. Kesimpulan bukanlahhanya resume

hasilpemeriksaan,

melainkanlebihkearahinterpretasihasiltemuandalamkerangkaketentuan-

ketentuanhukum yang berlaku.

5) Penutup.Memuatpernyataanbahwaketerangantertulisdoktertersebutdibuatde

nganmengingatsumpahataujanjiketikamenerimajabatanataudibuatdenganmen

gucapkansumpahataujanjilebihdahulusebelummelakukanpemeriksaansertadi

bubuhitandatangandokterpembuatVeR.

2. DoktersebagaiSaksi Ahli

Kedudukansaksiahlisangatdiperlukandalampenanganan korban kejahatan,

dimanadalamhaliniadalahbantuanprofesidokterakansangatmenentukanadanyake

benaran factual yang berhubungandengankejahatan.

Tugaspokokseorangdokterdalammembantupengusutantindakpidanaterhadapkeja

hatan dan nyawamanusiaadalahpembuatanvisum et

repertumdenganmengumpulkankenyataan-kenyataan dan

menghubungkansatudengan yang lain secaralogis dan

kemudianmengambilkesimpulan. Maka oleh karenaitu pada

14
waktumemberilaporanpemberitaandarivisu et repertum it harussungguh-

sungguh dan objektiftentangapa yang dilihat dan ditemukan pada

waktupemeriksaan. Upayauntukmenyelesaikansuatuperkarapidana yang

menyangkuttubuhmanusiasebagaibarangbukti,

hukumtidakdapatmenyidangkanperkaratersebuthanyadenganpengetahuannyasaj

adibidang hukum.5

Oleh karenaitu hakim memerlukanbantuanseseorang yang

mempunyaipengetahuan di bidangtubuhmanusia,

dalamhaliniadalahseorangdokter. Saksiahlimempunyaiperananpentingdalam

proses peradilan, baikitu di dalam masa penyidikansampaiadanyaputusandari

hakim. Dalam proses pembuktianpersidangan,

keterangtansaksiahlidapatdikelompokkanmenjadibeberapamacam, yaitu : a.

Sebagaialatbuktiyanhmenjadi du kategori, yaitusurat dan keteranganahli b.

Sebagaiketerangan yang disamakannilainyadenganalatbukti c.

Sebagaiketerangan yang hanyamenguatkankeyakinan hakim d.

Sebagaiketerangan yang tidakberfungsiapa-apa.. Pasal 179 ayat (1) KUHAP,

“setiap orang yang

dimintapendapatnyasebagaiahlikedokterankehakimanataudokteratauahliwajibm

emberikanketeranganahli demi keadilan”.

Dapatdijelaskanbahwasaksiahliadalahseorangdokter, baupunahlilainnya.

Untukpermintaanbantuanseseorangsaksiahlihanyadapatdiajukansecaratertulisde

nganmenyebutkanjenisbantuanataupemeriksaan yang dikehendaki.

15
Misalnyaterjadikasustindakpidanakekerasan yang mengakibatkan korban

meninggal dunia.5

Keterangansaksiahlidalampengadilandapatberupatulisanmaupunlisan.

Berdasarkanuraiandiatasdapatdilihatbahwasaksiahlimempunyaifungsiyangpenti

ngdalam proses peradilan,

baikitudimasapenyidikansampaidenganadanyaputusan yang divoniskan hakim

di pengadilan.

Dalamperkarapidanasecaraformilkekuatanpembuktianketeranganahlitidakmengi

kat hakim. Hal inisejalandengansistempembuktian

yangdianutdalamperadilanpidana, yaitupembuktianmenurutundang-

undangsecaranegatif. Hakim bebasmenilainya dan

tidakterikatkepaadketeranganahlimempunyaiperanan yang

sanagtmenentukankarenadariketerangan yang

diberikannyadapatditentukanapakahdoktertelahmelakukankewajibandenganben

aratautidak.

Untukitusecaramaterillseharusnyaketeranganahlidalamperkarapidanamempunya

ikekuatanpembuktian yang mengikat. Demikian juga keteranganahli yang

menjadialatbuktisurat (VeR).5

E. PerananVisum Et RepertumdalamPembuktianPidanaPenganiayaan

Mengungkapkansuatukejahatanharusdisertaidenganbarangbukti yang

ditemukan di tempatperkara, namunseiringkemajuanpembangunan, dan

teknologisemakinberkembang, pelakukejahatan pun

16
semakincerdikdalammenyembunyikankejahatan dan

barangbuktidengancaraapapun agar kejahatan. Banyaknyacara yang digunakan

oleh

pelakukejahatanmembuatpihakkepolisianselakuPenyidiksulitdalammengungkapsu

atukejahatan, makadariitupihakkepolisian juga

membutuhkanadanyaperandaripihak lain yaituseorangahli yang

memilikikemampuan dan keahliankhususdalammemeriksabarangbukti,

sertadiperlukansuatumetodepemeriksaan yang lebih akurat.10

Permintaanbantuanahlidinyatakandalam KUHAP Pasal 133 ayat (1) yang

menyatakan: “DalamhalPenyidikuntukkepentinganperadilanmengenaiseorang

korban baikluka, keracunan, ataupunmati yang didugakarenaperistiwa yang

merupakantindakpidana,

iaberwenangmengajukanpermintaanketeranganahlikepadaahlikedokterankehakima

natauDokter dan/atauahlilainnya”. Tindakkejahatanbiasanyameninggalkanbukti-

buktiataubekas-bekaskejahatan yang terjadi. Dari hasilpemeriksaan yang

dilakukanDokter Ahli atau Ahli kedokterankehakimanatas korban yang dikirim

oleh Penyidik, maka Ahli

tersebutmembuatlaporantertulisberupasuratsertakesimpulandarihasilpemeriksaan

yang telahdilakukanberdasarkanpengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya,

sebagaimana yang telahdijelaskandalam KUHAP Pasal 187 butir c : Surat

keterangandariseorangahli yang

17
memuatpendapatberdasarkankeahliannyamengenaisesuatuhalatausesuatukeadaan

yang dimintasecararesmi daripadanya”.10

Denganmelampirkanvisum et repertumdalamsuatuberkasperkara oleh

Penyidikatau pada tahappemeriksaandalam proses penuntutan oleh

PenuntutUmum, setelahdinyatakancukuphasilpemeriksaanitudariperkarapidana

yang didakwakankepadaterdakwa, kemudiandiajukankepersidangan.

Perananpentingalatbuktivisum et repertumadalahsebagaialatbuktisurat, dan

sebagaialatbuktisuratmempunyaikekuatansamadenganalatbukti yang lain, dan

visum et repertumdianggappentingtapitidakmutlakadavisum et

repertumdalamkasuspenganiayaan, kecualidalamkasus tertentu.10

F. PemeriksaanDokter pada KorbanakibatPenganiayaan

Dalamhal korban tindakpidanapenganiayaanatauakibatkelalaian orang

lain makabantuandokterdiperlukanuntukmembuktikanadatidaknyaluka,

bendapenyebab, carabendatersebutdapatmenimbulkanluka,

sertadampakataupengaruhlukatersebut. Pada korban

hiduplukaakibatpenganiayaanmelibatkanduaaspek, yaituaspekmedik dan aspek

yuridis.4

Dari

segimediklukaakibatpenganiayaandianggapsebagaienergipotensialdalambentukkek

erasan yang berubahmenjadienergikinetik yang

mampumenimbulkankerusakanjaringan yang dapatdisertaiatautidakdisertai oleh

diskontinuitaspermukaankulit.Konsekuensiluka yang ditimbulkan oleh trauma

18
dapatberupakelainanfisik/organikyaknihilangnyajaringanataubagiantubuh dan

hilangnyasebagianatauseluruh organ tertentu. Luka juga

dapatmengakibatkangangguanfungsi organ tubuhtertentu.

Bentukdarigangguanfungsitergantungdari organ ataubagiantubuh yang terkena

trauma. Contohgangguanfungsiantara lain lumpuh, buta,

tuliatauterganggunyafungsi organ dalam.Selaingangguanatauhilangnyafungsi

organ, aspekmedikluka juga dapatberupainfeksi.

Rusaknyamukosaataukulitmerupakanjalanmasukberbagaipatogenseperti

Streptococcus, Staphylococcus, Escheria coli, Proteus vulgaris, Clostridium tetani

dan kumanpenyebab gas gangren.4

Jikadarisudutmedik, lukamerupakankerusakanjaringan

(baikdisertaiatautidakdisertaidiskontinuitaspermukaankulit) akibat trauma,

makadarisuduthukum, lukamerupakankelainan yang dapatdisebabkan oleh

suatutindakpidana, baik yang bersifatintensional (sengaja), recklessness (ceroboh)

ataunegligence (kuranghati-hati).

Untukmenentukanberatringannyahukumanperluditentukanlebihdahuluberatringann

yaluka.Kebijakanhukumpidana di

dalampenentuanberatringannyalukatersebutdidasarkanataspengaruhnyaterhadapkes

ehatanjasmani, kesehatanrohani, kelangsunganhidupjanin di dalamkandungan,

estetikajasmani, pekerjaanjabatanataupekerjaanmatapencarian dan fungsialat

indera.4

1) Anamnesis

19
Hal-hal yang perluditanyakankepada korban yaitu:5

a. Kronologiskejadianmencakupwaktu dan lokasikejadian, siapa yang

melakukan dan alasannyamelakukankekerasan

b. Lokasikekerasan yang dialami

c. Adanya rasa nyeriatauperdarahandariluka

d. Adanyapenurunankesadaransetelahkejadian

e. Adanyakonsumsiminumankerassebelumkejadianbaik pada pasien

(korban) maupunpelaku

f. Riwayatperawatanmedis pada luka yang sudahdilakukan

g. Riwayatkejadianserupa yang berulang

h. Apakah korban sudahlaporpolisiataubelum

Jika korban merupakan korban kasuskekerasanseksualberupapersetubuhan,

pencabulan, pelecehanseksual anamnesis yang dapatdilakukanyaitu:

a. Waktu dan lokasikejadian

b. Ada tidaknyakekerasansebelumkejadian, segalabentukkegiatanseksual

yang termasukbagiantubuh yang mengalamikekerasan,

adatidaknyapenetrasi, denganapapenetrasidilakukan

(penggunaankondom)

c. Adanya rasa nyeri, perdarahan, dan ataukeluarnyacairandari vagina

d. Adanya rasa nyeri dan gangguanpengendalianbuang air besar

dan/ataubuang air kecil

20
e. Apa yang dilakukan korban setelahkejadiankekerasanseksualtersebut

(apakahmenggantipakaian, buang air kecil,

membersihkanbagiankelamin dan dubur, mandi ataugosokgigi)

f. Jikakasusanaktanyakanperilakuanaksetelahmengalami trauma

sepertingompol, mimpiburuk, susahtidur, sukamenyendiri,

murungatauagresif, keadaankesehatansebelum trauma, adariwayat

trauma sepertiinisebelumnya, riwayatpenyakit dan

masalahperilakusebelumnya, faktorsosialbudayaekonomi yang

berpengaruhterhadapperilaku di dalamkeluarga

g. Khususuntukkasuskekerasanseksual pada

remajatanyakankemungkinanadanyahubunganseksualduaminggusebelu

mnya

h. Tanyakan HPHT

i. Riwayatperkawinanmaupunmelahirkan

j. Apakahsudahlaporpolisiataubelum

2) PemeriksaanFisik

Hal-hal yang perludiperiksakepada korbanpenganiayaan yaitu:5

a. Memeriksakeadaanumum korban yang meliputikesadaran dan tanda-tanda

vital

b. Memperhatikan head to toe mencariadanyatanda-tandakekerasan

c. Membersihkandaerah yang berdaraahataupunkotor agar

lebihmudahmengidentifikasiluka

21
d. Bilacurigakasuskekerasanterhadapanak (KtA)

e. Memar/jejas di kulit pada daerah yang tidaklazimterkenakecelakaanseperti

pipi, lenganatas, paha, bokong dan genital

f. Perlukaan multiple (ganda) denganberbagaitingkatpenyembuhan;

tandadengankonfigurasisesuaijaritangan, taliataukabel, kepalan, ikat

pinggangbahkangigi orang dewasa

g. Patahtulang pada anakusiadibawahtigatahun, patahtulangbaru dan lama

yang ditemukanbersamaan, patahtulangganda, patahtulangberbentuk spiral

pada tulang-tulangpanjanglengan dan tungkai, patahtulang pada kepala,

rahang dan hidungsertapatahnyagigi

h. Luka bakarsepertibekassundutanrokok, lukabakar pada tangan, kaki

ataubokongakibatkontakbagian-bagiantubuhtersebutdenganbendapanas,

bentukluka yang khassesuaidenganbentukbendapanas yang

dipakaiuntukmenimbulkanlukatersebut

i. Cedera pada kepalasepertiperdarahan (hematoma) subkutanatau subdural,

yang dapatdilihat pada fotorontgen, bercak/area

kebotakanakibattertariknyarambut, baik yang abruatauberulang

j. Lain-lain; dislokasi/lepassendi pada sendi bahu ataupinggul

k. Melakukandeskripsi pada lukameliputi

l. Jumlahluka

m. Lokasiluka

n. Bentukluka

22
o. Ukuranluka

p. Sifatluka

q. PendokumentasianLuka

r. Pemeriksaanpenunjangtoksikologibiladidugaadapenggunaanobat-obatan

G. PerlindunganTerhadap Korban TindakPidanaPenganiayaan

Dalampenyelesaianperkarapidanabanyakditemukan korban penganiayaan,

korban adalahpihak yang sangatdirugikandalamsuatutindakpidana yang

seharusnyamendapatperlindungan. Korban ditempatkansebagaialatbukti yang

memberikanketeranganyaitu.

Keleluasaandalammemperjuangkanhaknyaadalahkecil dan

seharusnyamendapatkanperlindungan yang sama. Hai inisejalandengankenyataan

yang diperolehdaripengaturanperlindunganterhadapkorban

penganiayaandalamUndang-UndangPerlindunganSaksi dan Korban,

dimanaundang-undanginilebihdominanmenempatkan korban

dalamkedudukannyasebagaisaksisehinggaperlindungannya pun sebatas pada

perlindungannyasebagaisaksi korban bukan korban penganiayaan yang

telahmendapatkerugianbaikmaterimaupun non-materi.

Perlindunganhukumterhadap korban kejahatan yang

disebutkandiatasidealnyadiatursecaralebih detail dan

tegasdalamperturanperundang-

undanganuntukmemberikanpedomanbagiaparatpenegakhukumdalammendukungad

anyaperlindunganhukumterhadap korban penganiayaan. Hal

23
inidilakukandenganmenempatkan korban sebagaipihak yang harusdiberikantempat

yang istimewadalam proses penegakanhukum. Perundangundangan yang

saatiniberlakulebihbanyaksebagai “perlindunganabastrak”

atauperlindungantidaklangsung. Hal

inidikarenakantindakpidanamenurutperundang-

undanganpidanatidakdilihatsebagaiperbuatan yang menyerang

/melanggarkepentinganhukumseseorangsecarapribadi dan konkrit,

tetapihanyabisadilihatsebagaipelangggaran “tertibhukum in abstracto”.6

Dalam KUHAP, diaturbeberapahak yang dapatdigunakan korban

penganiayaandalamsuatu proses peradilanpidana, yaknisebagai berikut:6

1. HakUntukMelakukanKontrolTerhadapPenyidik Dan PenuntutUmum

Hakiniadalahhakuntukmengajukanataupenuntutandalamkapasitasnyaseba

gaipihakketiga yang berkepentingan. Hal

inipentinguntukdiberikangunamenghindariadanyaupayadaripihak-

pihaktertentudengan motif yang bermaksudmenghentikan proses pemeriksaan,

2. Hak Korban BerkaitandenganKedudukannyasebagaiSaksi

Hakiniadalahhakuntukmengundurkandirisebagaisaksi (pasal 168

KUHAP). Kesaksiansaksi korban

sangatpentinguntukdiperolehdalamrangkamencapaisuatukebenaranmaterill.

Oleh karenaituuntukmencegah korban mengundurkandirisebagaisaksi,

diperlukansikapproaktifdariaparatpenegakhukumuntukmemberikanjaminankea

mananbagi korban dan keluarganyasaatmengajukandirisebagaisaksi.

24
3. HakuntukMenuntutGantiRugiAkibatsuatuTindaKPidana yang MenimpaDiri

Korban Melalui Cara PenggabunganPerkaraPerdatadenganPerkaraPidana (pasal

98-101)

Hakinidiberikangunamemudahkan korban

untukmenuntutgantirugikepadatersangkaatauterdakwa.

Permintaanpenggabunganperkaragugatangantirugihanyadapatdiajukan

selambat-0lambatnyha sebelumpenuntutumummengajukantuntutanpidana,

ataujikapenuntutumumtidakhadir,

permintaantersebutdiajukanselambatlambatnyasebelum hakim

menjatuhkanputusan.

Penggabungangugatangantirugidapatdiajukanapabilapihak yang

dirugikanmengajukanpenggabungangantirugiterhadapterdakwadalamkasus

yang di dakwakankepadanya. Dilaksanakanberdasarkanhukum acara pidana

pada tingkat banding.

4. Hakbagikeluarga Korban

untukMengizinkanatautidakmengizinkanpolisimelakukanotopsi (pasal 134-136

KUHAP)

Hakbagikeluarga korban

untukmengizinkanpolisiatautidakuntukmelakukanotopsi juga

merupakanperlindungan korban kejahatan,

mengingatmasalahotopsiinibagibeberapakalangansangateratkaitannyadenganma

salah agama, adatistiadatsertaaspekkesusilaan dan kesopanan.

25
Berkaitandenganhak korban

untukmengajukantuntutangantirugimelaluicarapenggabunganperkarasebagaima

nadiaturdalampasal 98-101 KUHAP.

Pihak yang berkepentinganperlumemperhatikanbeberapahal, yaitu:

a) Kerugian yang terjadiharusditimbulkantindakpidanaitusendiri

b) Kerugian yang ditimbulkan oleh tindakpidanaatau orang lain yang

menderitakerugian (korban) sebagaiakibatlangsungdaritindakpidanatersebut

c) Gugatangantirugi yang

diakibatkantindakpidanatadiditujukankepadasipelakutindakpidana

d) Tuntutangantirugi yang

diajukankepadaterdakwatadidigabungkanataudiperiksa dan

diputussekaligusbersamaan pada pemeriksaan dan putiusanperkarapidana

yang di dakwakankepadaterdakwa dan dalambentuksatuputusan.

Sejalandenganitugantirugiadalahhakseoranguntukmendapatpemenuhanatastu

ntutannya yang berupaimbalansejumlahuangkarenaditangkap, ditahan,

dituntut, diadilitanpaalasan yang berdasarkanundang-

undangataukarenakekeliruanmengenaiorangnyaatauhukum yang

diterapkanmenurutcara yang diaturdalamundang-undangini (pasal 1 butir 22

KUHAP).

Selanjutnyadalampasal 1 butir 23 KUHAP

ditegaskandefinisirehabilitasisebagaihakseseoranguntukmendapatpemulihanhak

nyadalamkemampuan, kedudukan dan harkatsertamartabatnya yang diberikan

26
pada tingkatpenyidikan, penuntutanatauperadilankarenaditangkap, ditahan,

dituntutataupudiadilitanpaalasan yang berdasrkanundang-undangatauhukum

yang diterapkanmenurutcara yang diaturdalamundang-undangatauhukum yang

diterapkanmenurutcara yang diaturdalamundang-undangini. Gantirugi yang

dimaksud pada gabunganperkaragugatangantikerugian,

bukantuntutangantikerugianakibatpenangkapan, penahanan,

penuntutanatauperadilan yang tidakberdasarkanundangundang,

akantetapimerupakantuntutangantikerugian yang

ditimbulkantindakpidanaitusendiri, tuntutangantikerugian yang

diakibatkantindakpidanakepadasipelakutindakpidanayaituterdakwa. Dan

tuntutangantirugi yang diajukankepadaterdakwadigabung dan

diperiksasertadiputussekaligusbersamaandenganpeemriksaan dan

putusanperkarapidana yang didakwakankepadaterdakwa. Ketentuandalam

KUHAP menempatkan korban dalamkapasitassebagaisaksi dan korban

sehinggaseorang korban darisuatutindakpidana yang juga

melakukankesaksianiaberhakmemintagantikerugian.

Gantikerugianituhanyadapatdimintaapabilasaksi yang sekaligusmenjadi korban

itumenggabungkangugatangantikerugiankepadaperkarapidana yang

bersangkutan. Ketentuandalam KUHAP

menurutpenelitimenempatkansaksihanyadalamkedudukansebagaisaksisehingga

gantikerugian yang dapatdimintaadalahkedudukannyasebagaisaksi. Hal

tersebuttidakdapatdiperlakukanmengingatadanyakendala yang dihadapidalam

27
proses peradilanpidana, karenaadasaksi yang

lemahbaikdarisegipenjaminanakanhakmemperolehkeamanandirimaupunhakme

ngemukakan kesaksiannya.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Fatriah SH, Sampurna B, Firmansyah A.

AnalisisMedikolegalterhadapKriteriaDerajat Luka Menurut Kitab Undang-

UndangHukumPidana. J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 11, November

2017: 514-521.

2. Indrayana MT, Afandi D, Wanda SP, Novia P, Tinardy SM.

ProfilKasusAutopsi Pada Anak Di Provinsi Riau PeriodeTahun 2010-2014.

MKA, Volume 38, Nomor 3, Desember 2015: 201-206.

3. Astutiningrum YP. PertimbanganMajelis Hakim DalamPerananSaksiAhli

DalamPembuatanVisum Et

RepertumSebagaiAlatBuktiDalamPerkaraPenganiayaan Yang

MenyebabkanKematian. JurnalVerstek Vol. 4 No. 1, 2016: 165-173.

4. Wijoyo S, Suharto G. LaporanKasus: AspekMedikolegal pada

KasusPenganiayaan Korban Hidup. MajalahKedokteran UKI 2016 Vol XXXII

No.4: 179-188.

5. Iswara R. 2018. Panduan KeterampilanKlinisIlmuKedokteranForensik dan

Medikolegal. FakultasKedokteranUniversitasHalu Oleo. Kendari

28
6. Purba O, Silalahi R.

PeranIlmuKedoteranForensikDalamPembuktianTindakPidanaPenganiayaan.

JurnalRetenrum, Volume.1 No. 02 Tahun 2020 (Agustus); 127-133.

7. Sujadi. Visum Et Repertum Pada

TahapPenyidikanDalamMengungkapTindakPidanaPemerkosaan.

JurnalLegalitas, 5(1): 1-10.

8. Trisnadi S. RuangLingkupVisum et RepertumsebagaiAlatBukti pada

PeristiwaPidana yang MengenaiTubuhManusia di RumahSakitBhayangkara

Semarang. SainsMedika, Vol. 5, No. 2, Juli - Desember 2013 : 121-127.

9. Afandi D. Visum et RepertumPerlukaan: AspekMedikolegal dan

PenentuanDerajat Luka. Maj KedoktIndon, Volum: 60, Nomor: 4, April 2010:

188-195.

10. Suryadi T, Priyanto MH.

PeranKedokteranForensikDalamPengungkapanKasusPembunuhan Satu

Keluarga Di Banda Aceh. JurnalKedokteranSyiah Kuala Volume 19, Number

1, April 2019: 45-50.

11. Ramadani AAS, Salenda K, Kahpi A. Beban PembuktianVisum Et

RepertumDalamPenangananKasusTindakPidanaPenganiayaan Di Kota

Makassar. Alauddin Law Develompent (ALDEV)| Volume 1 Nomor 2 Agustus

2019: 1-8.

29

Anda mungkin juga menyukai